Apa Itu Bahagia✔

Autorstwa Q_chan

211K 16.1K 3.4K

Hidupnya sunyi,bukan karena dia 'bisu' atau 'gagu'. Hidupnya sepi,bukan karena dia tidak punya keluarga atau... Więcej

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 26 (END)
Extra Chapt Spesial Naruto
Extra chapt spesial SuiKarin
Bonus part Spesial Hari Ibu
Extra chapt spesial NagatoItachiKyu
Extra chap spesial SasuNaru
EPILOG

Chapter 25

6.6K 482 187
Autorstwa Q_chan


Typo(s)-nya dimaklumi aza
Apapun kekurangannya pokoknya dimaklumi aza. Kali ini Q-chan maksa karena Q-chan mau buat END story ini malam ini juga. Jadi harus ngetik cepat 🙏
Mohon pengertiannya
Terimakasih

_________________________________


Tidak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Sudah hampir dua tahun Naruto pergi meninggalkan Jepang tapi satu kalipun dia belum pernah pulang juga. Bagaimana kabarnya? Seperti apa rupanya sekarang? Minato tidak pernah tahu. Kushina tidak pernah mau menjawab saat Minato bertanya tentang Naruto. Ia menyesal telah menyakiti putrinya itu begitu dalam.

Siapa yang telah membawa putrinya itu pergi? Tidak mungkin hanya Kyuubi saja. Teringat tentang Kyuubi, putranya itu juga jarang berkomunikasi dengannya semenjak Naruto pergi. Tapi cabang perusahaan yang ditanganinya di Thailan berkembang pesat. Diam-diam Minato kagum dan bangga atas kemampuan putranya itu.

"Naruto, maaf karena baru sekarang ayah menyadarinya. Ternyata rambut dan warna matamu semua turunan dari ayah. Hanya wajahmu yang begitu mirip dengan ibumu. Maafkan ayah karena melarangmu memakai marga ayah...maafkan ayah, nak." Minato berbicara kepada pigura foto yang ada ditangannya ternyata foto Naruto yang ditemukannya dari kamar Naruto di rumahnya.

*

*

*

Sasuke meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena lelah berkutat dengan berkas-berkas perusahaan yang menumpuk di meja kerjanya.

Benar.

Sasuke telah berhasil memimpin salah satu cabang perusahaan keluarganya. Itu semua berkat kerja kerasnya sendiri di bawah bimbingan ayah dan kakaknya Itachi. Ia memijat pangkal hidungnya lelah dan pusing. Akhir-akhir ini ia kurang istirahat karena sibuk dengan urusan kantor dan tugas-tugas kuliah yang saat ini memasuki semester akhir. Ia bakal lebih sibuk dan lelah karena menyusun skripsinya nanti.

Akhirnya ia akan segera menjemput Naruto kembali di sisinya. Kali ini ia akan menjaga dan menyayangi Naruto dengan seluruh cinta yang ia punya. Ah..Sasuke jadi merindukan bidadarinya yang cantik dan polos itu. Ia ingin mendengar suara Naruto. Hari ini ia belum menelpon istrinya karena sibuk dengan berkas di atas meja kerjanya.

Sasuke mendial nomor yang di telepon pintarnya. Setelah menunggu beberapa saat...

"Moshi...moshi...Sasuke. Ada apa? Naruto sudah pulang sekolah, tapi lagi tidur siang. Nanti saja menelponnya, bisa?" terdengar suara seorang laki-laki menjawab teleponya dari seberang sana.

"Oh, tidak apa-apa Nii-san. Sampaikan salamku padanya. Nanti malam aku telpon lagi. Maaf karena mengganggu Nii-san," jawab Sasuke tidak enak hati.

"Iya, tidak apa-apa. Bagaimana dengan kuliahmu? Apa kamu sanggup? Kudengar, kamu berhasil memimpin cabang perusahaan keluarga Uchiha, ya? Ternyata kamu hebat, adik ipar." tanya Kyuubi yang mengangkat sambungan telepon dari Sasuke.

"Lancar, Nii-san. Aku sudah masuk semester akhir. Sebentar lagi akan menyusun skripsi," jawab Sasuke.

"Wah, benarkah? Secepat itu? Hanya butuh dua tahun saja?" tanya Kyuubi antusias.

"Biasa saja, Nii-san. Aku ingin segera membawa Naruto pulang. Hanya itu semangat yang kumiliki selama ini. Hanya karena Naruto. Semua hanya karena dirinya. Nii-san, tolong jaga Naruto untukku sampai aku datang menjemputnya nanti." Pengakuan dan kesungguhan ucapan Sasuke yang tulus berhasil membuat hati Kyuubi tersentuh. Ia tidak menyangka, keputusan yang di ambilnya dulu dengan menjodohkan Naruto dengan paksa ternyata berbuah manis.

"Iya, adik ipar. Aku yakin, Naruto akan menemukan arti kebahagiaan itu bersamamu. Aku percaya padamu. Terimakasih telah berjuang untuknya," ucap Kyuubi tulus.

"Sama-sama, Nii-san. Terimakasih karena sudah percaya padaku dan juga sudah memberiku kesempatan ke dua. Maaf Nii-san, aku tutup telponnya dulu. Sampaikan salamku pada paman Nagato juga." Kata Sasuke mengakhiri obrolan mereka.

"Baiklah Sasuke. Akan kusampaikan nanti. Jaa ne." Kyuubi~pun memutus sambungan telepon.

Mengulas senyum tulus, Sasuke kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda setelah meletakkan handphone~nya di atas meja.

Tok Tok Tok

Pintu ruang kerja Sasuke diketuk dari luar.

"Hn. Masuk" perintah Sasuke.

"Maaf, Uchiha-san. Tuan Namikaze dari perushaan Namicorp ingin bertemu dengan anda. Beliau ada di luar menunggu," ucap Tamaki sekertaris Sasuke.

"Suruh saja masuk," perintah Sasuke tanpa melihat ke arah sekertarisnya tersebut.

"Baik, Uchiha-san. Saya permisi." Tamaki membungkuk hormat dan keluar dari ruang kerja Sasuke, atasannya.

Ceklek

Pintu dibuka dari luar.

"Apa kamu lagi sibuk, Sasuke? Apa kedatangan ayah mengganggumu?" Minato yang membuka pintu ruang kerja Sasuke, dan bertanya karena merasa tidak enak.

"Ayah, tidak apa-apa." Sasuke berdiri dari kursi kebesarannya dan berjalan menyambut dan memeluk Minato sekilas. "Silahkan duduk, ayah." Katanya kemudian dan menuju kulkas yang tersedia di sudut ruang kerjanya untuk mengambil minuman dingin dari sana dan menyuguhkannya di atas meja di depan ayah mertuanya itu.

"Ada apa ayah datang ke mari saat jam kerja? Apa ada masalah?" Sasuke duduk di sofa menghadap Minato.

"Ahaha...hanya ingin berkunjung saja. Kunjungan antara anak dan ayah. Sudah lama kita tidak bertemu karena kita sama-sama sibuk. Bagaimana kuliahmu? Semua lancar~kan?" Jawab dan tanya Minato.

"Semua lancar-lancar saja, ayah. Hanya saja kadang aku bentrok dengan waktu kuliah dan rapat dadakan dari perusahaan. Sebentar lagi aku juga akan menyusun skripsi," Sasuke menjelaskan.

"Itu pasti sangat melelahkan. Ayah bangga padamu, Sasuke. Naruto beruntung mempunyai suami sepertimu. Aku jadi malu terhadapmu. Aku ayahnya, tapi aku menyia-nyiakan dan juga menyakitinya begitu dalam. Sementara kamu berjuang seperti ini hanya untuknya. Sekarang aku hidup dengan penyesalan yang tidak berujung. Aku merasa hina di depanmu," ujar Minato lirih sarat akan penyesalan.

"Ayah tidak perlu merasa bersalah begitu. Di balik suatu peristiwa, pasti ada hikmah yang mengikuti di belakangnya. Coba kalau kami tidak dojodohkan dulu, pasti aku juga tidak akan bisa mandiri seperti ini. Semua itu sudah takdir dari yang kuasa."

"Kamu benar, Sasuke. Tapi sebelum waktuku habis, aku ingin bertemu dengan Naruto. Aku ingin memeluknya dan meminta maaf secara langsung. Aku ingin menatap matanya, dan memangkunya walau hanya sebentar. Memberikan kasih sayang yang selama ini tidak pernah kuberikan padanya. Tapi, apakah aku masih diberi kesempatan untuk melakukan itu? Aku takut waktuku tidak cukup untuk menunggunya pulang nanti." Tanpa disadarinya, air mata Minato jatuh menetes di pipinya.

Sasuke berdiri dan mengambil tempat duduk di samping Minato. "Ayah bicara apa? Perkataan ayah seolah-olah menjelaskan bahwa ayah akan pergi jauh. Aku saja bisa mendapatkan kesempatan kedua apa lagi ayah? Bersabarlah ayah, aku akan segera menjemput Naruto untuk berkumpul bersama dengan kita kembali." Sasuke mengelus bahu ayah mertuanya penuh pengertian.

"Aku sudah kehilangan kepercayaan dari istri dan juga anak-anakku. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan untuk mendapatkan kepercayaan mereka kembali. Aku ayah yang buruk, Sasuke. Karena aku terlalu memanjakan Karin, sehingga dia jadi liar dan membangkang sekarang. Aku memang pantas mendapatkan ini semua. Ini hukuman untukku. Untuk itu maksud kedatanganku kemari, aku ingin minta tolong kepadamu. Jika suatu saat nanti terjadi sesuatu padaku, tolong kamu bantu Kyuubi untuk mengurus perusahaan. Aku juga sudah membagi warisan dengan adil kepada anak-anakku termasuk Naruto. Aku percaya padamu Sasuke dan aku mengandalkanmu, nak." Kata Minato dan memegang kedua bahu Sasuke penuh harap.

"Ayah bicara apa? Tidak akan terjadi apa-apa. Aku akan berusaha semampuku untuk membantu Kyuu-nii kalau ayah tidak ingin repot dengan perusahaan lagi. Tapi tolong ayah jangan berkata seperti itu. Seolah-olah ayah mengatakan kalau sesuatu akan terjadi. Ayah harus semangat. Semua akan baik-baik saja."

"Tidak usah dipikirkan. Itu hanya pemikiran ayah saja. Terimakasih karena bersedia memenuhi permintaan ayah. Oh iya, bagaimana kabar Suigetsu? Dimana dia sekarang? Sejujurnya ayah masih malu untuk bertemu dengannya karena tindakan Karin yang memalukan waktu itu. Mengaku hamil hanya untuk mendapatkanmu yang nyatanya adalah adik iparnya sendiri." tanya Minato mengalihkan pembicaraan.

"Dia bekerja sebagai asisten profesor Orochimaru. Biasanya dia akan mampir ke sini kalau dia lagi ada waktu senggang. Apa ayah tidak tau kalau Karin dan Suigetsu menjalin hubungan asmara saat ini? Sebenarnya dia serius dengan Karin dan ingin menikahinya. Tapi Karin selalu menolak untuk menikah dengannya. Itu yang ku tau dari Suigetsu." Ucap Sasuke menjelaskan.

"Terus untuk apa menjalin hubungan asmara kalau bukan untuk menikah? Ayah tidak tau kalau mereka punya hubungan asmara saat ini." Heran Minato atas penjelasan Sasuke.

"Hahaha...maaf ayah. Tapi menurut cerita Suigetsu, Karin hanya menginginkannya untuk partnernya saja. Maaf ayah, tidak seharusnya aku mengatakan ini secara langsung....."

"Partner? Partner untuk apa? Jangan bilang Karin menjalin hubungan dengan Suigetsu hanya untuk menjadikannya pemuas dirinya saja?" Tanya Minato tidak percaya. Kenapa malah terbalik?

"Begitulah yang ku tau, ayah. Karena Suigetsu tulus mencintainya, dia mau-mau saja. Itu karena dia tidak mau Karin mencari laki-laki lain yang mungkin tidak bertanggung jawab jika nantinya terjadi sesuatu pada Karin." Jawab Sasuke memberitahu.

"Ayah tidak tau lagi harus mengatakan apa Sasuke. Ini semua karena ayah salah mendidiknya. Semoga putriku itu segera menyadari perasaan Suigetsu sebelum semuanya terlambat. Cukup hanya aku yang merasakan penyesalan yang dalam seperti ini." Lagi-lagi Minato berujar lirih menyalahkan ketidak becusannya sebagai ayah.

"Iya ayah. Semoga saja."

"Apa kamu sering berkomunikasi dengan Naruto? Bagaimana keadaannya sekarang? Pasti dia tumbuh menjadi gadis yang cantik. Seandainya saja ayah bisa menghubunginya," lirih Minato.

"Hampir setiap hari kami berkomunikasi. Hanya hari ini saja yang belum. Tadi aku sempat menghubunginya tapi Kyu-nii yang mengangkat. Katanya Naruto sedang tidur siang. Tapi kalau ada paman Nagato, aku juga sulit untuk berbicara dengannya." Kata Sasuke jujur.

"Oh syukurlah. Ternyata Nagato yang membawanya? Aku baru tau sekarang dan aku lega. Naruto berada diantara orang-orang yang menyayanginya dengan tulus. Nagato memang sangat menyayangi Naruto dan memanjakannya. Tidak seperti diriku yang tidak tau bersyukur ini. Kalau kalian berkomunikasi nanti, tolong sampaikan kalau aku merindukannya, Sasuke. Semoga saja aku masih punya waktu untuk memeluknya walaupun itu untuk pertama dan terakhir kalinya." Lagi-lagi Minato menitikkan air mata.

"Baik ayah. Akan aku sampaikan. Ayah bersabarlah menunggunya. Dan jangan mengucapkan kata-kata itu lagi. Semua pasti baik-baik saja ayah."

"Terimakasih Sasuke. Aku titipkan Naruto padamu. Sayangi dan cintailah dia sepenuh hatimu. Jangan sakiti dan sia-siakan dia. Bahagiakan dia. Kelak kalian bisa memberikan cucu yang lucu-lucu pada ayah. Hahaha..." Minato tertawa hambar disertai air mata yang jatuh membasahi pipinya.

"Terimakasih karena ayah telah mempercayaiku. Akan kulakukan semampuku dan seluruh hidupku akan kutumpukan padanya begitu juga dengan cinta yang kupunya, akan kuberikan padanya." Janji Sasuke penuh keyakinan.

Bukan Sasuke tidak menyadari ada yang aneh dengan ayah mertuanya itu. Seperti ingin berpamitan padanya. Tapi ia menepis pikiran konyol itu dari dari otaknya.

"Baiklah Sasuke. Ayah pamit dulu. Maaf sudah memngganggumu bekerja. Ayah sudah menyampaikan apa yang perlu ayah sampaikan dan ayah percaya padamu, nak." Minato bangkit berdiri dan memeluk Sasuke sebelum beranjak menuju pintu keluar ruangan kerja menantunya itu.

"Iya ayah. Terimakasih atas kepercayaan yang ayah berikan padaku. Ayah hati-hati di jalan," Sasuke membungkuk hormat kepada Minato.

*

*

*

Hari berganti dengan malam. Minato menatap pemandangan kota dari balkon kamarnya. Pikirannya melayang jauh dimana ia dan anak-anaknya masih berkumpul di rumah ini. Apa sudah terlambat untuk memperbaiki semua kesalahan yang pernah dilakukannya?

"Anata, ada apa? Ini sudah malam, kenapa masih betah disini. Angin malam tidak bagus untuk kesehatan," Kushina menghampiri Minato dan menyentuh pundak suaminya yang sedang melamun.

Minato menggenggam tangan Kushina yang menyentuh pundaknya dan mengecup punggung tangan istrinya yang halus. "Aku hanya memikirkan anak-anak kita, koi. Terutama Naruto. Aku ingin melihatnya, memeluknya dengan penuh kasih sayang dan melakukan banyak hal menyenangkan seperti yang dilakukan oleh ayah dan anak lainnya. Aku ingin memperbaiki semuanya sebelum terlambat. Melakukan hal yang selama ini tidak pernah kulakukan bersamanya sebagai ayah dan anak. Tapi apakah aku masih diberi waktu dan kesempatan untuk melakukan itu? Apakah Naruto mau memaafkanku? Apakah aku pantas dia panggil ayah? Aku menyesal Kushina, sangat menyesal. Aku ingin mengucapakan maaf kepadanya secara langsung. Aku merindukan putriku yang dulu kusia-siakan itu. Aku ayah yang buruk, Kushina. Aku tidak pantas disebut ayah olehnya...hiks...hiks..." Minato menjatuhkan kepalanya di bahu Kushina istrinya yang dan menangis seperti anak kecil.

Kuashina menenangkan suaminya dengan mengusap punggung sang suami dengan lembut.

"Sudahlah anata. Naruto pasti memaafkanmu. Dia anak yang baik dan pemaaf. Kamu bersabarlah. Aku yakin, Sasuke akan segera menjemputnya." Hibur Kushina memberi ketenangan kepada suaminya yang kini sedang melow.

.

.

.

Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Meski terasa berat dan melelahkan, jika dilalui dengan semangat dan ucapan syukur, semua akan jadi mudah dan penuh sukacita. Begitu juga dengan Sasuke. Walaupun pekerjaan di kantor sangat melelahkan tapi ia mampu menyeleasaikannya dengan baik dan benar di sela-sela kesibukannya menyelesaikan kuliahnya yang saat ini tinggal menunggu wisudanya saja.

Ia berniat menemui Naruto di hari kelulusan gadis yang berstatus istrinya itu. Tentu saja tanpa sepengetahuan Naruto. Di samping ia ingin memberi kejutan dengan kehadirannya yang tidak di sangka-sangka gadis itu, ia juga ingin didampingi oleh Naruto di saat ia wisuda nantinya.

Sasuke menyambangi Minato ke kantornya dengan tujuan untuk menyampaikan bahwa ia akan pergi ke negara tirai bambu sana untuk menjemput Naruto. Lusa adalah hari pengumuman kelulusan Naruto. Untuk itu ia ingin berangkat besok pagi agar tidak terlambat untuk memberi kejutan pada istri perawannya itu.

Sebelum itu, ia juga menyerahkan segala tugas dan kerjaan di kantornya kepada kakak juga ayahnya.

Minato senang bukan main saat mendengar bahwa Sasuke akan menjemput Naruto. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan putrinya itu. Ia senang. Sangat senang. Ia akan mengadakan pesta untuk menyambut putri bungsunya yang dulu dia tolak kehadirannya dan berakhir ia selalu menyakitinya.

Minato ingin mempersiapkan semua keperluan pesta penyambutan putrinya nanti dibantu oleh Kushina istrinya. Ia akan mengadakan pesta besar-besaran di kediaman Namikaze.

Berbeda dengan Karin yang akhir-akhir ini sering diam mengurung diri di kamarnya. Saat ibunya bertanya ada apa, ia hanya menggumam tidak jelas. Dan kadang memberi alasan ingin sendiri dan tidak mau diganggu.

Hari telah sore dan Minato bergegas pulang ke rumahnya. Saat di tengah jalan...

Drrrt Drrrt Drrrt

Telepon genggamnya berbunyi. Ia merogoh kantong celana bahannya dengan tangan kiri karena tangan kanan digunakan untuk menyetir.

"Moshi...moshi...ada apa sayang? Aku sedang dalam perjalanan pulang. Aku lagi menyertir ini," Minato menjawab telepon yang ternyata dari istrinya.

"Anata..hiks..hikss...Karin pingsan di kamarnya. Cepatlah pulang...."

"APA??" Minato panik dan menginjak rem mobilnya mendadak. Tapi sayang ia berhenti di tempat yang salah, tepat di tengah jalan raya yang sedang ramai.

Sebuah mobil truk melaju dengan kencang dari arah belakang. Dan....

Braakkkk Praaanggg Bruuuggg

"Aaaaaaaaaagggggghhhhhhh............................

.......Na--ru--tooo...............

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

104K 6.9K 28
Warning : Typo Berterbangan... Bahasa kadang baku kadang nggak(lebih sering baku). ********* ****** *** Namikaze Uzumaki Naruto seorang wanita berpar...
201K 31K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
386K 39.7K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
320K 27.3K 35
[END] Kim Jisoo seorang gadis polos nan lugu, baik hati, suka menolong, tidak sombong, patuh kepada orang tua, dan memiliki kecerdasan diatas rata-ra...