Ten Rumors about the Mute Girl

By fibiway

264K 26.7K 2.3K

Orang-orang bilang ada gadis bisu di rumah itu. Dan akhirnya aku tahu bahwa itu benar setelah kejadian dimana... More

0.0 | copyright
epigraph
prologue
1 | people said, the house is haunted
2 | people said, she is from the other city
3 | people said, the carpenters have often moved house because 'she' is mute
4 | people said, they are anti-social family
5 | people said, Julia is a whiny girl
6 | the beginning
7 | the warming party
8 | why Mrs. Carpenter gets mad?
9 | the taro flavor
10 | Seth, the stalker
11 | Seth and the truth
12 | why Mrs. Carpenter gets mad? (pt.2)
13 | a middle-aged man asked us about the Carpenters' house
14 | what the hell?
15 | she; a gone girl
16 | ten rumors about the mute girl and her family
17 | Mom said that she will try
18 | but Mom never trying
19 | the Carpenters' truth
20 | a girl who was slapped
21 | what happen; why Penelope calling?
22 | Julian
24 | stupidity
23 | a big confusion
25 | a stranger
26 | he is the hero, again
27 | Herbert Carpenter
28 | she said she really sorry for her father
29 | the day with them
30 | a ticket, to Iceland
31 | me, and the sun, and the girl-who-will-go to reach her dream
32 | the truth, but not the whole truth
33 | the truth happened later, i think it's the end
35 | everything's back to normal, like when the girl has not come yet
36 | new neighbor, isn't it?
37 | yeah, they are gone
38 | a diary
39 | page 1, 30 November
40 | page 2, 3 December
41 | page 3, 10 December
42 | page 4, 12 December
43 | page 5, 15 December
44 | page 6, 28 March
45 | page 7, 30 March
46 | page 8, 31 March
47 | page 9, 3 April
48 | page 10, 30 May
49 | "nothing ever goes away..."
50 | "...until it teaches us what we need to know."
epilogue
[ author's note ]

34 | too late to say goodbye

2.4K 336 105
By fibiway

Berapa lama? Tidak ada cahaya yang mengalir, semuanya gelap. Apa aku masih hidup? Tidak ada yang bisa kukenali, sialan! Aku saja tidak tahu di mana diriku berada sekarang karena oh, sialan lagi, tempat ini benar-benar hitam, dan dingin.

Kedua kakiku melangkah ke arah yang aku tidak tahu pasti ke mana tapi kupikir adalah arah selatan. Aku tidak merasakan adanya tanda-tanda perumahan Bloomington sama sekali karena tidak ada lampu jalan atau lampu rumah di tempat ini seolah-olah aku telah tersedot ke sebuah tempat antah-berantah, terbuang.

Dengan bodohnya, kuteriakkan, "Mom? Dad?" dan hening selama lima detik setelahnya. "Seth? Oh ayolah, man, setidaknya kalian menjawabku."

Aku terus melangkah ke selatan—entah apakah ini arah yang benar—tanpa memedulikan apa pun (karena pada dasarnya, tidak ada apa-apa di sini) hingga tahu-tahu, jemari kakiku yang terbungkus sepatu menabrak sesuatu. Cukup kaget romaku hingga lututku malah tertekuk, dan jatuh di atas sesuatu—astaga, ketika kuraba, tanganku mendapati tangan seseorang. Dingin dan kaku, membeku. Cepat-cepat kusentuh bagian tubuh lainnya (karena indera mataku tidak bisa melihat apa pun) hingga menemukan wajah seseorang itu. Hidungnya, mulutnya, alisnya, tulang pipinya kutelusuri satu persatu hingga kemudian aku menyadari sesuatu setelah jemariku meremas rambut pendek di kepala orang itu.

Secercah cahaya putih muncul dari arah selatan, menyilaukan pandangan. Tanganku berusaha menutupinya, dan pandanganku berpaling dari cahaya ke arah tubuh seseorang tadi. Kini semuanya mulai kelihatan. Cahaya putihnya memberiku penglihatan akan siapa sesosok orang yang terbujur kaku di bawahku.

Itu wajahku. Penuh darah di kepala, sebagian telah melebar ke permukaan lantai. Sekonyong-konyong aku mundur jauh-jauh dari tubuh itu. Apa yang sudah terjadi?! Aku benar-benar ketakutan setengah mati. Oh sial, apa diriku telah benar-benar mati?

Kini cahaya putih dari selatan makin terang dan melebar hingga akhirnya kudapati kemudian, tiba-tiba tempat itu menjadi putih seluruhnya. Aku sampai harus menutupi pandangan mata ketika prosesnya berlangsung berubah dari hitam menjadi putih. Sialannya, tubuhku tadi tiba-tiba hilang. Kali ini benar-benar tidak ada apa pun meskipun terang benderang. Tidak ada perkotaan, pepohonan, atau pun keluargaku. Seperti ruang kosong di film kartun Spongebob Squarepants di mana aku adalah Squidward yang tersesat.

"Jason? Jason?" tahu-tahu kudengar seseorang dari arah belakangku berdiri.

"Julia?" butuh beberapa detik aku tersentak kaget mengetahui Julia tiba-tiba ada bersamaku, di tempat ini. "Di mana kita? T-tunggu, kau—kau bisa.... bicara?"

"Ya Jason, aku bisa bicara sekarang."

"A-apa yang—"

Julia tertawa. Ini pertama kalinya kudengar gadis itu tertawa dengan cara yang sempurna namun ada aksen berbeda dari suaranya. Seolah itu tawa yang dibuat-buat, tawa yang sumbang, tawa seseorang yang... licik. Aku tidak mengerti. Sedetik kemudian gadis itu malah berlari menjauhiku sementara aku masih tetap berdiri di sini karena aku tidak mempunyai alasan untuk mengejarnya hingga akhirnya, bayangan Julia lama kelamaan mengecil dan mengecil. Awalnya menjadi sebuah titik, lalu kemudian lenyap.

"Julia?" kupanggil dia. "Julia?" Tidak ada jawaban. Kubalikkan bahu, menoleh ke belakang, lalu ke kanan, lalu ke kiri. Tidak ada apa pun. Semuanya putih. Seperti selembar kertas putih yang benar-benar baru kubuka segelnya.

"Jassseonnn."

Oh astaga, apa itu?

"Jassseonnn." Lagi, suara itu lagi. Memanggil namaku dengan lamat-lamat disertai gema di setiap suku katanya, membuatku bertanya-tanya apakah benar namaku terpanggil. Kutoleh sisi kanan dan kiri dari tempatku berada namun sungguh tidak ada apa-apa.

"Jassseonnn!"

"JASE!"

"JASE!

"JASON! JASON!

Masih tidak ada siapa-siapa di sekelilingku hingga tahu-tahu tempat ini gelap lagi, hitam. Semuanya kembali hitam seolah kertas putih yang baru saja kubuka, terkena tinta hitam hingga merembes ke seluruh permukaannya.

Lalu, suara itu lagi, "JASON!"

"JASE!"

"JASON, BANGUN!"

---

"Jason? Oh, Jesus Christ! Syukurlah, kau sudah sadar."

Bayangan seorang wanita memenuhi penglihatan di depan wajahku. Hingga beberapa detik kemudian, sosok yang tadi tampak mengabur itu, wajahnya berubah menjadi jelas dan nyata. Mom. Rautnya penuh kegirangan, menciumi wajahku dengan penuh kasih sampai beberapa kali kurasakan air matanya menetes melewati pipiku. Kugerakkan leher ke samping kanan hingga mendapati dua orang yang sedang berjalan menghampiri wajahku. Seth dan Dad. Dan seketika itu juga, aku baru sadar bahwa tubuhku berada di atas ranjang. Terbujur lurus.

Mom, Dad beserta Seth menutupi akses penglihatanku namun kutahu mereka hanya bermaksud melihatku saja dengan wajah-wajah penuh rasa syukur atas kesadaranku yang tiba-tiba. Mereka tidak banyak bertanya, hanya melontarkan kalimat-kalimat syukur serta menceritakan secara singkat betapa sedihnya mereka menungguiku di rumah sakit. Namun sedetik kemudian rasa heran memenuhi pikiranku. Aku tersadar, di mana Julia?

"Mom?" panggilku lirih, sebisaku (karena seolah suaraku tiba-tiba menjadi hilang). Mom menaikkan alis dengan memberikan senyum percaya diri dan bertanya ada apa yang kujawab dengan bertanya, "D-di mana Julia?"

Senyum Mom memudar, bersamaan dengan milik Seth dan Dad seolah mereka baru saja mendengarku berkata sesuatu yang benar-benar buruk. Ketiganya kini berwajah ragu, diselingi kesedihan yang tersembunyi di dalam bola mata mereka.

Lalu kulihat Mom akhirnya berkata, "Dia pergi. Dua hari yang lalu-"

"Pergi?!" sahutku kaget.

"Terbang ke Islandia."

"A-apa?!"

"Tidak ada yang bisa mengubah takdir, Jason. Yang terpenting sekarang adalah kau masih selamat," kata Mom, lalu memberiku seulas senyum.

"T-tapi aku bahkan belum memberinya ucapan selamat tinggal."

Dad berkata, "Sudahlah, jangan berpikir yang berat-berat, kau baru siuman." Dad membelai rambut hitamku dengan jemarinya yang panjang, mengelus kepalaku perlahan.

"Apa yang terjadi dengan Julia?" tanyaku, "ketika ... ketika aku tertabrak?"

"Julia selamat dan gadis itu kabur," jelas Seth. "Tapi aku tidak tahu ke mana dia pergi karena setelahnya, aku langsung menuju ke arahmu, Jason. Kau tahu? Aku sampai menangis karena kupikir kau sudah mati karena waktu itu tubuhmu benar-benar tidak bergerak. Orang-orang yang mendengar tangisku mulai berdatangan, mengerumuni kita. Herbert Carpenter menelusup lewat celah-celah kerumunan, dan setelahnya kudengar ia berteriak, 'telepon ambulans, cepatlah!'. Lalu ketika ambulans datang, pria itu menggendongmu masuk ke ambulans. Aku buru-buru masuk ke ambulans mengikuti Herbert Carpenter yang sudah duluan masuk hingga lupa rupanya sejak itu tidak kulihat Nyonya Olivia Carpenter di sekeliling kerumunan.

"Kau tahu? Ketika berada di ambulans, kutanyakan keberadaan Nyonya Carpenter kepadanya. Herbert Carpenter bilang, istrinya mengejar Julia." Seth menarik napas selama satu detik sebelum akhirnya ia kembali bercerita, "Dan, ya. Kau berakhir di rumah sakit ini, mengalami koma.

"A-aku koma?!"

"Yep, bagaimana rasanya itu?" Seth bertanya, setengah penasaran.

Leherku menggeleng pelan, kurasa aku tidak ingat dan yakin bagaimana rasanya koma itu seperti apa. Sial, kenapa mendadak pikiranku jadi rumit dan susah sekali mengingat-ingat kejadian terdahulu? "Entahlah Seth, aku lupa," jawabku pada akhirnya.

"Baiklah, itu tidak penting." Mom menimpali, "Akan kupanggil dokter untuk memeriksamu," kata Mom lalu bergegas pergi menjauh, berjalan ke arah pintu, dan setelahnya lenyap keluar dari ruangan. []

banner purrfect bikinan kak shadriella hehe

Oh iya sejauh ini, aku minta saran kalian dong, part 1 hingga part 34 ini.

Dibuka sesi komentar in-line pada kata 'pertanyaan' atau 'masukan'

--PERTANYAAN--

(kalian boleh meluapkan seluruh pertanyaan-pertanyaan kalian selama baca cerita ini dari part awal sampai part ini. jadi kayak, apa sih yg bikin kamu terus pengen baca kelanjutannya tapi gak nemu-nemu jawabannya padahal udah segini banyak 34part?)
p.s. enggak akan kujawab direply komentar karena itu sama aja bocorin :( hehe. Biarkan sebuah pertanyaan menggantung hingga ending.

--MASUKAN--

(kalian para pembaca boleh ngomong apa aja terserah. Kritik dan saran aku terima kok. Suka yg pedes-pedes nih :p Kesan-pesan boleh, hujatan boleh, kejelekan cerita ini boleh, terserah)

Jadi kenapa aku membuka sesi seperti ini? Adalah karena aku butuh pertimbangan untuk kelanjutan cerita hehe:))))

See ya!

Continue Reading

You'll Also Like

371K 47.6K 40
[PEMENANG WATTYS 2021 KATEGORI "NEW ADULT"] "HEI!" Rasi, cowok itu kembali memanggil. Sejujurnya Rasi ingin bertanya kenapa dengan cewek itu, namun s...
1M 135K 17
"Ever wonder how it feels to love a man who's more unreachable than the sun?" Substansi © 2017 by Crowdstroia. Image taken from pinterest. [W...
13.3K 2K 31
Setelah ditinggalkan oleh seseorang yang menjadi alasannya bermain basket, Haura Anastasia harus menanggung beban sebagai angkatan tertinggi. Dengan...
2.1M 126K 33
[SUDAH TERBIT] Sebagian cerita sudah dihapus. Buku sudah bisa dipesan dan ditemukan di semua toko buku. An Eternal Vow Wanita itu masih memakai keba...