Reminisce 1.5

By mymoondust_

28.5K 2.8K 224

Reminisce 1.5 bukan merupakan lanjutan tapi side story dari cerita Reminisce, karena di story ini saya menuli... More

Hari Pertama Sekolah
Pot Bunga
Rapat Mading
Salam
Random
Sebuah Kehangatan
Cemburu
Study Tour
Bandung (Part 2)
Ini, Retta

Bandung (Part 1)

1.7K 218 9
By mymoondust_

Dhea's POV

Akhirnya pipis yang daritadi gue tahan bisa dikeluarkan pada tempatnya, sungguh melegakan jiwa raga. Setelah selesei dari toilet, gue pun menyempatkan diri untuk beli gorengan di dekat restoran fast food. Tadi sempat bareng Ketan, tapi tuh anak malah jalan sendirian ke mini market. Biarin deh, udah gede ini.

"Ayo anak-anak cepat masuk bus kelas masing-masing, kita udah mau berangkat," teriak Bu Ani menggunakan TOA memanggil murid yang masih berkeliaran di luar, salah satunya gue.

"Bang buru Bang, cabenya dikit aja," ucap gue ke abang kang gorengan.

"Ini neng," sahutnya sambil menyodorkan kertas berisi beberapa potong gorengan.

"Nuhun bang."

"Sami-sami neng."

Gue pun mempercepat langkah menuju bus kelas gue dan dug... seseorang menabrak gue.

Orang tersebut membuka hoodie yang menutupi mukanya. "Eh, sorry-sorry Dhe, gue gak sengaja."

"Oh iya Kak Retta, gak apa-apa," balas gue.

Kak Retta pun langsung berlari menuju sebuah bus. Gue memerhatikannya dari belakang, dan ketika gue lihat kaca bus tersebut, ternyata Kak Retta masuk ke bus kelasnya Kak Jingga. Hemmm...

Gue masuk ke dalam bus dan duduk di samping si Ketan.

"Kenapa luh senyam-senyum sendiri?" tanya gue melihat Ketan lagi mesem-mesem.

"Ada yang abis dianterin ke bus sama senior kesayangannya Dhe," sahut Uben dari bangku di depan kami.

"Dianter siapa nih Ben? Kak Retta, Kak Jingga, apa Kak Adrian?" goda gue menyahuti Uben.

"Ya Kak Retta doooong, siapa lagiiiiii," Uben kembali menyahuti gue.

"Cieee, Ketan, cieeeee," gue semakin senang menggodanya.

"Apaan sih lu pada," dumelnya.

"Dhea, Ruben, Tania, jangan pada berisik. Ayo duduk yang bener, kalian juga yang di belakang duduk dulu jangan pada berdiri busnya udah mau jalan nih," ucap Pak Yitno.

"Bangun Tan," ucap gue ke Ketan.

"Hah?"

"Bangun buruan."

Ketan mengikuti kata-kata gue, dan gue langsung mengambil posisi tempat duduknya yang tepat dekat jendela.

"Aaah Dheaaaaaa, kan gue mau dipojok," gerutu Ketan.

"Ada apa Tania? Cepat duduk di bangku kamu yang benar," ucap Pak Yitno lagi membuat gue tertawa.

"Aaah rese lo mah, nyebelin," Ketan memanyunkan bibirnya.

"Jangan manyun gitu ah, makin jelek luh," goda gue.

"Kan tadi perjanjiannya pas berangkat gue yang duduk di pojok, pulangnya baru lo," gerutunya lagi.

"Iya-iya bentaran, gue mau memandangi langit cerah tol Cipularang," sahut gue.

"Nyebelin!" 

"Hehe. Oh iya, nih uang lo tadi jatoh pas lo ninggalin gue di depan toilet," gue memberikan uang kertas 50rb-an.

"Ah ini dia, gara-gara ini nih gue jadi malu sama Kak Retta."

"Haha bikin kelakuan bodoh apa lagi lo?"

Ketan memukul bahu gue. "Aww sakit, kok mukul?"

"Ya lo ngeselin," ucapnya sembari memasukkan uangnya ke dalam dompet.

"Tadi tLhuh gue beli cemilan di mini market eh pas pengen bayar uangnya malah gak ada. Gue cari-cari di setiap kantong gak ada, gue udah mau kabur aja rasanya. Untung ada Kak Retta, jadi tadi pake uang dia dulu, kan gue jadi gak enak," Ketan menjelaskan dengan mimik mukanya yang membuat gue gak bisa nahan ketawa.

"Hahaha pasti tampang lo plongo lagi deh seperti biasa, hahaha."

Buukk.. Ketan memukul bahu gue lagi, kali ini terasa lebih kencang.

"Iiihh, kok mukul lagi?"

"Makanya jangan ngeselin. Emmm, tapi tadi tuh Kak Retta sama Kak Jingga. Gue gak engeh kalo mereka berduaan. Kak Jingga jutek banget ke gue Dhe," tiba-tiba raut wajahnya berubah jadi sendu.

"Lho? Kata Uben tadi lo dianterin sampe bus sama Kak Retta?" 

Ketan kembali tersenyum, "hehe iya tadi masa Kak Retta lebih pilih anterin gue ke sini daripadi Kak Jingga. Terus Kak Jingga kayak ngambek gitu, jalan cepet banget ke busnya sendirian. Jadi gak enak sih gue sama Kak Jingga."

"Oh pantes tadi Kak Retta buru-buru dan masuk ke dalam bus kelasnya Kak Jingga. Ternyata karena ini toh. Gue kasihtau Ketan gak ya?" batin gue.

"Hemm, yaudah biarin itu jadi urusan mereka. Nih mau gorengan gak?" 

"Mauuuukk," jawab Ketan kembali bersemangat.

"Jangan ambil cireng sama risol," ucap gue.

"Lah terus gue ambil apaan? Isinya cuma itu doang."

"Yaudah cabenya aja, hahaha."

Buukkk.. "Aawww, kenapa mukul lagi sih Ketaaaaaan?"

"Masih mending gue pukul, daripada nih cabe gue masukin ke mulut lo. Nawarin tapi gak niat, ih."

"Haha iya-iya ih pundung aja lo jelek, nih ambil sesuka lo."

"Gitu dooooong."

.

.

.

Jingga's Pov

Akhirnya kami sampai di tempat wisata pertama hari ini, yaitu Boscha. Kami harus berjalan kaki untuk masuk ke dalamnya dari parkiran bus. Untung selama di perjalanan tadi Retta tidak ketahuan oleh guru yang ada di bus kami. 

"Lo gak mau bareng temen-temen sekelas lo Ta?" tanyaku sambil berjalan.

"Mau bareng lo aja ah," jawabnya.

"Kalo gue mau bareng sama temen-temen sekelas gue gimana?" tanyaku lagi.

"Ya gue ikutin lo," sahutnya.

Aku menghela nafas.

"Kenapa Dee? Gak suka ya gue ikutin terus?"

"Bukannya gak suka Ta, aku cuma takut teman-teman lain beranggapan aneh tentang kita berdua," ucapku dalam hati.

"Engga, gak apa-apa kok."

Duk..duk..duk.. terdengar suara langkah kaki sedang berlari dari belakang kami.

Terlihat Tania menjegat kami berdua.

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"Kak Jingga, Kak Retta," ucapnya.

"Ya?" sahutku dan Retta bersamaan.

Tania kemudian menarik tanganku lalu menyaliminya, begitupun tangannya Retta yang juga dia salimi.

"Maaf kak," ucapnya lagi dan langsung berlari ke teman-temannya yang sedang menertawainya.

Kami melihat penuh tanda tanya ke mereka.

"Ketan lagi kena hukuman karena tadi kalah main abc lima dasar Kak," ucap Dhea agak teriak memberitahukan kami.

"Oalah, haha. Iya Dheee," sahut Retta ke Dhea.

Aku memerhatikan raut wajah Tania yang merah padam menahan malu. Ada-ada saja mereka itu.

Kami kembali lagi berjalan.

"Haha ada-ada aja ya si Ketan sama temen-temennya," ucap Retta.

Aku langsung menengok ke Retta. Dia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Aku senggol lengannya, "suka kali Tania sama lo."

"Hemmm?" ia kemudian langkahnya sejenak.

"Tuh si Ketan, suka sama lo kayaknya."

"Haha kenapa lo tiba-tiba ngomong gitu?"

"Ya gak apa-apa, feeling aja."

"Hemmm..." tidak ada ucapan apapun dari Retta.

Sudah hampir 10 menit kami berjalan kaki tapi belum sampai juga.

"Huh, jauh juga ya masuk ke dalamnya," ucapku sambil mengelap keringat dengan tissue.

"Nih, minum," Retta menyodorkan sebotol air mineral.

"Thanks," aku mengambilnya.

"Mau istirahat dulu?" tanya Retta.

"Gak deh, nanti telat lagi dengerin penjelasan di dalem."

"Hemm, yaudah siniin tas lo."

"Hemm? Kan lo udah bawain kamera + tasnya."'

"Ya gak apa-apa, siniin aja tas lo Dee biar ngebantu meringankan beban."

"Yaudah nih, tapi kameranya sini gue yang pegang," aku mengambil kamera mirrorless yang sejak tadi bertengger di leher Retta, lalu memberikan totebag-ku padanya.

"Duuhh, udah kayak pasutri deh lo berdua, makin bikin iri aja, hihi," tiba-tiba Shella berjalan di samping kami dan mengedipkan sebelah matanya ke aku.

"Apaan sih Shel?" gumamku.

"Haha, jagain Jingga terus ya Ta," ucapnya ke Retta.

"Byeeee sayang," godanya ke aku dan aku hanya menghela nafas.

"Anak-anak tuh pada mikir tentang kita kayak gimana sih Dee?" tanya Retta akhirnya.

"Kalo kata Shella, dia lihat gue sama lo kayak sahabat rasa pacar. Kalo menurut Tira gimana?" tanyaku balik.

"Emmm, Tira sih pernah bilang kalo gue sama lo tuh kayak yin and yang, saling melengkapi."

Aku sedikit tertawa, "haha saling melengkapi apanya, yang ada juga lo yang sering nyusahin gue."

"Oh bener ya Dee? Awas ya kalo lo tengah malem minta tolong gue bawain pembalut ke kamar lo karena stok abis. Atau lo minta tolong temenin lo di rumah kalo lagi pada pergi. Gue gak mau lagi, huh," Retta membuang muka.

Aku menggandeng lengannya. "Hehe jangan dong Ta, iya-iya gue cuma bercanda juga."

"Huft, gue emang gak bisa deh yang namanya marah sama lo."

"Kenapa gak bisa?"

"Entah."

"Ah pasti ada alesannya. Kenapaaa?"

"Gak tau Dee..."

"Ah Retta bohong. Kasihtahu gue kenapaaaa?"

Dan kami berdua tetap berjalan dengan aku yang menggandeng lengan Retta sampai ke Boscha.


Continue Reading

You'll Also Like

549K 29.6K 20
𝐒𝐡𝐢𝐯𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 𝐱 𝐑𝐮𝐝𝐫𝐚𝐤𝐬𝐡 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 ~By 𝐊𝐚𝐣𝐮ꨄ︎...
67.9K 2.5K 13
karlie kloss is the cheer captain. taylor swift is known as the lesbian who has an obsession with karlie kloss. need i say more? kaylor au inspired b...
1.2M 30.6K 46
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...
90.3M 2.9M 134
He was so close, his breath hit my lips. His eyes darted from my eyes to my lips. I stared intently, awaiting his next move. His lips fell near my ea...