Trapped by You

By Ristan

807K 16.9K 946

"Sayangku, ahh....akhirnya aku mendapatkanmu." Jantungku berdegup kencang saat kalimat itu dibisikkan ke teli... More

Chapter One
Chapter Three
Chapter Four
Chapter Five
Chapter Six
Chapter Seven
Chapter Eight
Chapter Nine
Chapter Ten
Chapter Eleven
For Your Info

Chapter Two

95.2K 1.3K 12
By Ristan

Aloha wattpaders.....

Gue ngucapin terima kasih banget buat kalian yang udah ngeliat sekilas atau baca, vote, bahkan masukin cerita (abal) gue ini ke reading list. I really do happy and appreciate. Thanks a bunch!!

Bab 2 ini gue tulis sedikit lebih panjang dari yang pertama. So, please keep up with my story if you don't mind. #MaksaDikit

WARNING! Masih ada unsur dewasanya.

Vote and comment are always welcomed. Happy reading guys. ^_^

**************************************

Pram mencium bibirku!

Jenis ciuman yang kami tak pernah lakukan. Ciuman bernafsu, menggoda, menggairahkan, menuntut. Tubuhku direbahkan di atas kasur tanpa sedikitpun melepas kontak bibir kami. Aku balas menciumnya dengan nafsu yang sama, kuhisap bibir Pram yang basah oleh liur kami. Lidahnya menelusup ke dalam mulutku. Mencari pasangannya yang malu-malu tapi mau. Lidah kami bertautan. Digigitnya bibir bawahku sedikit keras. Kegiatan menghisap, mengulum, dan mengecap kenikmatan satu sama lain ini terus kami lakukan saat tiba-tiba jemari Pram menggesek kewanitaanku dari luar celana dalam yang sekarang terasa lembab.

Aku tersentak. Kaget luar biasa. Rasanya menggetarkan. Bulu kudukku meremang. Tidak kusadari kalau ternyata kancing celana pendekku dicopot olehnya. Jemarinya menyusup masuk. Aku ingin lebih. Mataku terpejam sepanjang berciuman. Kurengkuh bahunya yang bidang ke dalam pelukanku. Kupegang tengkuknya untuk menahan dan menekan ciuman kami agar lebih intens. Pram. Pramku.

Lambat laun kurasakan gairahku semakin meningkat, seperti ada yang ingin terlepas lewat percintaan kami ini. Aku mulai berani. Kugesekkan tubuhku ke tubuhnya yang agak menindihku. Pram menegang lalu menghentikan ciuman dan jemarinya. Ditatapnya aku yang sudah diambang batas. Aku lemas, tubuhku seperti tak bertulang ketika dahinya menyentuh dahiku.

"Dhania sayang, aku nggak akan tahan kalo kamu begitu. Aku takut lepas kontrol." Kalimatnya berupa bisikan lemah diatas bibirku.

Aku tahu dia sudah berada di ujung jurang. Aku tak kuasa menjadi eksekutor baginya. Karena tidak ingin melihatnya menderita, dengan kepasrahan penuh aku berkata.

"Lakukan, sayang. Ak..aku.. suka sentuhanmu." Suaraku terbata dan serak karena gairah.

Seperti pendoa yang terkabulkan permohonannya, Pram kembali mendekatkan bibirnya ke bibirku. Melahap bibirku dengan rakus dan nafsu yang tak lagi ditahannya. Lalu berpindah ke pipi, rahang, turun ke tenggorokan dan leherku.

"Sayang, kamu seksi."

Ditengah kecupannya, Pram tak henti-henti memujiku. Aku hanya bisa menerima segalanya sambil meremas rambutnya dan mendesah. Celana dalamku yang sudah lembab karena gesekan, kini makin basah saja karena stimulasi dari ciuman kami. Aku membuka pahaku lebih lebar, ingin memberi akses tangan Pram untuk menjelajah dengan lebih lagi.

Sekarang Pram mengecup semakin kebawah. Kausku yang tipis dan berpotongan rendah di bagian dada, menampilkan belahan gunung kembar yang sekarang dihirup dalam-dalam olehnya.

"Kamu harum, baby."

Dadaku naik turun ketika wajah Pram kembali menunduk dan menciumi belahan dadaku. Seakan meminta persetujuan, dia kembali menatapku dengan penuh kerinduan. Aku mengerti maksudnya. Anggukan kepala adalah jawabanku.

Diturunkannya kausku pada bagian bahu kiri sampai batas lengan. Sehingga menunjukkan pemandangan dada kiriku yang tertutup bra berenda warna dusty pink. Dengan khidmat, Pram meloloskan tali braku menuruni bahu dan kurasakan tangannya gemetar ketika membuka cup yang menutupi payudaraku. Sekarang aku seperempat telanjang dihadapannya.

Wajahku terasa panas, jadi kupalingkan wajahku karena malu. Ia menelan ludah sembari berkata pelan, "Ya Tuhan, payudaramu indah, sayang." Daguku dipegang dan diarahkan untuk melihatnya. "Cantik." Tambahnya.

Hanya itu yang mampu kudengar dari mulutnya sebelum Pram mencium sisi payudaraku. Aku tersentak karena serangannya yang tiba-tiba. Setiap jengkal daging putih yang tersedia dihadapannya meninggalkan jejak hangat dan basah. Aku semakin melambung tinggi karena menerima ini semua. Percintaan kami begitu sensual. Kuremas rambutnya supaya ia semakin bernafsu menciumi payudaraku. Putingku yang berwarna kecokelatan menegak, areolaku melebar karena rangsangan Pram. Aku tak tahan lagi. Aku ingin Pram mengulumku disana. Menghisap puti...aahhhh....

"Ehhhmm...slrrppp...putingmu nikmat, baby. Menggoda untuk kuhisap. Ehhmmm...slllrrrrpppp...."

Hisapan mulut Pram membuatku semakin menggila. Tubuhku meliuk-liuk tak karuan. Kepalaku terasa mau pecah. Gairah dan nafsuku bertambah.

"Hisap terus, sayaang..aahhhh...aahh...aahhh. Lebih kuat lagi... ahh...aahh...mmhhhh.."

Tak bisa kupercaya, kata-kata kotor barusan keluar dari mulutku. Selama aku hidup, belum pernah sekalipun aku berbicara seperti itu. Benar-benar gila apa yang bisa kau ucapkan ketika nafsu mengambil alih pikiranmu.

Seakan ingin memuaskanku, ditariknya sisa kausku yang masih menutupi tubuh. Dan tereksposlah tubuh telanjang milikku. Kait bra dilepasnya dengan sekali sentak. Payudaraku ikut naik turun karena pernapasanku yang memburu. Putingku menegak. Seolah menantang siapapun yang melihat untuk menghisapnya kuat-kuat. Pram tidak menunggu lama. Payudaraku diremas pelan. Aahhhhh. Nikmatnya. Dilanjut dengan memelintir masing-masing puting dengan ibu jari dan telunjuk.

"Aaahhhh......sa..sakiit, Prammm."

Protesku seakan pecut untuknya, karena setelah itu remasan tangan di payudaraku makin ganas hingga aku yakin akan membuatnya bengkak dan kemerahan. Lalu dengan rakus disantapnya payudara kananku. Dikecup. Dijilat. Dikulum. Dihisap. Seperti bayi kelaparan yang menyusu pada ibu. Desahanku begitu kencang. Tidak peduli jika ada orang yang mendengar.

Wait!

Orang?

Dengar?

Shit!

Orang rumah!

"BANGUUUUUUUNNNNNN! DHANIAAAA, UDAH SIANG INIIII. BANGUN DONG, NAK!!!"

Gedoran pintu kamar maha dahsyat membuatku terbangun kaget. Hal pertama yang langsung kusadari ialah napasku memburu. Terengah-engah dengan hebatnya sampai rasanya jumlah oksigen dalam kamar tidak cukup untuk kuhirup. Bangkit dengan susah payah, aku mengatur dudukku di atas kasur berukuran queen size ini. Hal kedua yang aku periksa adalah tubuhku, berkeringat. Peluh membanjiri tubuhku sampai piyamaku basah. Ku tengok ke belakang. Sepraiku juga basah.

Mimpi.

Ternyata mimpi.

"Dhaniaaaaa, banguuunn. Aduhh, ini anak perawan dibangunin dari tadi nggak mempan. Dhania! Bangun cepetan. Mama lagi repot nih sama pesenan, ayo bantuin." Suara teriakan mama yang seperti toa masjid menyadarkanku dari kelinglungan berkepanjangan.

"Iyaa, ini udah banguuunnn." Kubalas dengan teriakan serak penanda baru bangun tidur. Nyawaku lambat laun terkumpul. Aku langsung menganalisis apa yang menyebabkan semua ini terjadi.

Penyebab mimpi basah perdanaku

Mimpi basah.

Ya, Tuhan!

Bisa-bisanya dia mimpi basah? Padahal semalam sulit sekali rasanya untuk terlelap. Lampu kamar sudah dimatikan, selimut sudah ditarik sampai batas dada, mata pun terpejam. Tapi sampai pukul 3 pagi pikirannya masih bekerja. Tubuh bolak balik berguling tak karuan. Gelisah. Tidak bisa tidur. Jika dihitung, sudah 4 malam Dhania sulit tidur. Ketika akhirnya bisa tertidur pun, mimpi yang menghantui selalu punya genre yang sama. Erotis!

Tapi mimpi kali ini yang terpanas. Sampai buka-bukaan segala! Kemarin-kemarin mimpinya hanya seputar wilayah bibir, pegang-pegang, dan berpelukan. Yah, ada pula yang sambil saling menggesekkan tubuh. But, that was it.

Mimpi kali ini kelewat nakal.

Sejak kapan mimpinya jadi mesum begitu?

Oh iya. Sejak kejadian itu. Kejadian dimana dia dan Pram hampir make out di depan televisi. Setelah Dhania keluar dari kamar mandi, tidak disangka-sangkanya Pram menampakkan wajah menyesal. Meminta maaf sepertinya terlalu kerdil untuk ukuran Pram. Memohon ampun mungkin lebih tepat. Pram begitu menyesal dan meminta maaf atas sikapnya yang kelewat batas hingga Dhania tak sampai hati untuk mendengarnya. Ya. Tentu saja Dhania memaafkan. Malah, ada secercah kekecewaan di hatinya karena Pram menganggap semua itu adalah kesalahan. Hatinya terbelah. Antara berharap kejadian itu tidak pernah terjadi dan keinginan gila seandainya mereka bisa melanjutkannya. Tapi tidak mungkin dia mau mengaku. Malu! Muka cuma satu dan ia tidak berharap akan kehilangan muka di depan Pram jika mengaku.

"Ahh. Mulai mesum lo, Dhan. Udah ketularan Silla sama Agil deh kayaknya", batin Dhania sambil menutupi wajah dengan bantal.

Tetapi, Pram terlihat berubah. Dhania tidak mengerti kenapa. Hanya saja Pram menjadi sedikit canggung saat sedang bersama Dhania akhir-akhir ini. Berdekatan satu meter saja atmosfer diantara mereka terasa berbeda. Kalau Dhania sesekali mencuri pandang untuk memperhatikan, Pram akan tampak mengetatkan otot rahangnya dibarengi mengepalkan tangan.

"DHANIAAAAAA......."

"IYA MAAAA....." Issssshhhhh. Mama ribut banget deh. Nggak tahu apa kalo gue baru bisa tidur subuh.

Dipaksanya tubuhnya bergerak menuruni tempat tidur dan masuk ke kamar mandi.

"Harusnya gue bukan mandi wajib nih. Tapi cuci steam otak!" Lalu terdengar suara pintu dibanting.

~~

"Jadi gitu? Terus semalem mimpi BASAH lagi?" Penekanan pada kata basah dalam pertanyaannya membuatku memelototinya.

Dengan cuek, tangannya tak henti mengambil pisang goreng lalu mengunyahnya di sore hari yang berhujan ini. Setelah pertimbangan yang matang, akhirnya aku memberanikan diri untuk cerita ke Agil soal masalahku dengan Pram dan efek yang ditimbulkannya.

Jujur saja, kalau tiap malam mimpiku aneh terus, ehm ralat: erotis, lama kelamaan aku akan mual juga. Bayangkan ketika kau harus terbangun dengan napas memburu, berkeringat sekaligus terangsang setiap pagi dan menemukan bahwa objek napsumu ternyata hanya bantal guling? Percayalah, itu bukan apa yang kau inginkan jika kau penganut paham sleeping beauty.

"Jangan keras-keras juga kali, Gil ngomongnya."

"Hehehe...emang sengaja kok. Biar dramatis. So?"

"..."

"Gue pulang deh."

"IYA MASIH. PUAS LO?" Saking lantangnya aku menjawab, Agil tergelak sampai memegangi perut. Setengah menyemburkan sisa kunyahan pisang goreng yang keluar dari mulut jahanamnya. Kampret!

Setelah tawanya mereda, Agil menyeruput teh manis hangat untuk menyegarkan tenggorokan. Aku jadi bertanya-tanya dalam hati, apa keputusanku sudah benar dengan cerita ke Agil? Tadi siang sebenarnya aku menelepon Silla duluan. Berniat untuk mengajak bertemu di kafe langganan kami karena aku mau curhat. Tapi ternyata dia punya rencana lebih dulu dengan Sammy. Dia bilang mau pacaran di rumah pacarnya itu mumpung orang tua Sammy sedang pergi arisan di rumah saudara di Bandung.

Cih. Ternyata persahabatan tidak seberapa penting dibanding kekasih. Dan tidak perlu ditanya apa yang mungkin akan mereka lakukan dalam rumah yang sepi itu. Dhania benar-benar tahu. Sialan si Silla! Apa temannya itu tidak sadar kalau ia hanya dijadikan budak napsu pacarnya yang mesum?

Hampir setiap hari, ketika mereka bertemu saat jam kuliah, Dhania bisa melihat bekas-bekas merah atau biru karena kecupan di bagian tubuh Silla yang bahkan tidak bisa dipercaya ada. Di leher, tengkuk, bawah telinga, lengan bagian dalam, bahkan di perut. Bagian terakhir diketahui Dhania ketika Silla meregangkan tubuhnya sehingga baju yang ia kenakan agak terangkat sedikit ke atas. Mungkin itu belum semua, Dhania yakin di tempat-tempat terlarang pun pasti ada bekas serupa.

Sammy tidak menyia-nyiakan kesempatan ternyata. Silla memang terkenal akan kecantikannya. Tubuh langsing, payudara besar, wajah khas orang jawa yang ayu, kulit bersih kuning langsat, rambut hitam panjang sebahu, bulu mata lentik, bibir merah tanpa lipstik. Yang menjadi pacarnya pasti tidak mau melewatkan semua kesempurnaan yang dimiliki Silla.

Untuk urusan berteman, siapapun pasti minder kalau berinteraksi dengannya. Namun dibalik kecantikannya itu, Silla itu cuek dan cerewet. Walau yang tahu itu hanya Dhania dan Agil karena mereka berteman baik. Dua karakter itu ia sembunyikan sedikit ketika sedang pendekatan dengan lelaki yang diincar untuk dijadikan pacar. Tetapi walau begitu, Silla juga baik hati. Hanya satu kekurangan Silla. Berpacaran dengan si mesum Sammy!

Menghentikan pikirannya yang sedikit teralih, Dhania pun merengek, "Gue harus gimana dong, Gil? Nggak mungkin kan gue sama Pram jadi canggung terus? Apalagi efeknya tiap malam harus gue tanggung sendirian. Nggak nyaman banget tau."

"Yaa soal mimpi basahnya nggak usah dilaporin kali. Tapi kecanggungan kalian tetep harus dibahas. Kalau berlarut-larut jadinya nggak nyaman kan. Apalagi dia orang yang lo sayang." Agil mencomot satu lagi pisang goreng yang ada dihadapan mereka setelah selesai memberi petuah.

"Iya sih, gue tahu. Tapi bingung mulainya. Harus bilang apa?" Sahut Dhania. Digaruknya kepala yang tidak terasa gatal itu. Dhania tidak tahu harus bagaimana menyudahi keanehan diantaranya dengan Pram. Dhania tidak pandai berkata-kata.

"Gampang aja. Nggak usah pake banyak omong. Lo undang dia ke rumah, terus striptease deh didepannya. Selesai masalah. Pasti nggak canggung lagi."

"SETAN CABUL!" Maki Dhania. Ditoyornya kepala Agil dengan kencang sampai ia tersedak pisang goreng karena serangan Dhania yang tiba-tiba. Karena batuknya heboh, teh manisnya langsung diteguk hingga tandas seketika setelah dirasa cukup untuk meredam sedakkannya.

"Dasar bocah lo. Saran gue bener lagi. Laki-laki tuh jadi rileks pikirannya kalau liat yang seger-seger. Apalagi yang seger itu body pacarnya." Agil memasang senyum setan.

"GUE PULANG AH!" Dhania mendengus keras lalu berjalan melenggang dengan kesal meninggalkan Agil dikursinya yang masih tertawa seperti orang gila. Dasar. Nama orang dan kepribadiannya cocok total. Agil = Gila!

~~

Continue Reading

You'll Also Like

16.2M 577K 33
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1.7M 79.9K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞
576K 92.5K 37
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
1.2M 107K 25
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...