Reminisce 1.5

By mymoondust_

28.5K 2.8K 224

Reminisce 1.5 bukan merupakan lanjutan tapi side story dari cerita Reminisce, karena di story ini saya menuli... More

Hari Pertama Sekolah
Pot Bunga
Rapat Mading
Salam
Random
Sebuah Kehangatan
Cemburu
Bandung (Part 1)
Bandung (Part 2)
Ini, Retta

Study Tour

1.8K 235 13
By mymoondust_

Jingga's POV

"Ta, mau bawa jaket yang mana?"

"Ini celana training-nya gue masukin 2 cukup ya?"

"Ini juga kaos lengan panjangnya udah gue pilihin yang gambar snoopy. Powerbank udah gue masukin, charger kamera udah gue di dalem tasnya, dan emmm apa lagi ya, oh iya ini vitamin juga gue satuin sama obat demam ya," teriakku terus ke Retta yang sejak tadi sedang mencuci muka.

Retta keluar dari kamar mandi dengan handuk yang sedang ia pakai membasuhi wajahnya yang basah.

"Iyaaa istrikuuuuu," godanya sambil menyolek pipiku.

"Apa sih lo. Coba lo cek lagi ini udah semua belum? Kebiasaan deh kalo mau study tour dari SMP sampe sekarang selalu gue yang nyiapin."

"I trust you baaaaabe," sahutnya dengan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur tanpa menoleh sama sekali ke tas ransel miliknya yang sedang aku tata.

Aku menghela nafas, "kalo ada yang ketinggalan jangan salahin gue."

"Haha engga lah, sini-sini temenin sini." Retta menepuk kasurnya memintaku untuk duduk di sampingnya.

"Gue masukin vitamin harus lo minum ya di sana Ta, awas aja."

"Iya Jinggaaaaa."

"Satu lagi, gue sama anak-anak OSIS kan jadi panitia bakal sibuk ke sana ke mari. Lo jangan bandel, kalo waktunya makan ya makan, jangan keluyuran kayak yang udah-udah."

"Iya Jinggaaaaa."

"Denger gak sih yang gue omongin?"

"Iya Jinggaaaaa, uuuhhh bawelnya."

"Inget juga, jangan kebanyakan minum es di sana nanti radang lo kambuh."

Kali ini Retta yang menghela nafas, lalu sebelah tangannya menarik tanganku untuk ikut merebahkan tubuh sepertinya.

Ia menatap wajahku, untuk sepersekian detik ada debaran yang tidak seperti biasanya terasa di jantungku.

Retta kemudian tersenyum, "makasih ya Dee, lo selalu ada buat gue."

Aku pun membalas senyumannya. "Iyaaa Ta."

Retta mengubah posisi tubuhnya menatap dinding-dinding kamarnya. "Rasanya gue pengen terus kayak gini sama lo Dee. Gue pengen tumbuh dewasa bareng sama lo. Gue juga... emmmm."

"Apa Ta?"

"Emmm.." ia kembai tersenyum.

"Apa Retta?"

"Gue, gue pengen terus ada di samping lo sampe nanti lo ketemu seseorang yang bener-bener bisa jagain lo, yang sayang sama lo, dan yang akan jadi imam lo kelak."

Seketika ucapan Retta seperti sambaran yang menyadarkanku kalau memang suatu hari nanti kami akan berpisah dengan memiliki keluarga masing-masing.

"Tapi sebelum waktu itu tiba, gue pengen selalu ada di samping lo Dee," Retta melanjutkan kembali kalimatnya sambil menoleh ke arahku.

Aku menatap balik wajahnya, "lo emang sahabat terbaik gue Ta."

Retta tertawa kecil. "Haha iya lah, mana ada orang yang kuat ngadepin kejutekan lo, keribetan lo, kebawelan lo."

Aku memanyunkan bibir. "Retta iiiihhhh, nyebeliiiiiin!"

Aku menghujani lengannya dengan banyak cubitan. Dasar Retta, bisanya ngerusak suasana aja.


Keesokan Harinya

"Sayang, udah semua dimasukin ke tas?" tanya Mama.

"Udah kok Ma," jawabku seraya mengikat tali sepatu.

"Pagiiiiii Ibundanya Retta, eh Ibundanya Jingga hehe," tiba-tiba terdengar suara Retta dari depan pintu.

"Pagi Retta sayang. Kamu kan juga udah Tante anggep anak. Jadi dianterin Papamu Ta?"

"Jadi Ibundaaa," jawabnya.

"Tuh Jingga cepat gih, biar ditungguin lama."

"Iya Mama, aku berangkat dulu ya," ucapku menyalimi tangan Mama lalu diikuti oleh Retta.

"Retta ijin berangkat ya Ibunda."

"Iya hati-hati ya kalian. Tante titip Jingga ke kamu ya Ta," ucap Mama.

"Ah, yang ada juga aku Ma yang jagain si Retta."

"Oh bener ya Dee? Awas aja kalo minta tolong ini itu ke gue."

"Emang bener yaaaa, lo yang sering ngerepotin."

"Ssstt, udah-udah. Tuh Papanya Retta udah nungguin daritadi. Have fun ya, pada jaga diri di sana," ucap Mamaku.

"Iya siap Ibunda."

"Iya Mama," sahut aku dan Retta bersamaan.

Sesampainya di sekolah, aku langsung berkumpul dengan anak OSIS dan panitia study tour tahun ini.

Semua murid kelas X dan XI sudah berkumpul sesuai kelasnya masing-masing. Study tour ini hanya diperuntukkan bagi kelas X dan XI saja. Setiap kelas sudah mulai memasuki busnya.

Aku menghampiri Haris dan Shinta yang terlihat seperti sedang kebingungan.

"Kenapa Shin?" tanyaku.

"Ini Ngga, ada satu anak yang belum sampe padahal ini udah mau jalan kan," jawabnya.

Aku melihat ke depan Bus.

"Kelas X2, jangan-jangan..." batinku.

"Siapa nama muridnya?" tanyaku lagi.

"Ketan Kak Jingga," tiba-tiba Dhea turun dari bus.

Aku menghela nafas. "Selalu ada deh nih si Ketan. Udah coba ditlp belum Dhe?"

"Udah Kak, katanya tadi lagi naik motor ke sini sama Bapaknya."

"Emmm."

"Nah tuh Kak, si Ketan lagi lari ke sini," tunjuk Dhea ke arah gerbang sekolah.

"Huh... huh... huh... Maaf Kak aku telat," ucap Tania sambil mengatur nafasnya.

Aku hanya menatapnya dengan wajah datar. "Buruan naik ke bus."

"I-iya Kak," jawabnya menundukkan kepala.

"Udah semua kan Shin?"

"Udah kok Ngga."

"Yaudah, all set ya."

"Iya."

Ketika aku ingin kembali ke dalam bus-ku, aku melihat Tania sedang mencari sesuatu di dalam tasnya tepat di pintu masuk bus kelasnya.

"Ada yang ketinggalan?" tanyaku membuatnya terkejut.

"Hah? Oh engga Kak, aku cuma lagi cari kunci kamarku di mana ya."

"Hemm, kan bisa di dalem bus carinya. Ini udah mau pada jalan, buruan masuk."

"Oh iya Kak hehe maaf ya Kak, aku telat," sahutnya.

"Iya, udah sana. Dan nih buat elap keringet lo tuh," ucapku sambil memberikan tissue padanya.

"Ma-makasih Kak Jingga," sahutnya lagi.

"Hemm, ya." Aku lalu berjalan masuk ke dalam bus.

Selama di perjalanan menuju Bandung, ada yang bernyanyi. ada yang ngobrolin boyband Korea, cowok-cowok di belakang pada main gitar, dan aku hanya mengobrol dengan teman sebangkuku.

Drrttt.. drtttt

Ada notifikasi dari Retta.

"Adeevaaaa..." - Retta

"Yaaa?" - Jingga

"Adeevaaa..." - Retta

"Apa sih Ta?" - Jingga

"Main yuk..." - Retta

Aku tersenyum membacanya.

"Main apaan deh?" - Jingga

"Emmm, main apa aja asal jangan perasaan." - Retta

"Dih, norak lo." - Jingga

"Hahaha. Lagi apa?" - Retta

"Duduk." - Jingga

"Oh sama dong." - Retta

Aku kembali tersenyum.

"Ya abis mau ngapain lagi?" - Jingga

"Ciye senyum-senyum sendiri." - Retta

"Dih sotoy." - Jingga

"Haha lihat ke arah jendela deh, pas di samping kanan lo." - Retta

Aku langsung melihat ke arah jendela yang ada di sampingku, dan ternyata ada bus kelasnya Retta dan Retta sedang menatapku dari jendela. Dia tertawa sambil melihatkan smartphone-nya.

Ah sial, kan aku jadi malu.

Aku memanyunkan bibir ke arahnya lalu bus Retta jalan mendahului bus kelasku.

"Nyebelin lo!" Jingga

"Adeeva Jingga lucu deh kalo lagi senyum-senyum mesem gitu, hahaha." - Retta

"Gak usah ngeledek." - Jingga

"Hahaha. See you at Pom Bensin later. Nanti gue ke bus lo ya." - Retta

"Iyaa Ta." - Retta

"Dijahilin Retta lagi?" tanya Shella menyenggol lenganku.

"Iya, siapa lagi Shel?" jawabku.

"Haha, kalian tuh sahabatan rasa pacaran ya?"

"Emmm?"

"Yaaa, lucu aja gitu lihat cara Retta nge-treat lo dan sebaliknya."

"Haha mungkin karena gue udah dari bayi kali ya sama dia," sahutku.

"Emmm mungkin. Tapi yaaa, embrace the moment aja ya Ngga."

"Haha iya."

Kami sudah berada di tol Cipularang, dan bus kami masuk ke rest area untuk mengisi bahan bakar. Kami juga dipersilahkan keluar untuk ke toilet atau beli jajanan.

Ketika aku turun dari bus, Retta sudah menungguku.

"Hai Dee," dia melambaikan tangannya.

Aku menghampirinya. "Mau ke toilet Ta?"

"Yuk."

Kami mengobrol santai hingga ke toilet. Ya, walaupun Retta lebih mendominasi obrolan kami dengan pembahasan series kartun anime yang sedang ia tonton.

Setelah selesai ke toilet, kami berdua pergi ke mini market untuk membeli cemilan. Kami memilih beberapa makanan ringan.

Ketika kami ingin membayar, terlihat Tania seorang diri sedang merogoh-rogoh kantongnya. Retta yang melihatnya langsung meghampirinya.

"Kenapa Tan?" tanya Retta.

"Oh Kak Retta, emmm ini Kak. Kayaknya uangku jatuh, aku mau bayar tapi di rok kok gak ada. Duh gimana ya?" jawab Tania panik.

"Oh yaudah, pake uang aku aja. Berapa Mas?"

"Ih jangan Kak, gak enak aku."

"Udah tenang aja. Berapa Mas?"

"Ini 43ribu dek," ucap si penjaga kasir itu.

"Ini, makasih ya Mas," Retta memberikan selembar uang 50ribuan.

"Maaf ya Kak Retta, aku ngerepotin lagi."

"Iya udah gak apa-apa, laih kali jangan ceroboh ya. Mungkin uangnya keselip di tas kamu."

"Iya Kak, makasih ya Kak," sahut Tania lalu ia melihat ke arahku yang sejak tadi berdiri di belakang mereka.

Tania terlihat kaget, mungkin dia tidak menyangka kalau sejak tadi ada aku di sini.

"Eh ada Kak Jingga, ha-halo Kak."

"Yaa," sahutku sambil berjalan menuju kasir menaruh beberapa makan ringan.

"Aku ke bus duluan ya Kak Retta, Kak Jingga," ucap Tania.

"Tunggu Tan, bareng aja," sahut Retta dan aku hanya diam.

Setelah aku dan Retta membayar, kami bertiga berjalan menuju bus.

"Bus kamu mana Tan?" tanya Retta

"Itu Kak," tunjuk Tania ke arah kanan.

"Bus lo parkir di mana ya Dee?" Kini giliran Retta yang bertanya padaku.

"Itu, sebelah kiri," sahutku.

"Emmm, anterin Tania dulu ya Dee?" tanya Retta.

"Yaudah sana, gue jalan sendiri ke bus juga bisa. Dah," jawabku jutek ke Retta sambil berjalan meninggalkan mereka.

"Dee, Jinggaaaa," panggil Retta beberapa kali namun tidak aku gubris.

Aku pikir dia akan mengejarku, tapi ternyata engga. Huh sebel banget rasanya, Retta lebih pilih nganterin si Tania. Aku benci Retta!

Aku kembali masuk ke dalam bus dan duduk di bangkuku. Ketika bus ingin berjalan, tiba-tiba Shella duduk di sampingku mengenakan hoodie-nya.

"Anak-anak udah semua ya? Kita jalan lagi," ucap Bu Ani dari depan.

Dia membuka hoodie-nya.

"Retta?" tanyaku kaget.

Retta langsung menutup mulutku dengan tangannya. "Ssttttt?"

"Emmm?"

Lalu ia melepaskan tangannya.

"Kok?" tanyaku bingung.

"Hehe gue tukeran jaket sama Shella, dia di bus kelas gue duduk bareng si Fandry, gak mau jauh-jauh dari cowoknya katanya."

"Ih bandel, kalo ketauan gimana?" aku memukul bahu Retta.

"Makanya diem-diem, lo ada masker gak? minta dong buat nutupin muka gue."

"Nih," aku memberikan masker yang ada di tas kecilku.

Retta kemudian memakainya.

"Lo ngapain sih di sini? Kenapa gak di bus kelasnya si Tania?" tanyaku sarkas padanya.

"Jangan ngambek gitu dong ah," jawabnya.

"Terus ngapain di sini?" tanyaku lagi.

"Kayak Shella, gue gak mau jauh-jauh dari lo, hehe," sahutnya tapi tetap belum bisa menurunkan sebalku padanya.

"Hem," gumamku.

"Jangan ngambek lagi dong, nih gue bawain cotton candy," ucapnya sambil mengeluarkan cemilan itu dari kantong jaketnya.

Aku tersenyum sedikit. "Thanks."

Retta tersenyum padaku. Lalu ia mengubah posisi duduknya dan menyandarkan kepalanya di bahuku.

"I love your smell," ucapnya sambil menggenggam sebelah tanganku yang kemudian ia masukkan ke kantong hoodie-nya.

Deg... dan lagi, aku kembali merasakan debaran itu...

Continue Reading

You'll Also Like

466K 11.5K 31
Clare Anderson is an average teenager. She has good friends She gets passing grades She has three siblings. 3 older brothers. When her dad tells her...
1.4M 109K 42
"Why the fuck you let him touch you!!!"he growled while punching the wall behind me 'I am so scared right now what if he hit me like my father did to...
1.4M 125K 44
✫ 𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐎𝐧𝐞 𝐈𝐧 𝐑𝐚𝐭𝐡𝐨𝐫𝐞 𝐆𝐞𝐧'𝐬 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐚𝐠𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 ⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎ She is shy He is outspoken She is clumsy He is graceful...
2.5M 93.4K 32
Dawn, a girl in her early twenties living in a poor neighborhood with her sick mother and teenage brother. Her father has abandoned them for a rich w...