The Bastard, Sweety

By KarinDii

244K 34.9K 9.2K

Kim Taehyung. Fanserver ulung, seolah sanggup membuat penggemar wanita terkapar dengan kerlingan mata. Sialny... More

Prologue
Pt. 1
Pt. 2
Pt. 3
Pt. 4
Pt. 5
Pt. 6
Pt. 7
Pt. 9

Pt. 8

11.9K 1.9K 351
By KarinDii

Insiden tiga malam lalu, di mana ia keluar minum-minum dengan Wonjae membuat Soyeon menduga jika Taehyung masih marah.

Masih terngiang jelas Taehyung yang mengomel di telepon ketika ia tiba di rumah.

Kini sepanjang jalan menuju apartemen lelaki itu, ia sudah mencari ribuan kalimat jika lelaki itu menyerang dengan berbagai macam pertanyaan.

Secara literal bukan gayanya mencari alasan. Soyeon akan mengatakan semuanya dengan jujur. Hanya saja ia takut terlibat perdebatan panjang dengan lelaki itu.

Sejenak Soyeon menarik napas dan membuangnya seolah ada beban yang ikut terhempas. Telunjuknya menekan bel apartemen dengan gerakan ragu.

Meskipun Taehyung dengan sukarela memberitahu password apartemen, tetapi kali ini ia tidak bisa langsung masuk begitu saja.

Kalau dingat lagi, beberapa hari terakhir mereka juga tidak saling menghubungi karena pekerjaan Taehyung, terkait iklan maupun kegiatan milik Taehyung yang terus berdatangan.

Tak lama pintu terbuka. Taehyung berdiri di ambang pintu. Ekspresinya tak terbaca.

"Kau sibuk?" Soyeon mengawali dengan nada bimbang, bahkan ditelingannya sendiri. Lalu ia membasahi bibirnya sesaat dan mengangkat paper bagnya. "Aku membawakanmu makanan."

"Masuklah," kata Taehyung menggeser tubuhnya ke samping. Tangannya menahan pintu dan membiarkan gadis itu masuk terlebih dahulu.

Sewaktu mereka berada di ruang tengah, tiba-tiba Soyeon berbalik dan berujar pelan, "Malam itu...."

"Makanan apa yang kau bawa?" tanya Taehyung sebelum gadis itu menuntaskan kalimatnya. Lelaki itu bergegas ke dapur, mengambil sekaleng soda dan sebotol susu pisang dari dalam kulkas. Selanjutnya Taehyung mempersilakan gadis itu duduk berhadapan dengannya di meja dapur.

"Japchae," jawab Soyeon pendek dan jelas.

Sesaat mereka terdiam ketika Taehyung membuka kaleng sodanya.

Sementara Soyeon mulai berpikir. "Kim Tae, masalah kemarin—"

"Ah, tunggu sebentar." Lelaki itu beranjak dari tempat duduk, mencari sesuatu di sekitar kulkas dan lemari dapurnya.

Dari posisi ini Soyeon tak mampu memalingkan pandangannya sedikit pun dari punggung laki-laki di hadapannya yang kelihatan sibuk sendiri. Apa dia masih marah? Pikiran itu tercetus dalam benaknya.

"Aku tidak bisa menemukan sedotan susunya," gumam Taehyung masih mencari-cari. "Mungkinkah petugas toko lupa memasukkannya?"

Karena tidak berhasil menemukan apa yang ia cari, Taehyung kembali lagi ke hadapan Soyeon. Ia menyobek segel susu, lalu menyodorkannya pada gadis itu.

Soyeon menerima susu itu dengan lesu. "Terkait malam itu, maafkan aku. Bukan maksudku membuatmu marah, cemas, atau apa."

Taehyung hanya menjawab berupa anggukan kepala samar.

"Kau marah?"

"Tidak," sahutnya Taehyung sambil menggeleng kecil.

Soyeon menatap lamat-lamat Taehyung yang kini menerawang ke permukaan kaleng dalam genggaman lelaki itu, merenungi sesuatu sekaligus seperti sedang menghindari pandangannya.

"Kim Tae," ucap soyeon tak berdaya. "Kau bisa marah padaku. Aku bersalah. Maafkan aku."

Taehyung memejam sejenak dan menarik napas. Lalu menatap mata Soyeon secara langsung "Aku tidak marah."

"Aku tidak tahu harus bilang apa. Tapi kau berhak marah."

"Aku cemburu." Perkataan itu hanya berupa bisikan lemah. Begitu kata-kata itu meluncur ia juga sempat menyesal.

Kemudian ia terdiam sebentar untuk menarik napas. "Hal yang paling kusesali, karena aku tidak ada di sisimu setiap waktu. Aku cemburu karena adanya orang lain yang bisa mendengarmu lebih baik. Paling tidak, aku ingin hubungan kita berjalan seperti pasangan normal. Berjalan, mengobrol, berkencan, menikmati langit malam, atau makan dan minum aapa saja sampai keesokan harinya."

Mendengar penuturan Taehyung, Soyeon hanya menggeleng pelan. Mulutnya terbuka ingin mengutaran sesuatu, tapi tidak ada sepatah kata pun yang mau keluar.

Bukan begitu. Sama sekali bukan maksudnya membuat Taehyung menderita dengan hubungan mereka. Bukan juga ingin membuat pria itu tertekan karena situasi.

Sementara itu Taehyung menunduk, menyembunyikan ekspresinya ketika merasa tenggorokannya sakit dan mengering.

Beberapa detik berikutnya ia berdeham, mengedip sambil mengangkat kepalanya, lalu mengubah tekanan suaranya kembali normal. "Tadi kau bilang bawa makanan? Makanan apa yang kau bawa?"

"Ah, ini... cuma japchae-bap."

"Kali ini kau juga yang membuatnya?"

Soyeon mengangguk.

Sebelum ini, jika Taehyung memiliki waktu luang atau berada di apartemen, tanpa berpikir dua kali ia akan membawakan makanan buatannya, atau mencari resep baru, berbelanja, hingga memasak. Bakat memasaknya sedikit ia dapat dari mendiang ibunya.

Waktu kecil Soyeon senang sekali jika berada di dapur dan menonton apa saja yang ibunya lakukan. Kadang-kadang ibunya tak segan mengajarinya beberapa cara memasak berbagai jenis makanan. Meskipun usianya kala itu masih sangat kecil.

Saat SMA pun, ketika ayah dan kakaknya berkumpul, mereka mengakui lebih senang dengan masakannya daripada harus memesan menu restoran.

Sekarang potongan kenangan itu seolah memiliki kotak rahasia dalam kepalanya yang mustahil dihilangkan.

"Kalau begitu ini bukan 'cuma', ini adalah makanan spesial yang dimasak khusus oleh kekasihku." Taehyung tersenyum, mengangkat jempolnya ke udara sebagai bentuk apresiasi.

Perlahan tapi pasti Soyeon mulai ikut tersenyum. "Makanlah dengan banyak." Gadis itu meyodorkan kotak makannya. "Lain kali akan kucarikan resep baru dan membawanya padamu."

Tetapi sebelum Taehyung menyentuh masakan itu, dengan gerakan tiba-tiba ia berdiri lantas menarik lengan Soyeon menuju kamarnya.

"Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu." Lelaki itu menarik keluar sweater dari tas toko berlabel. "Cobalah."

Bahan tebal dan lembut sweater berwarna maroon itu menjadi petunjuk betapa mahalnya barang ini jika Soyeon memperkirakan harganya.

"Pasti ini mahal sekali," gumamnya.

Enggan menerima penolakan, Taehyung merentangkan bagian dalam baju dan meminta Soyeon memakainya. "Angkat tanganmu."

"Aku bisa pakai sendiri, Kim Tae."

"Angkat tanganmu. Aku ingin melihatnya secara langsung," ujarnya bersikeras.

Mau tidak mau Soyeon menuruti permintaan Taehyung. Diam-diam gadis itu sempat tersenyum.

"Ternyata cocok denganmu. Sekarang berbalik," pinta Taehyung lagi.

Kali ini Soyeon mengiakan tanpa protes. Tepat di belakangnya berdiri cermin yang sedikit lebih tinggi dari badan Taehyung.

"Bagaimana? Kau suka?"

"Eoh, neomu jhoa. Gomawo."

Secara perlahan, kedua tangan Taehyung menyusup di antara lengan Soyeon dan mendekap gadis itu dari belakang sambil menjatuhkan dagunya di pundak gadis itu.

"Kencan kita berikutnya nanti kau harus memakai ini."

"Kau akan membawaku kencan?" Dari cermin tatapan mereka saling bertemu.

"Ya. Secepatnya." Taehyung melirik wajah Soyeon secara terang-terangan. "Bagaimana dengan Disneyland? Saat berada di Tokyo kemarin aku membayangkan kita berdua menghabiskan waktu semalaman penuh. Kau memakai sweater ini dan aku memakai topi yang pernah kau berikan," papar Taehyung terlalu bersemangat.

"Sounds good. Aku menunggu."

Taehyung mengambil kedua tangan Soyeon yang terkulai dan menyatukan jemari mereka, membawanya kembali ke depan perut gadis itu.

"Kau bisa merasakan debaran jantungku?"

"Eoh. Rasanya seperti memukul-mukul punggungku," canda Soyeon, tidak benar-benar merasakannya.

"Tapi jantungku memang berdebar kuat dan selalu seperti ini jika kau di dekatku. Bagaimana ini?"

Soyeon terkekeh kecil tanpa memberi balasan.

Taehyung menghirup napas panjang dari leher Soyeon sebelum kembali bicara, "Malam ini kau lebih manis dari biasanya. Apa karena mengiraku marah? Mungkinkah aku harus marah lebih dulu agar merubahmu menjadi semanis permen kapas?"

Soyeon berdesis. Dengan sengaja ia menyikut perut di belakangnya, lalu tertawa sinis.

Disusul tawa Taehyung yang khas dengan suara serak dan beratnya.

"Aku melihat pengumuman di akun fanbase ciptaanmu," ucap Taehyung, "kau bilang bulan ini akan membuka pameran fotoku?"

"Untuk satu itu aku lupa memberitahumu. Rencananya aku bekerjasama dengan fansite lain."

"Ah, kalau begitu aku akan datang," cetus Taehyung.

Lagi-lagi Soyeon menyikut perutnya. "Kau gila. Bisa rusak acaraku."

Taehyung meringis. "Lalu, kau sudah menyiapkan fotonya?"

"Beres. Ratusan ribu fotomu tersimpan baik di laptopku. Aku masih harus memilihnya di sela-sela waktu kuliah nanti."

"Mau kubantu memilihnya malam ini?"

"Good idea. Pertama-tama kau harus mengantarku pulang mengambil laptop."

###

Seperti biasa, seperti malam-malam lalu, Soyeon lebih suka berjalan kaki menyusuri pemukiman rumahnya ketimbang dengan taksi atau kendaraan pribadi.

Dengan begini ia lebih bisa berpikir dan berbicara kepada dirinya sendiri lebih lama.

Tak ayal ia juga menyukai hal ini karena bisa berhenti sejenak mengamati taman kecil perumahan untuk fasilitas anak-anak sekitar.

Taman bermain itu tidak besar, hanya ada empat mainan besi di sana. Biasanya menjelang sore atau hari libur akan sangat ramai.

Sorotan cahaya lampu tiang di ujung membuat Soyeon tetap bisa mengamati keadaan di sana.

Memandangi taman itu seolah menarik dirinya pada masa sebelum ini.

Dirinya seolah dibawa menjelajah sebuah kilas balik, di mana ia duduk sendiri di salah satu ayunan. Seragam sekolahnya masih terpasang dan sesekali gadis itu mengecek ponselnya dengan cemas.

Hingga cukup lama seorang pemuda berlari di kegelapan menghampirinya.

Kim Taehyung terengah setelah berlari jauh. Anak kelas tiga akan selalu sibuk. Anehnya lelaki itu selalu nekat bertemu dan membawakan susu pisang kesukaannya meski hampir larut malam.

"Maaf. Aku terlambat," ucap Taehyung penuh sesal. Lelaki itu menusuk sedotan ke botol susu dan memberikannya pada Soyeon. "Kau pasti kedinginan karena menungguku, kan?"

"Sedikit dingin," tutur Soyeon sambil menarik ujung seragam lelaki itu agar duduk di ayunan sebelahnya.

Tak lama Taehyung sudah duduk di ayunan lainnya.

Taehyung segera menggosok-gosokkan kedua tangannya, lalu merangkum wajah gadis itu agar mendapat kehangatan. "Hangat?"

Soyeon mengangguk.

"Aigoo, beruangku jangan sampai kedinginan."

Soyeon tertawa halus. "Beruang takkan kedinginan, Kim Tae. Mereka memiliki bulu yang lebat dan panjang. Mereka akan bernapas di antara bulu, dan bulunya berfungsi menyimpan kelembapan."

"Aahh, begitukah?" Taehyung tampak menyimak dengan sangat serius.

"Saat musim dingin tiba, mereka hanya perlu hibernasi karena mengalami penurunan suhu tubuh dan metabolisme."

"Yoksi." Taehyung mengacungkan jempolnya. "Lee Soyeon yang terbaik."

Wajah Soyeon berseri-seri. "Bagaimana dengan persiapan ujianmu?" tanyanya.

Seakan ujian bukan perkara besar, Taehyung mencubit pipi gadis itu seraya tersenyum gembira. "Pacaraku pasti sangat cemas, kan? Aku baik-baik saja."

Sebuah pukulan halus dilayangkan ke lengan lelaki itu. "Bagaimana tidak khawatir kalau kau selalu main-main dan menganggap semuanya bisa diatasi tanpa berusaha."

Namun saat itu Taehyung hanya tertawa-tawa. "Tenang saja. Aku akan berusaha dan tidak akan membuat orang-orang yang kusayangi malu. Orangtuaku, kau, dan keluargaku."

Selama beberapa saat Soyeon tetap terpaku di tempatnya. Seakan-akan menonton apa yang dulu pernah ia lakukan.

Pendengarannya menangkap gabungan suaranya sendiri dan suara tawa Taehyung dalam kepalanya sampai suara tawa itu menghilang.

Kemudian gadis itu mengedip bersama satu tarikan napas lelah.

"Bisakah?" bisiknya menjadi lemah.

Bisakah mereka mengulanginya lagi? Menjadi pasangan normal seperti yang Taehyung katakan?

Namun, detik itu juga ia menyadari bahwa semuanya takkan pernah kembali.

But most of all, she hope Taehyung looks back, like she did.

###


HAPPY BIRTHDAY KIM TAEHYUNG. WE PURPLE YOU ✨💜🎉🎉

Karindii belum telat ucapin dong.

Kalian kasih wish apa ke Kim Taehyung?

Mau tanya deh, kalau kalian punya pacar terkenal, misal (gak usah muluk-muluk) anak bangtan. Apa yang bakal kalian lakuin selama menjalin hubungan?

Anyway, maaf ya kalo kita telat terus updatenya. Karindii khilaf HAHAHAH :(

Part depan kalian spam komen dong. Biar kita semangat update ;-)

Love,
Karindii 💜

Continue Reading

You'll Also Like

176K 15K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
75.2K 7.2K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
74.9K 3.3K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
195K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...