BEAUTIFUL TIMES [MARKREN]

By Markrentown

63.6K 4.6K 662

"When we look back, like the panorama inside a movie, a beautiful time is drawn." Oneshoot collection of Mark... More

00. Hello
01. Holding On
02. Mark Hyung
03. Forever With You
04. Candlelight Dinner Becomes Wild
05. First Snow
06. Daisy
07. Meet My Mom
08. Merci, Renjun
10. You & I + Child = Happy
11. Regret
12. Longing
13. Imagination Friend
14. Time With You
00.2 Hello 2.0
Perfect Photograph

09. One Day In December

2.7K 248 33
By Markrentown

Title : One Day In December
Genre : Romance
Rated : T
Author : Meclaulin
Song : Jonghyun – Our Season

.
.
.

.
.
.

"Kau di mana?"

".."

"Aku akan-"

Renjun melihat ponselnya yang sudah kembali pada layar depan. Panggilannya diputus sepihak. Renjun memasukan ponsel ke dalam saku mantel. Kedua tangannya bertahan di dalam, meremat hotpack membantu menyalurkan hangat yang dia butuhkan.

Tak lama menunggu, sebuah mobil pick up berhenti di depannya. Kaca bagian penumang turun, membuat Renjun dapat melihat si pengemudi.

"Simba?"

Kekasih dari Renjun itu tidak memberikan senyum sambutan. "Masuk.."

Renjun bergegas membuka pintu, masuk ke dalam dan memasang sabuk pengaman.

Minhyung mulai kembali menjalankan kembali mobilnya. "Mengapa menunggu di halte? Aku sudah mengatakan cari minimarket terdekat.." tangannya yang bebas menggapai milik Renjun yang saling meremas diatas pangkuan.

"Aku baik-baik saja.."

"Tanganmu dingin, itu artinya tak baik. Aku sudah menawarkan diri untuk menjemputmu di Seoul.."

Renjun menyamping, menghadap Minhyung sepenuhnya. "Lalu kau akan membaku lagi ke Gyeonggi-do? Kau menghabiskan banyak waktu.."

"Aku tidak merasa menghabiskan banyak waktu.."

Renjun mendecih. "Seperti ini sambutanmu?"

Minhyung melepas tangannya yang digenggam Renjun. Mencubit gemas pipi pucat kekasihnya. "Siapa yang membuatku panik?"

"Aku tidak bermaksud membuatmu panik.."

Minhyung terkekeh kali ini. Tidak ada gunanya melawan Huang Renjun berdebat. "Kau sudah makan? Ayah memaksaku untuk memberimu makan.."

Renjun menjauhkan tangan Minhyung dari dirinya. "Ayah yang memkasamu? Baiklah Lee Minhyung.."

"Ambil ini.." Minhyung menunjuk pahanya yang memangku sesuatu.

Renjun mengambil, membuka kotak makanan tersebut. "Daging lagi?"

"Ayah bilang agar kau terlihat lebih gemuk?" Minhyung menyelipkan nada bertanya. Tak yakin apa maksud Ayahnya yang sebenarnya.

"Aku sudah cukup gemuk. Apa Ayah dan Ibu ada di rumah?"

Minhyung menggeleng, membelokan mobil ke arah kanan perlahan. "Mereka pergi keluar dengan mobilku. Itu sebabnya aku membawa mobil berkebun Ayah.."

"Mina di rumah?"

"Ayah, Ibu, Mina dan Jeno pergi bersama.."

Renjun merapatkan diri pada pintu. Meremas sabuk pengaman pada bagian dadanya. "Itu artinya hanya kita berdua di rumah?"

Minhyung melepas tawa kecil melihat reaksi Renjun. "Kau ingin melakukan sesuatu yang menyenangkan?" alis serupa burung camar itu dinaik turunkan.

Renjun kembali dengan posisi semula. "Mesum.. "

"Perlu kuingatkan siapa yang lebih dulu berpikiran mesum, Huang Renjun?"

"Aku!"

Jawaban itu sontak mengundang tawa lepas dari Minhyung. Mobil memasuki sebuah perkarangan, berhenti tepat di bagian samping rumah.

"Tidak ada yang berubah semenjak terkahir kali aku ke sini.."

Minhyung masih bersama senyumnya, melepas sabuk pengaman dan menghadap Renjun. "Kapan terakhir kali kau ke sini?"

Renjun berpikir sejenak. Membiarkan Minhyung yang melepas sabuk pengamannya. Kecupan Renjun rasakan di atas bibir, menariknya kembali untuk memberi jawaban. "Tahun lalu.."

"Pantas saja Ibu dan Ayah merindukanmu.."

Minhyung keluar. Tidak ada Minhyung yang memperlakukan Renjun istimewa dengan membuka pintu mobil. Renjun menyusul Minhyung yang kini sedang mencoba membuka pintu rumah. "Aku menyukai dekorasi tamannya.."

"Mina dan Jeno sedang mengadakan kompetisi mendekorasi taman.." pintu terbuka.

Minhyung lebih dulu mempersilahkan Renjun. Sebuah kaca besar menyambut kedatangan Renjun. Sepatu tergantikan sandal rumah yang selalu terasa hangat. "Kita benar-benar berdua.."

Minhyung menutup pintu, berbalik memperhatikan Renjun yang terlihat terbiasa dengan suasan rumahnya. "Kau yakin tak ingin merayakan natal bersama kami?"

Renjun menoleh. "Aku bekerja.."

Minhyung melepas mantelnya, lalu menggantung di bagian foyer. "Mantelmu.."

Renjun segera melepas dan memberikannya pada Minhyung. "Kita?"

"Naiklah dulu. Aku akan mengambil beberapa minuman dan makanan ringan.."

Renjun tanpa ragu menaiki tangga yang dilapis parquet. Minhyung adalah seseorang dengan keyakinan yang kuat. Saat perayaan natal seperti ini, rumah sederhana keluarga Lee terasa begitu meriah. Renjun menatap dua pintu kamar lain yang tertutup. Milik dua adik Minhyung.

Kakinya terus melangkah hingga pintu kamar terakhir. Renjun dorong perlahan pintunya. Aroma Minhyung seketika menyapa penciumannya. Renjun meletakkan kantung makanan di atas meja, melepas tas, lalu coat yang digunakannya.

Memilih duduk di ranjang Minhyung, mengusak telapak tangannya pada kasur. Nyaman, terasa seperti rumah di mana tempatmu seharusnya pulang.

Minhyung menghampiri dengan sebuah nampan yang penuh makanan ringan dan dua kaleng soda.

"Kita akan di rumah saja?"

Minhyung mendekat. Memeluk kepala kekasihnya, menunduk untuk menatap. "Tidak. Ayah menyuruhku membawamu untuk mencari makanan malam.."

Lengan Renjun memeluk pinggang Minhyung tanpa ragu. "Ayah lagi.."

Minhyung membungkuk, memberi satu kecupan di dahi Renjun. "Baiklah, aku akan memabawamu ke suatu tempat yang ramai dikunjungi beberapa pasangan saat malam.." Minhyung melepas diri. Bergerak menuju meja mengambil kotak makanan yang dibelinya untuk Renjun.

"Pasangan seperti kita?"

Minhyung menggeleng lemah.

"Tertebak.."

"Makanlah dulu.." Minhyung sudah mengaduk rata makanan itu, lalu menarik kursi untuk diduduki Renjun.

Namun sang kekasih tak bergeming, Dahinya berkerut mendapat perlakuan seperti itu.

"Ayolah, aku hanya berbuat sedikit manis untuk kekasihku. Jangan merusak usahaku, Huang.." Minhyung menarik Renjun berdiri.

Renjun terkekeh, mendekati Minhyung untuk memberi satu kecupan di pipi "Terima kasih.." Renjun duduk di kursi.

Tawa itu menular pada Minhyung, napasnya dihembuskan kasar. Renjun masih tertawa. Minhyung memilih duduk di pinggir ranjang.

Renjun yang melihatnya, menggeser lebih dekat pada Minhyung. "Jangan berjauhan denganku.."

Minhyung bergumama. "Cepat makan.."

"Iya.." Renjun memasukan suapan pertamanya.

"Lelah? Itu perjalanan yang cukup jauh menggunakan bus. Aku mengatakan padamu untuk menaiki subway, tapi lihat keras kepalanya dirimu.."

Renjun medesis. "Aku sedang makan. Harsukah kau mengomeliku?"

Minhyung memukul pelan kepala Renjun. "Aku mengomel karena kau keras kepala.."

Renjun merengut. "Sakit! Ini penyiksaan!"

Minhyung mencibir, sedikit mengangkat tubuh untuk mengecup bagian yang dipukulnya. "Sudah.."

"Kau sudah makan?"

Minhyung mengagguk.

"Sungguh? Kau sering berbohong padaku.."

"Aku di rumah. Tidak mungkin hal semudah makan aku lupakan jika Ibu selalu mengingatkan.."

Renjun menyuap lagi makananya. "Kau benar.."

"Telan lebih dulu baru bicara. Kau juga sering berbohong padaku tentang makan.."

Renjun menumpit selembar daging dan menyodorkan pada Minhyung.

Minhyung menerimanya tanpa bantahan.

"Mulutmu harus diisi agar tidak membalas perkataanku. Kau menyebalkan. Bahkan setelah tiga bulan tidak bertemu.."

Minhyung terlalu tenang mengunyah.

Renjun benar, setelah tiga bulan pertemuan terakhir mereka, akhirnya mereka kembali bertemu. Tidak lewat panggilan vidio, namun bertatap muka.

Kondisi pekerjaan membuat keduanya harus menjalin hubungan jarak jauh. Minhyung mendapat pekerjaan luar kota di Busan, sedangkan Renjun bertahan di Seoul.

Pada perayaan natal pekerjaan Minhyung rampung, pemuda itu mendapat libur. Berbeda dengan Renjun, kebijakan perusahaan terkadang tak sama.

Selama tiga bulan Minhyung hanya akan mendengar celotehan Renjun melalui ponsel, hari ini dia dapat mendengarnya tanpa perantara. Tak ada hentinya Renjun menceritakan kesehariannya. Mulai dari kegiatan yang Minhyung ingin tau, hingga yang tak ingin ia tau.

"Aku selesai.." Renjun membersihkan kotak makannya.

Minhyung memakasa kursi itu menghadapnya. "Masih lapar?"

Renjun tanpa malu dan ragu mengangguk. "Ayo pergi. Sebelum aku menyentuh kasur, memeluk gulingmu dan tidur.."

Minhyung hanya dapat mengembangkan senyum. "Ayo.."

.

.

.

Renjun dan Minhyung sudah memasuki sebuah tempat makan sederhana. Ada suguhan live music yang menemani malam para pasangan.

"Tidak ada yang kosong.." Minhyung sudah mencari tempat.

"Itu kosong.." Renjun terlalu cerbooh mengulurkan tunjuknya. Terlalu cepat mengambil keputusan untuk mendudukan diri di depan pasangan kekasih yang terlihat tak ingin menganggu.

Minhyung menghela napas. Mendekati Renjun yang sudah melihat buku menu. Baru saja dia tiba di samping Renjun, pemuda itu sudah melesat pergi menuju tempat pemesanan. Minhyung tidak mengambil pusing apa yang Renjun pesan. Renjun pasti tetap memberi dia makan.

Selagai Renjun memesan, Minhyung mendapatkan tempat kosong yang tak menganggu pasangan manapun. Beredekatan dengan panggung live music. Sedikit bising, tapi itu tak terlalu buruk.

Renjun dengan langkah cerianya menghampiri. Memilih duduk di depan Minhyung yang kini sibuk dengan ponselnya. Tidak ada kata yang mengiringi gerak Renjun mengambil ponsel Minhyung.

"Kau milikku malam ini. Jadi letakkan ponselmu.."

"Itu Ibu.." Minhyung tidak berusaha mengambil ponselnya.

"Jika Ibu boleh. Tapi perkerjaan tak kuiznkan.." Renjun menyerahkan lagi ponsel itu.

Minhyung mengambilnya, tatapannya tak terlaih dari Renjun yang mengamati. Minhyung membuka ruang obrol dengan Ibunya. "Lihat. Ibu menanyakan apakah kau sudah makan berat? Ayah menitip makanan.."

"Yasudah, kau balas saja. Lalu letakkan ponselmu.."

Minhyung membalas cepat. Hanya selang detik, ponsel itu diletakkan di meja. Renjun menumpuk dua ponsel mereka, mengasingkan ke samping.

"Jangan melihat ponsel jika itu bukan dari Ayah atau Ibu.."

Minhyung menarik ponsel keduanya. "Kau tak perlu menaruhnya di pinggir.." ponsel berada di tengah emja keduanya.

"Jam berapa sekarang?" Renjun bertanya sendiri, menyentuh layar ponsel melihat waktu. "Ada line.." lirihnya yang masih dapat Minhyung dengar.

"Buka saja. Jika kau buka, aku akan menyuruhmu memakan satu botol sambal.."

"TIDAK AKAN!" seru Renjun keras.

Minhyung tertawa. "Kau menggemaskan.."

Renjun adalah seseorang yang suka merubah topik pembicaran. "Mama dan Baba kembali bertengkar. Ingin bercerai lagi. Konyol, sudah dari jauh hari aku tak mempermasalahkan mereka bercerai.."

Minhyung tidak menjawab. Memberi Renjun waktu untuk bercerita.

"Mama akan ke tempat Bibi di Shanghai. Ibu Chenle. Baba tidak bekerja, salah satu alasan kuat mereka ingin bercerai.."

Minhyung mengambil kedua tangan Renjun. "Kau selalu memilikiku.."

"Aku tau.." Renjun menarik tangannya. "Aku tidak menyukai suara penyanyinya. Kau tau, orang yang dapat melakukan vibrato itu pasti bisa bernyanyi. Tapi terlalu banyak menggunakan vibrato akan terdengar memuakan.."

Minhyung mengangkat dagu. "Kau merindukan suara dan petikan gitarku?"

Senyum Renjun merekah lebar. "Lakukan!"

"Akan ku lakukan untuk-" Minhyung berdiri, merapikan pakaiannya. "kekasihku.." bisik Minhyung di telinga Renjun.

Minhyung menaiki panggung, meminjam gitar dan mengatur kursi untuk dia duduki. Minhyung mencoba beberapa petikan pada gitar, menyelaraskan dengan keinginanya. Selesai, barulah Minhyung bersuara.

"Selamat malam.."

Renjun menyahut tanpa suara, berbeda dengan pengunjung lain yang terdnegar antusias. Ada pemuda tampan dengan gitar, siapa yang tak akan antusias.

"Malam menyambut natal aku keluar bersama Adikku. Ayah dan Ibu kami berkencan. Lalu aku berkencan dengan Adikku. Selamat natal untuk kelian semua.."

Renjun terbiasa menjadi adik Minhyung di depan umum.

Minhyung terbiasa menjadi kakak Renjun di depan umum.

Kisah cinta mereka masih hal tak layak untuk konsumsi publik. Tapi bagi mereka love is win.

Minhyung menyanyikan lagu salah satu musisi Korea Selatan yang baru meninggal satu tahun lalu. Kim Jonghyun, salah satu anggota Shinee.

Kim Jonghyun – Our Season.

Renjun sudah puluhan kali mendengar Minhyung menyanyikan ini untuknnya melalui ponsel. Namun pertama kali, Renjun mendengarkan Minhyung menyanyikan lagu ini dengan menatap matanya.

.

.

.

"Ayahmu sudah pulang?"

Minhyung mematikan mesin mobil. "Ini sudah cukup larut untuk Jeno dan Mina. Ayo turun.." Minhyung kembali turun seperti awal.

Renjun pun mengikuti dengan patuh. Sesampainya di dalam rumah, Minhyung berjalan menuju kamar orangtuanya yang berada di bawah.

Renjun hanya menunggu di dekat tangga. Minhyung keluar dengan senyum tipis terkembang. "Sapalah.."

Renjun tidak bergerak, justru memperhatikan Minhyung yang berjalan ke dapur. "Minyhung.."

Minhyung hanya terkekeh melihat Renjun yang gugup.

"AYAH! IBU!"

Kedua orangtua Minhyung itu keluar dari kamarnya. Sambutan hangat langsung Renjun dapatakan dari Ibu Minhyung. "Sudah lama sekali aku tak melihatmu.."

Renjun membalas pelukan itu. "Maaf baru bisa berkunjung lagi, Bibi.."

"Renjun semakin gemuk?"

"Sungguh?" Renjun bukan main senangnya.

"Maksud Ibu Minhyung, Renjun semakin kurus. Itu fitnah.."

"Paman bisa saja..."

Minhyung tau, jika Renjun selalu bisa membuat kedua orangtuanya tertawa. Terlapas, dari ketidaktahuan orangtuanya tentang hubungan mereka.

"Aku akan lebih sering berkunjug ke mari agar gemuk.."

"Kau harus, Nak. Naiklah lah ke atas.."

"Selamat malam Paman, Bibi.." Renjun lebih dulu naik ke lantai atas.

Pintu kamar Mina sudah tertutup, bahkan lampu kamarnya sudah mati. Berbeda dengan Jeno yang sedikit terbuka. Renjun mengintip, adik lelaki Minhyung itu masih memetik gitarnya.

"Jeno?"

"Kak Renjun!"

"Hai.." sapa Renjun kikuk.

Jeno hanya melambai. "Selamat malam, Kak Renjun.."

"Malam Jeno.." Renjun berjalan cepat memasuki kamar Minhyung.

Renjun membuka pintu kamar Minhyung. Semakin malam, udara bertambah dinging. Diaturnya penghangat ruangan. Renjun merabahkan diri di ranjang Minhyung. Satu ranjang yang memiliki lebar 120 sentimeter.

Pintu kamar terbuka saat renjun terlalu sibuk berguling di atas ranjang. "Bersihkan diri dulu.." Minhyung membuka pintu lemarinya.

Renjun memilih memeluk guling keras Minhyung. "Aku tak membawa handuk.."

"Aku banyak handuk, Mooby.."

Renjun mengulum senyum. Melompat dari kasur dan memeluk Minhyung dari belakang. "Aku merindukan panggilan itu.."

Minhyung menarik selembar handuk, melepas pelukan Renjun dan mengalungkan handuk di leher sang kekasih. "Aku merindukanmu.." kecupan lagi di dahi Renjun. "Sekarang bersihkan dirimu, lalu tidur. Aku akan memakai kamar mandi di bawah.."

Renjun hanya mengangguk patuh.

Lima belas menit setelahnya. Renjun menatap pintu kamar Minhyung yang terbuka. Tubuhnya sudah dibalut selimut, memeluk guling dan berbaring nyaman.

"Selamat malam Ayah, Ibu.."

Renjun mendengar suara Minhyung yang mendekat. Bibir kecil itu terbuka menghitung langkah. Hingga akhirnya Minhyung muncul di depan pintu. Renjun tersenyum lebar, berbanding terbalik dengan Minhyung yang mengerutkan dahi.

"Apa?" Minhyung menutup pintu, menguncinya dan mematikan lampu.

Cahaya bulan dari luar cukup terang mengisi kamar yang gelap.

"Kau di sini?"

Renjun mengangguk.

Minhyung merangkak di atas ranjang untuk menuju sisi sebelahnya. Menarik selimut yang sama, lalu memposisikan diri menghadap Renjun.

"Kenapa menatapku seperti itu?"

"Aku tidak boleh menatap kekasihku sendiri?" jari Minhyung terangkat untuk menyentuh ujung hidung Renjun.

Renjun mengambil jari Minhyung. "Kau selalu memainkan jariku, aku penasaran apa menyenangkannya memainkan jari seseorang?"

"Sayang.." panggil Minhyung pelan.

Renjun bergumam, sibuk mencari dimana letak menyenangkannya Minhyung bermain dengan jarinya.

"Kesayangan Minhyung.."

Renjun terkekeh. "Apa?" kali ini Renjun kembali menatap Minhyung.

"Kau bahagia?"

Dahi yang lebih muda berkerut. "Bahagia dalam hal apa?"

Jari yang dimainkan Renjun kini balik menggenggam. "Dengan hubungan kita.."

Renjun merapatkan diri, menarik lengan Minhyung untuk menjadi bantalannya. Masuk ke dalam pelukan Minhyung manja. "Tentu saja bahagia.." Renjun mendongak. "Kau sudah mengunci pintu?"

Minhyung mengangguk.

"Ibu dan Ayah akan pingsan melihat kedua anak lelakinya berpelukan seperti ini.."

Minhyung terdiam, wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun.

"Sayang?" Renjun meremas lembut lengan Minhyung. "Kau baik?"

"Maafkan aku yang belum dapat bertindak tegas dalam hubungan kita.." mata itu tanpa halangan menatap Renjun.

Tangan yang semula berada di lengan Minhyung, berpindah pada belah pipi tirus itu. "Aku tidak berbohong jika salah satu kebahagianku adalah dikenal sebagai kekasihmu oleh Ayah dan Ibu. Bukan sebagai teman dekat. Tapi untuk kondisi kita, apapun itu selama denganmu, aku bahagia.."

Minhyung tak dapat menahan senyumnya.

"Apa? Kau ingin meledekku karena mengatakan sesuatu yang terlalu manis?" bibir itu tercebik manja.

Minhyung mengecup bibir bawah itu. Mempertahankan bibirnya di sana, memberi satu lumatan lembut. "Terima kasih karena mengerti diriku.." bisik Minhyung tepat di depan bibir Renjun yang lembab.

"Seperti saat ini. Aku bahagia dapat menghabiskan satu malam di bulan desember dalam pelukanmu.."

Minhyung mengeratkan pelukannya pada pinggang Renjun. Menarik selimut hingga menutupi bahu sang terkasih. "Apa aku bisa mengatakan jika mendapatkanmu adalah keberuntungan?"

Renjun dengan percaya diri menyahut. "Tentu! Kau sangat beruntung mendapatkanku.."

Minhyung membubuhkan satu kecupan di dahi Renjun. "Aku mencintaimu.."

"Selamat hari natal.."

"Seharusnya kau membalas, aku mencintaimu.."

"Tapi masih dua hari lagi sebelum natal.."

"Kau benar-benar tak ingin mengatakan kau mencintaiku?"

"Aku akan mengatkannya besok.."

"Renjun?!"

"Aku mencintaimu Lee Minhyung. Puas?"

"Sangat!"

.
.
.

END

.
.
.

.
.
.

A/N;

meclaulins's note;

Hallo. Akhirnya aku bisa nyapa kalian melalui Markrentown. Terima kasih untuk para Admin yang sudah mengizinkan diriku. Maaf ya kalau ceritanya random banget. Semoga kalian menikmati.

#24122018
Admin; 🐰

Continue Reading

You'll Also Like

249K 36.9K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
92.4K 6.1K 13
"Kisah na jaemin dan huang renjun, melewati batasan sebuah persahabatan, yang naik tingkat jadi menikah." Jaemren ft. Jisung ⚠️mpreg 🔞 Jaemrensung a...
146K 15.6K 23
❝ If you leave me, i'm honestly done, i love you. ❞ ft. Yangyang ⚠ TW ⚠ • | bxb • | homophobic? left this ©niki, 2022
36.2K 785 5
"Mulai sekarang,besok dan seterusnya kau adalah miliku, tidak ada yg boleh menyentuhmu dan memilikimu selain aku!!!! " Aldrich Kenward "S-s siapa kau...