Ten Rumors about the Mute Girl

By fibiway

264K 26.7K 2.3K

Orang-orang bilang ada gadis bisu di rumah itu. Dan akhirnya aku tahu bahwa itu benar setelah kejadian dimana... More

0.0 | copyright
epigraph
prologue
1 | people said, the house is haunted
2 | people said, she is from the other city
3 | people said, the carpenters have often moved house because 'she' is mute
4 | people said, they are anti-social family
5 | people said, Julia is a whiny girl
6 | the beginning
7 | the warming party
8 | why Mrs. Carpenter gets mad?
9 | the taro flavor
10 | Seth, the stalker
11 | Seth and the truth
12 | why Mrs. Carpenter gets mad? (pt.2)
13 | a middle-aged man asked us about the Carpenters' house
14 | what the hell?
15 | she; a gone girl
16 | ten rumors about the mute girl and her family
17 | Mom said that she will try
18 | but Mom never trying
19 | the Carpenters' truth
20 | a girl who was slapped
21 | what happen; why Penelope calling?
22 | Julian
24 | stupidity
23 | a big confusion
25 | a stranger
26 | he is the hero, again
27 | Herbert Carpenter
28 | she said she really sorry for her father
29 | the day with them
30 | a ticket, to Iceland
31 | me, and the sun, and the girl-who-will-go to reach her dream
33 | the truth happened later, i think it's the end
34 | too late to say goodbye
35 | everything's back to normal, like when the girl has not come yet
36 | new neighbor, isn't it?
37 | yeah, they are gone
38 | a diary
39 | page 1, 30 November
40 | page 2, 3 December
41 | page 3, 10 December
42 | page 4, 12 December
43 | page 5, 15 December
44 | page 6, 28 March
45 | page 7, 30 March
46 | page 8, 31 March
47 | page 9, 3 April
48 | page 10, 30 May
49 | "nothing ever goes away..."
50 | "...until it teaches us what we need to know."
epilogue
[ author's note ]

32 | the truth, but not the whole truth

2.5K 366 68
By fibiway

Aku melihat Nyonya Carpenter dan suaminya yang berbalik memunggungi Mom dan Dad-ku di ambang pintu, menuju ke arahku berhenti di halaman dengan sepeda. Kurasa, kedua keluarga ini sudah berdamai untuk berpisah dan kurasa, semuanya selesai. Aku dan Julia sudah berpisah di depan rumahnya tadi yang mana sebelum benar-benar berpisah, kami.... sempat berciuman—oh astaga.

"Selamat malam Jason," sapa wanita itu sambil menepuk sebelah pundakku ketika ia melewatiku.

Sebelum keduanya benar-benar melewatiku, kini aku melihat kedua pasangan itu dengan cara yang sangat berbeda. Aku hampir-hampir berpikir bahwa mereka benar-benar penjahat namun segera kusingkirkan pikiran itu jauh-jauh. Aku sendiri tidak paham dengan mereka sampai-sampai tega dengan anaknya sendiri. Julia, tadi sore, sempat menceritakan sesuatu tentang orangtuanya, tentu saja melalui kertas kecilnya. Dia menulis sendiri kalau selama ini orangtuanya hanya menyebarkan omong kosong.

Katanya—melalui tulisannya—ketika keluargaku dan beberapa tetangga menganggap bahwa Julia benar-benar menghilang dari rumahnya, (entah itu diculik atau kabur sendiri) kebenarannya bukanlah seperti itu. Julia, pada tulisan tangannya sendiri menyebutkan kalau, waktu itu, ibunya membawanya ke rumah persembunyian (aku tidak tahu apa maksudnya, tapi, Julia hanya menuliskannya begitu tanpa memberi keterangan lain). Aku ingat betul kalimat yang Julia tulis, dan detik ini juga, kertas-kertas itu masih berdesakan di saku celanaku, bahkan rasanya aku ingin melempar dan meremas semuanya ke muka orangtua Julia, seolah semua kebenaran ingin dikemukakan. Jadi, beginilah kebenarannya.

Mom membawaku ke sebuah flat di ujung jalan pinggir kota. Dia sengaja menyewanya ketika pertama kali pindah ke sini—Mom selalu melakukannya sepanjang kami menyewa rumah baru di kota baru. Aku tahu betul alasannya: untuk berjaga-jaga, kalau-kalau petugas kepolisian atau keimigrasian Amerika datang menjemput kami. Dan, malam sebelum Mom memindahkanku, petugas itu menelepon. Mom hanya terlalu ketakutan hingga melakukan banyak drama; menipu semua orang—menipumu.

Tepat ketika aku selesai membacanya, aku seperti benar-benar butuh udara lebih banyak lagi meskipun waktu tadi jelas masih sore serta sejuk dengan udara berkeliaran di mana-mana. Lalu ada kertas yang lain—jawaban atas pertanyaanku padanya tentang mengapa Julia bisa hampir tertabrak mobil Julian saat tengah malam di jalanan—yang membuat anggapanku tentang Nyonya Carpenter menjadi semakin buruk setelah membacanya.

Aku selalu menyayangi Mom meski aku tahu ia menyayangiku juga, namun dengan cara yang salah. Mom sering menamparku.

Seketika aku teringat kejadian malam itu; malam dimana aku melihat dengan mata kepalaku sendiri melalui jendela kamar Seth, Nyonya Carpenter yang menampar Julia. Ketika aku bertanya, "Lalu?" Julia menuliskannya di kertas yang lain.

Mom menyayangiku, tapi aku menganggapnya terlalu berlebihan, dan mencoba kabur, dan ia tahu, dan aku mendapatkan konsekuensinya; aku bahkan hampir tidak makan selama dua hari. Lalu, ketika aku dipindah di flat, aku benar-benar berhasil kabur. Hanya saja, temanmu itu datang di waktu yang salah. Dan kemudian, semuanya tetap seperti semula setelah aku pulang dari rumah sakit.

Kala aku selesai membacanya, kusadari Julia telah menangis lebih dulu sewaktu aku sedang berkutat pada tulisan. Lalu, kurengkuh tubuhnya, dan aku hampir-hampir meneteskan mata karenanya. Tadi sore, adalah momen dimana aku baru saja mengetahui sebuah rahasia kecil di Kota Bloomington yang orang lain tidak tahu kalau selama ini, semua yang kulihat belum seluruhnya.

Aku kembali tersadar dari lamunan ketika Herbert Carpenter juga menepuk pundakku dengan cara yang kuanggap seperti perbuatan sarkastik daripada candaan biasa setelah mengetahui kebenarannya, tadi sore. Kurasakan jemariku yang tahu-tahu mengepal sendiri di bakik saku jaket, namun segera kutahan. Ini mungkin akan jadi pertemuan antara kami yang terakhir dan aku tidak mau mempertaruhkan harga diri di depan Mom dan Dad yang bahkan—kurasa—mereka sudah menerima (melepas pergi) serta memaafkan Tuan dan Nyonya Carpenter dengan lega. Jadi, tidak ada yang kulakukan. Aku hanya tersenyum di sepedaku lalu berkata, "Selamat malam dan, selamat tinggal, Tuan dan Nyonya."

---

Pukul delapan malam adalah waktu yang sangat terlambat untuk makan malam, jadi, ya, detik ini aku sedang menghabiskan makan malamku; spaghetti. Seth, Mom dan Dad berada di ruang televisi, menonton acara Family Freud yang dibintangi Michael West atau siapa namanya aku benar-benar tidak bisa mengingatnya, sial. Ketika spaghetti di piringku sudah habis, aku membawanya ke dapur lalu meletakkannya di wastafel dan ya, tentu saja tidak kucuci. Selanjutnya aku menuju ruang televisi, duduk di samping Seth, ikut menyaksikan apa yang mereka tonton (yang sebenarnya sangat kubenci setengah mati). Lalu karena mengantuk kebosanan padahal baru sepuluh menit aku di sana, kuputuskan naik ke kamar.

Aku menyalakan lampu utama kamar karena tidak ada yang bisa kulihat ketika semuanya redup. Keheranan langsung melingkupi benakku begitu kudapati jendela kamarku terbuka seluruhnya, dengan gorden yang beterbangan tertiup angin. Astaga, langsung cepat-cepat kuambil tongkat pemukul baseball lamaku yang tersandar di sisi tembok dekat pintu. Tanganku mempraktekkan melayang-layangkannya di udara untuk latihanku kalau-kalau maling tiba-tiba menyerangku nantinya. Kukelilingi ruangan kamarku, mencari-cari celah di lemari; kuduga kira-kira ada sesuatu yang mencurigakan, namun tidak ada.

Pokoknya aku harus tetap waspada meskipun tidak ada apa pun. Aku langsung berlari keluar kamar (dengan tongkat baseball masih di tangan) menuju tangga, menuruni tangga dengan cekatan sambil berniat menghampiri Dad untuk memberitahunya bahwa ada seseorang yang menyelinap kamarku.

"Dad, jendelaku terbuka. Apakah di antara kalian ada yang sengaja membukanya?" Semuanya menggeleng dan aku langsung berbisik, "Aku takut itu maling."

Raut wajah Dad berubah geram seketika. Aku tahu ia benar-benar ingin melakukan sesuatu. Cepat-cepat Dad melangkah ke arahku, langsung merebut paksa tongkat baseball dari tanganku. Sial, lalu peganganku apa?

"Kalian berpencar, cari orang itu!" Dad berlari ke arah tangga lalu menaikinya, kurasa ia menuju ke kamar Mom dan Dad, atau Seth.

"Jason jangan diam saja!" Mom membentakku ketika ternyata aku malah mematung di tempat sambil mengamati punggung Dad yang menghilang di balik belokan tangga. Aku gelagapan, tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi atau yang sudah terjadi. Seth sudah ikut naik ke lantai atas mengikuti Dad begitu Mom membentakku sementara aku masih mematung. Lalu, Mom menggeretku ke dapur dan kami berdua mengeceknya. Bodoh sekali, memangnya, maling mau mencuri apa di dapur? Aku langsung mengajak Mom ke garasi kalau-kalau malingnya sedang melucuti mobil kami untuk dibawa pergi atau sepedaku untuk diambil diam-diam.

Tidak ada apa pun di garasi. Bahkan meskipun aku dan Mom sudah mengeceknya berulang kali, kendaraan kami masih sepenuhnya utuh, tidak ada yang hilang. Barang-barang di garasi juga tetap pada tempatnya karena aku hafal persis di mana seharusnya barang-barang berada.

Dad memanggil-manggil kami dari ruang televisi. Begitu aku dan Mom ke sana, katanya Dad tidak menemukan apa pun, dan semuanya masih utuh; perhiasan dan barang berharga masih pada tempatnya. Kami sempat berpandangan bingung satu sama lain sebelum akhirnya kusadari Mom dan Dad menatapku tajam.

"Apa?" tanyaku bingung, menggeleng. "Aku benar-benar serius, Mom, Dad, jendela kamarku terbuka sepenuhnya. Aku tidak mengada-ada, serius."

Tepat setelahnya, Seth muncul dari atas lalu berteriak di tengah tangga, "Jason, Jason!" panggilnya, "Kau harus ke sini, cepatlah! Aku menemukan sesuatu."

Aku mengikutinya ke atas dan begitu sampai di atas, Seth terbirit-birit menuju ke meja belajarku, mengambil sesuatu di sana, lalu menyerahkannya padaku.

Itu secarik kertas. Ada tulisan tangannya. Astaga, aku mengenali tulisannya—lengkungan naik turunnya yang familier serta bagaimana ciri-ciri khusus kertas itu sendiri.

Itu dari Julia, yang disobeknya dari buku mininya. Ya, itu memanglah surat darinya, untukku.

"Jason, aku hanya ingin bilang sesuatu padamu karena tadi aku belum sempat membicarakannya.

Aku ingin pamit, Jason. Aku akan pergi, pulang ke tempatku yang nyaman. Aku tidak akan ada lagi di Bloomington ini, di Jalan Fess, di samping rumahmu, Jason. Serta, apabila kami punya begitu banyak kesalahan serta telah membuat kesalahpahaman yang berarti bagi keluarga kalian, aku sungguh minta maaf. Untuk Mom-ku, serta Dad-ku, aku minta maaf. Dan, untuk diriku sendiri, selamat tinggal.

West Bloomfield Road,
at 22.00"

"Apa maksudnya, Jason?"

"Apa artinya?!"

"Jason!" Seth membentakku, membuyarkan semua kalimat-kalimat Julia dalam pikiranku. Aku hanya diam tidak menanggapi Seth, tidak mengerti. Lalu karena Seth memberiku tatapan penuh curiga, anak itu langsung merebut paksa kertas yang masih ada di tanganku sementara aku lagi-lagi terus berpikir keras sebenarnya ada apa dan kenapa Julia menuliskannya.

"Jason," panggil Seth dengan nada yang agak melambung di ujungnya, "Apa kau tidak membacanya?" Seth berkata dengan nada hati-hati seolah ia seperti menemukan sesuatu yang rahasia, sesuatu yang besar. "Lihat ini," Seth menunjuk tulisan Julia ke arah kata-kata paling bawah. "Ini, kau tidak membacanya? M-maksudku, apa artinya ini? West Bloomfield Road? Apa ini nama tempat ketika ia menulis surat ini? Dan oh," Seth memalingkan kepala, pandangannya mencari-cari di sekitaran kamarku, "jam berapa sekarang? Kenapa tidak ada jam, sih? Sialan."

Aku langsung menarik jaket lengan panjang yang rupanya menutupi jam tanganku yang berada di pergelangan tanganku. "Pukul sembilan lebih empat lima menit. Ada apa?"

"Jam yang ditulisnya pukul sepuluh malam tapi sekarang bahkan belum pukul. Apakah jam tanganmu akurat?"

"Tentu saja."

"Lalu.... Mungkinkah...."

Drrt.... drrt.... drrt....

"Apa itu?"

"Oh, astaga, ponselku." Aku mengambil ponsel dari meja belajar yang terletak dua langkah dari tempatku dan Seth berdiri sebelum telepon pintarku itu benar-benar berbunyi nyaring karena nada deringnya kubuat menyebalkan seperti alamrm di pagi hari.

Ketika kuterima panggilan masuk, suara Nyonya Carpenter dari seberang sana langsung terdengar, "Jason? Apa Julia masih bersamamu? Kenapa dia belum pulang?"

Aku melongo. Apa ini lelucon mereka lagi? "Tidak," kataku dengan nada setengah tegang, " Maksudku, Julia sudah kupastikan sampai rumah pukul setengah delapan tadi. Apa kau belum melihatnya?"

"Dia tidak ada di rumah! Aduh, bagaimana ini?" Apa ini benar-benar lelucon? Aku melirik Seth, meminta pendapatnya dengan memberikan tatapan bertanya-tanya namun Seth malah merespon dengan gelengan kecil dengan meringis ketakutan.

"Kami sebisa mungkin akan membantu mencari, tapi tolong kabari jika Julia sudah di rumah, Nyonya."

"Baiklah, terima kasih banyak, Jason." []

Hai hai lagi !!! aku nggak akan banyak omong gak penting kali ini sih, cuma bilang kalau hanya tinggal beberapa part lagi cerita ini kuselesaikan diketik. dan oops! tidak ada bocoran kelanjutan chapter di note penulis (karena itu menurutku ngerusak ceritanya sendiri) /haha padahal, dengan memberikan note seperti ini pun sudah merusak feel pembacanya juga secara otomatis/ Nah perlu diketahui itu sebabnya aku dari awal nulis cerita nggak pernah kasih note sepanjang lebar ini biar kalean gak keganggu.

Pantengin terus ya!

salam, kuchink-item, yan.

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 81.8K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...
336K 11.2K 16
Saat Aderaldo Cetta Early menginginkan sesuatu atau seseorang, tidak boleh ada yang menghalanginya. Baginya Naara Kiva memenuhi semua syarat yang ia...
111K 15K 33
(CHICKLIT-MYSTERY-comedy) Rate: 16+ (kissing scene, bad words, adult jokes) Ada tiga hal yang harus diketahui setiap orang di dunia. Pertama, kepingi...
3.5M 166K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...