Beautiful Words For You [Char...

By DililaDenata_

674 76 20

Dari seluruh rangkaian aksara yang membentuk kisah kasih antara kau dengan orang terkasih, selalu ada kata-ka... More

Pembukaan
2. Minerva [Todoroki Shouto x Reader]

1. Alpas [Osamu Dazai x Reader]

214 31 7
By DililaDenata_

Alpas

(v.) To become free, to break loose.

◇◇◇

Terlahir di dalam keluarga yang berstatus anggota mafia membuat Nakahara [Name] mau tak mau mengikuti jejak sang kakak, Nakahara Chuuya.

Takdir hidup gadis berambut jingga bak matahari di sore hari ini bahkan sudah ditentukan oleh keluarganya sendiri.

Menjadi anggota Port Mafia, lalu menjadi salah satu anggota eksekutif Port Mafia. Semua kewajiban itu harus [Name] penuhi.

[Name] menghela napas gusar. Uap air dari napasnya membalut jendela kamarnya.

Sepasang iris [E/C] gadis itu menatap kedua tangannya dengan nanar, lalu menghela napas sekali lagi.

Bahkan, sekalipun [Name] tidak memiliki ability, ia tetap harus memenuhi kewajibannya. Tentu saja hal itu akan membuatnya kesulitan dalam memenuhinya.

"Oi, [Name]! Cepatlah!"

Atensi [Name] kini beralih pada Chuuya. Lelaki dengan surai yang senada dengannya itu sudah rapi dengan balutan pakaian serba hitam. Tak lupa topi lucu yang selalu bertengger di kepala jingganya.

[Name] hanya mengangguk pelan. Ia menyambar tas ransel hitamnya, menyusul Chuuya tanpa berniat merapikan rambutnya sedikitpun.

[Name] memperhatikan Chuuya dari belakang. Selalu begitu. Ia akan selalu berjalan di belakang lelaki itu, menatapnya diam-diam, lalu mengeluhkan nasibnya.

Bahkan saat memasuki gedung Port Mafia, Chuuya langsung disambut oleh anggota lain. Ada yang membawakan kemejanya, ada yang berniat membantu misinya, dan berbagai bantuan lain terus ditawarkan.

Sedangkan [Name]?

Hanya satu-dua orang yang melempar senyum padanya.

"Ah, tidak. Aku sudah dibantu oleh adikku," ucap Chuuya menolak berbagai bantuan yang terus dilambungkan oleh mereka. "Benar begitu, [Name]?"

[Name] hanya mengangguk pelan. Ia kembali melangkah mengikuti Chuuya, entah hendak pergi ke mana.

***

"Kau bisa beristirahat sekarang. Biar aku yang mengurus misi ini. Akan berbahaya jika melibatkan gadis biasa sepertimu."

[Name] lagi-lagi hanya bisa mengangguk patuh atas apa yang selalu diperintahkan Chuuya padanya, meski tak dapat dipungkiri ia juga bisa merasakan dadanya bak diremas saat Chuuya menyebutnya 'gadis biasa'.

Kaki jenjang [Name] membawa gadis itu ke sebuah cafe yang letaknya cukup jauh dari gedung Port Mafia, namun cukup dekat dari kantor Agensi Detektif Bersenjata.

[Name] mengambil tempat duduk di dekat jendela. Mengamati orang-orang yang berlalu-lalang merupakan salah satu hobinya.

"Let it go, let it go. Can't hold it anymore ...."

Bibir mungil [Name] ikut bergerak bersenandung menyanyikan lagu yang ia dengar melalui headset.

"That perfect girl is gone."

[Name] mendongak saat kedua headsetnya terlepas. Ah, ralat. Lebih tepatnya dilepas daripada terlepas.

"Yo!"

Hati [Name] yang campur aduk kini mulai menghangat saat suara bariton itu tertangkap oleh indra pendengarannya.

"D-Dazai-san?" [Name] memastikan sosok yang kini duduk di depannya dengan senyum terkembang.

"Bingo! Ini aku, [Name]," ucap Dazai dengan riang.

[Name] mengerjapkan mata beberapa kali, masih tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.

Benarkah lelaki di depannya ini adalah Osamu Dazai, satu-satunya orang di Port Mafia yang tidak mengerdilkan [Name]?

Tapi ... seingat [Name], Dazai tidak pernah berbicara dengan nada seriang tadi, justru sebaliknya. Nada bicara Dazai selalu terdengar serius.

"Itu benar kau, Dazai-san?"

Dazai mengangguk. Ia meraih tangan [Name], lalu mengecupnya dengan lembut.

Bisa [Name] rasakan wajahnya sekarang memanas. Ada apa? Mengapa Dazai tiba-tiba mencium tangannya?

"Tentu saja ini aku." Dazai kembali menatap mata [Name]. "Aku, Osamu Dazai, lelaki yang sejak lama mencintaimu, [Name] yang cantik."

Plak!

Tamparan mendarat mulus di pipi Dazai. Dazai mengerucutkan bibir, tak terima tiba-tiba ditampar saat ia menyatakan perasaannya.

Keinginan Dazai untuk mengomel sirna begitu [Name] tertawa.

Iris hazel Dazai merekam tawa [Name], tak mau tertinggal satu detik saja. Bibir Dazai pun perlahan membentuk kurva.

"Kenapa kau berubah drastis seperti ini, Dazai-san?" tanya [Name] di sela-sela tawanya.

Dazai memiringkan kepalanya. Telunjuknya bertempelan dengan dagu lelaki itu. "Karena aku sadar kalau kita sesekali harus memberontak, berubah menjadi pribadi yang benar-benar kita inginkan," jawabnya.

Tawa [Name] sirna. Jawaban Dazai itu telak mengenai batinnya. "Kau menyindirku?"

"Entahlah, aku juga bingung." Dazai mengangkat bahu. "Tapi, aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu."

"Apa?"

"Aku ingin kau terbebas dari rantai tak kasat mata yang membelenggumu, [Name]."

[Name] menghela napas. Kepalanya tertunduk dalam. Jika saja bisa, [Name] pun sudah melakukan apa yang Dazai minta. "Kautahu bagaimana keluarga Nakahara, Dazai-san. Untuk gadis biasa sepertiku, tentunya sangat susah dan beresiko jika memberontak," gumamnya.

"Tapi, kau ingin terbebas, bukan?"

[Name] refleks mengangguk, jujur. Entah ada dorongan apa yang membuatnya mampu berterus terang pada Dazai.

"Mudah. Aku akan membantumu."

[Name] mendongak. Ia tak salah dengar? Bagaimana cara Dazai bisa membantunya? Bukankah Dazai sudah mengundurkan diri dari Port Mafia?

"Bergabunglah dengan Agensi Detektif Bersenjata bersamaku, [Name]."

***

Ini rencana yang gila.

[Name] berulang kali menatap Dazai yang berjalan di sampingnya menuju gedung Port Mafia.

"Tugasmu hanya mencurahkan seluruh isi hatimu, [Name]. Santai saja~" Dazai berucap seraya menggigiti rumput yang ia bawa.

Dazai membuka pintu utama dengan santai. Seolah-olah ia masih bagian dari Port Mafia.

Sesuai rencana, yang sedang berjalan menuju pintu adalah Nakahara Chuuya. Dazai tersenyum lebar, melambaikan tangan. "Yo, mantan rekanku!"

Chuuya langsung mendengus melihat kehadiran Dazai yang selalu tiba-tiba. "Mau apa kau? Dan ... bersama [Name]?"

"Aku ingin membawa [Name] kabur bersamaku ke Agensi Detektif Bersenjata," jawab Dazai enteng.

Tatapan Chuuya semakin menajam. Ia kini menatap [Name] yang mengepalkan tangannya erat-erat. "[Name], pasti dia bercanda, 'kan? Ayolah, kau pasti tahu kau adalah adik kesayanganku."

[Name] menarik napas dalam-dalam sebelum mencoba untuk menatap Chuuya tajam. "S-sayangnya Dazai-san tidak sedang bercanda, Chuuya nii-san. Dan mulai saat ini, dengan berat hati, aku harus berhenti menjadi asistenmu."

Chuuya membelalak tak percaya. Adik perempuan satu-satunya berkhianat? "Tapi, kenapa?"

"Aku ... aku sudah muak menghadapi sikap kalian yang suka mengelompokkan orang lain." [Name] menunduk.

Semua orang yang mendengar ucapan [Name] langsung menyiapkan amunisi masing-masing.

Chuuya merentangkan tangan kanannya, memberi peringatan agar mereka tak melakukan tindakan yang tak menyenangkan pada [Name].

"Di depan kalian, mungkin aku hanyalah seekor kelinci kecil yang lugu. Hati kecil kelinci ini juga bisa terluka, kalian tahu? Dan ada saatnya di mana kelinci kecil ini akan melompat jauh, meninggalkan apapun yang menyakitinya."

Chuuya diam membisu.

"Dan saat itu sekarang sudah tiba." [Name] mendongak, tidak terkejut melihat anggota Port Mafia lain sudah memegang senjata masing-masing, tapi tidak melakukan serangan karena Chuuya yang mencegahnya.

[Name] mengalihkan tatapannya pada Chuuya. "Maaf jika aku tidak bisa dan tidak mau menjadi seperti dirimu, Chuuya nii-san."

Chuuya menelan ludah susah payah.

"Baiklah, perpisahan sudah selesai~ ayo, [Name], kita pulang." Dazai kembali menarik [Name] meninggalkan gedung Port Mafia.

"Tunggu, sialan!" Chuuya mengejar Dazai, lalu menendang lelaki itu. "Dasar kurang ajar!"

Dazai beringsut mengusap punggungnya. "Kau masih sama jahatnya, Chuuya-kun."

"Masa bodoh!" Chuuya menatap [Name] yang menunduk. Menghela napas, Chuuya jelas tahu [Name] enggan menatap dirinya. "[Name], aku ... aku tidak bermaksud menyakitimu. Kau ... kau boleh saja memberontak seperti tadi, tapi ... tapi kenapa harus dengan Dazai?"

[Name] kini menoleh. Ia menatap iris Chuuya yang senada dengan rambutnya.

[Name] berpikir Chuuya akan menuangkan seluruh amarahnya, tapi nyatanya tidak. Justru Chuuya menanyakan hal yang tidak berguna.

"K-kalau ditanya kenapa, i-itu karena---"

Ucapan [Name] menggantung. Ia menatap Dazai yang tersenyum lebar menunggunya mengucapkan sebuah deklarasi perang baru.

"---karena Dazai-san sekarang adalah kekasihku."

Chuuya segera menatap Dazai tajam. Ia berjalan menghampiri Dazai dengan aura mencekam.

Bugh!

Dazai kembali terpental karena tendangan Chuuya. Chuuya menatap Dazai dengan penuh ancaman. "Jangan kaupikir aku akan dengan mudah merestui hubunganmu dengan adikku, Dazai sialan!"

◇ FIN ◇

Maapkan gaje dan sama sekali ga dapet feelnya :')

Sweet Love,

Seia.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 76.2K 57
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...
87.2K 8.1K 32
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
AZURA By Semesta

Fanfiction

220K 10.6K 23
Menceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendap...
731K 58.7K 63
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...