Dignum

By nymphad10ra

180K 11.8K 443

"Dia cowok. Tapi kadang-kadang sifatnya ... yah,kayak cewek. Sebenernya,gue kurang suka sama cowok kayak gitu... More

Dignum
I. Putus
II. Ketemu sama Dia
III. Cerita & Dinyanyiin
IV. Ternyata..
V. Dia lagi
VI. Bukan pacar & Cerita sama Ali
VII. Balapan & Di hukum
VIII. Merkurius-Pluto & Jalan bareng Ali
IX. Ketemu Theo & Permainan Sialan
X. Bolos
XI. Jalan bareng
XII. Nyerah
XIII. Balikan.. ?
XIV. Galau
XV. Pacar Pura-Pura
XVI. Gue suka sama lo,Gimana?
XVII. Just Follow My Game
XVIII. First Challenge
XIX. Second Challenge
XX. Last & Accident
XXI. Permintaan Maaf Theo & Kejutan

Epilog

10.9K 603 31
By nymphad10ra

Al melempar iPhonenya ke kasur kos-kosannya dengan kesal. Beberapa hari belakangan ini,Joshua suka telat membalas pesan atau LINE. Bukan suka lagi,tapi kadang tidak dibalas. Di telfon juga,tidak diangkat. Kadang malah dengan sengaja di matikan. Sebenarnya,Al punya salah apa sih sama Joshua? Harusnya Joshua memberitahu Al letak kesalahannya dimana,bukannya malah mendiamkannya. Al berasa pacaran dengan patung.

Kalau Joshua ingin memutuskan hubungan mereka lagi,yasudah. Al terima-terima saja. Toh,pada akhirnya mereka akan balikan lagi.

Hampir 6 tahun mereka bareng. Walaupun diselingi putus-nyambung,entah Joshua yang ingin putus karena Al terlalu dekat dengan cowok lain lah,atau apalah. Hal-hal sepele lainnya yang bikin hubungan mereka putus-nyambung. Biasanya itu karena Joshua yang cemburuan. Dan pada akhirnya,Joshua yang mohon-mohon supaya mereka kembali seperti dulu lagi. Dan tentu saja Al terima,namanya juga sayang.

"Lo kenapa sih? Tampang kusut banget," kata Thalia,teman sekamarnya.

"Telfon gak diangkat. LINE gak dibales. Maunya apa sih? Salah gue apa sama dia? Apa perlu gue datengin kosannya malem-malem begini?" kata Al kesal.

"Oh Joshua lagi," gumam Thalia maklum. "Yaudah sana datengin deh,"

"Lo temenin gue ya ya?" pinta Al memohon.

"Gue lagi 'kan yang kena," gerutu Thalia. "Yaudah deh,"

Al langsung mengambil iPhonenya yang tergeletak mengenaskan di kasur,mengambil kunci mobil,dan menarik Thalia keluar. Sebelumnya,dia izin dulu dengan yang punya kos,karena peraturan di tempat Al ngekos sangat ketat. Ada jam malamnya segala.

Setengah jam kemudian,Al dan Thalia sampai di tempat kos Joshua. Memang mereka satu kampus,tapi kosnya beda. Kalau Al,cenderung lebih dekat ke kampus ketimbang Joshua.

"Al,Joshua sekamar sama Arga ya?" tanya Thalia gugup sambil membenarkan rambutnya yang menurutnya agak berantakan. "Gue udah oke 'kan?"

"Iya," jawab Al. Dia melirik curiga kearah Thalia yang tidak bisa diam tangannya karena gugup. "Lo suka ya sama Arga?"

"Nggak," sergah Thalia sambil mengibaskan tangannya. "Cuman.. gugup,udah gitu doang."

Al tertawa. "Udah lah bilang aja suka. Kayak gue yang bakal bocor aja,"

Muka Thalia memerah. "Tapi lo jangan bilang siapa-siapa. Sampe ketauan Arganya,liat lo."

Thalia memang kalem,tapi kalo udah kesal,siap-siap aja menghadapi singa yang baru bangun dari tidurnya.

Al mengetuk pintu kos Joshua. Dan keluar lah Arga. Yang tentu aja bikin Thalia ingin pingsan. Arga keliatannya baru habis mandi,karena rambutnya yang basah acak-acakan. Al melirik Thalia yang sedang memalingkan muka dan mengigit bibir. Kalau Al gak sayang sama Joshua,mungkin Arga bakal bikin dia klepek-klepek seperti ikan yang dikeluarkan dari air.

"Nyari Joshua?" tanya Arga langsung tanpa basa-basi.

"Iya,orangnya ada gak?" tanya Al balik.

Arga menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Ah,coba Thalia sedang lihat kearah Arga,mungkin dia mimisan di tempat.

"Joshua belom pulang," jawab Arga cepat.

"Apa?" tanya Al tidak percaya. Dia mendecak, "Lo gausah boong deh. Sekarang udah jam 10,yang bener aja Joshua belom pulang."

"Ngapain gue boong segala," Arga menengok kearah Thalia. "Eh ada Thalia. Hai,Thal."

"H-hai.." sapa Thalia dengan gugup.

"Coba gue masuk ya?" kata Al.

Arga melotot. "Ya nggak lah,jangan. Lo gila apa? Banyak barang pribadi gue sama Joshua kali."

Muka Al memerah. "Oh iya lupa,lo cowok."

"Yaudah deh kalo gitu," lanjut Al kecewa. "Gue pulang aja lah. Duluan ya,Ga."

"Iya," sahut Arga. "Dadah,Thalia."

"Dah," balas Thalia sumringah.

"Thalia doang yang digituin," cibir Al. "Disini juga ada orang loh selain Thalia."

Arga memutar bola matanya. "Iya,iya. Udah sana ah,malem-malem ganggu lo,Al. Besok lagi aja kesininya,"

"Ngusir gue lo?" tanya Al nyolot,menatap Arga tajam.

"Eh," Arga menelan ludah dengan gugup. "Bukan,gue cuman.. aduh,cuman.."

Al tertawa. "Udah ah,gitu doang juga. Gue cabut ya,"

Al dan Thalia akhirnya pergi meninggalkan kosnya Joshua. Berbanding terbalik dengan Al yang kecewa,Thalia malah kesenengan karena Arga tadi.

Arga langsung menutup pintu dan memukul Joshua dengan bantal saat sudah memastikan bahwa Al dan Thalia benar-benar pergi dari tempat mereka.

"Gila lo,bikin anak orang galau. Lo harus liat mukanya Al kusut banget," celetuk Arga.

Joshua menyingkap selimut yang menutupi seluruh badannya lalu tersenyum kecil mendengar perkataan Arga.

"Ya mau gimana lagi,Ga." kata Joshua sambil menghela nafas.

"Tapi gak gini juga,sampe anak orang hampir stress gitu mukanya." kata Arga.

"Yaudahlah,gue mau tidur."

***

Al bersender di tembok samping kelas terakhir Joshua. Lima menit lagi kelasnya Joshua bubar,dan rencananya Al akan mencegat Joshua dan menanyakan pertanyaan yang belakangan ini hinggap di kepala Al. Sudah cukup Al uring-uringan setiap malam karena Joshua yang tidak membalas LINEnya sama sekali dan mematikan telfonnya. Apalagi,setiap Al ke tempat kosnya,selalu aja ada alasan yang dibuat Arga. Entah Joshua yang belom pulang,atau Joshua yang udah tidur,Joshua yang sibuk lah. Cukup,Al udah muak. Dia gak tau letak kesalahannya dimana,dan dia akan menuntut penjelasan dari Joshua.

Lima menit kemudian,satu per satu mahasiswa yang Al tidak kenal keluar. Al menunggu Joshua sambil bersidekap. Dan,keluarlah Joshua yang sedang memainkan iPhonenya dengan santai. Yang tentu aja bikin Al kesal setengah mati.

Al mencegat Joshua. "Gue perlu ngomong sama lo," kata Al datar dan dingin.

Joshua memandang Al dingin. "Ngomong aja,"

"Ya gak disini lah," jawab Al.

Joshua menghela nafas. "Gue gak ada waktu,cepetan kalo mau ngomong. Disini aja,sibuk gue."

Al menggeram pelan dan mengepalkan tangannya. "Lo kenapa sih?"

"Gue?" tanya Joshua bingung. "Gue kenapa?"

"Iya! Lo kenapa!" bentak Al kesal. "Telfon gue dimatiin. LINE gue cuman di baca,gak dibales. Gue punya salah apa sih sama lo? Kalo gue punya salah,ya ngomong dong. Jangan diem aja,berasa pacaran sama patung tau gak sih gue."

"Udah?" tanya Joshua dingin.

Al memandang Joshua tidak percaya. "Lo.."

"Apa? Udah 'kan ngomelnya? Sekarang gue mau pulang. Banyak tugas,bentar lagi kita ngurus skripsi." ucap Joshua lalu dia pergi meninggalkan Al yang terdiam.

"Mau lo apasih.." gumam Al pelan dengan mata yang memanas melihat punggung Joshua yang semakin lama semakin mengecil.

Al masih menatap kepergian Joshua sampai Joshua hilang dari pandangannya. Apa salahnya selama ini? Al bahkan jarang mengatur-ngatur Joshua. Apa dia udah gak nyaman?

Al masih sibuk dengan pikirannya sampai dia merasa ada tangan yang merangkulnya. Dia menengok dan mendapati Theo yang sedang tersenyum kearahnya.

Oh tentang Theo. Dia sudah di keluarkan dari penjara tiga tahun yang lalu. Dan mereka bertiga memang satu kampus,minus Disa karena dia mendapat beasiswa ke luar negeri.

"Udahlah jangan nangis," kata Theo. "Dia pasti bakal ngejelasin kok nanti,"

"Nantinya itu kapan?" bisik Al parau. Dia mengusap air matanya dengan kasar.

"Jalan yuk?" ajak Theo. "Udah lama nih gue gak hang out sama lo,kita makan ice cream di tempat biasa."

Al berhasil menyunggingkan senyum kecil. "Lo yang traktir?"

Theo mendengus dan memasang muka kesal yang dibuat-buat. "Banyak maunya ya,"

Al tertawa sedangkan Theo tersenyum kecil karena berhasil membuat Al tertawa.

"Asik di traktir!" seru Al.

"Yaudah ayo," Theo mengamit tangan Al dan menariknya ke parkiran.

***

"Semuanya udah siap?" tanya Joshua ke teman-temannya yang membantunya.

"Siap!" jawab mereka kompak.

"Oke,kalo gitu. Trisha,gimana perkembangannya?" tanya Joshua.

Sahabat karib Al itu melaporkan bahwa Al sedang dalam perjalanan kesini dengan Theo. Katanya,sekitar lima belas menit lagi mereka sampai.

"Oke kalo gitu," Joshua menepuk tangannya dua kali. "Semuanya siap di posisi! Lampu matiin!"

Semuanya langsung siap di posisi masing-masing. Dan lampu café pun sudah dimatikan. Setelah izin dengan pemiliknya tentunya.

Di sisi lain,Al bertanya-tanya kemana Theo akan membawanya.

"Kita mau kemana sih?" tanya Al untuk yang kesekian kalinya.

"Ke café favorit lo,udah deh bawel amat," jawab Theo kesal.

"Iya,iya." cibir Al.

Lima belas menit kemudian,mereka sampai di café favorit Al itu. Al mengerutkan keningnya saat melihat bahwa café itu gelap,ditambah lagi sekarang sudah jam 7 malam. Menambahkan suasana horror di sekitar Al.

"Lo masuk duluan aja," kata Theo. "Gue mau nelfon seseorang dulu,"

Al menoleh kearah Theo dengan curiga. "Lo gak mau ngapa-ngapain gue 'kan?"

Theo mendecak. "Ya nggak lah,udah sana masuk."

Al pun menurut. Dia berjalan memasuki café itu. Saat masuk,dia langsung diserbu dengan wangi bunga. Bunga mawar segar.

Tiba-tiba,lampu diatas meja favorit Al menyala. Al menoleh dan mendapati Joshua yang sedang duduk disana,menggunakan pakaian pertama kali mereka bertemu,dan sedang tersenyum kearah Al. Al mengerutkan keningnya,bukannya tadi siang,Joshua bersikap dingin kepadanya? Tapi walaupun curiga,Al tetap jalan menuju Joshua dan duduk di depannya.

"Hai," sapa Joshua dengan senyum manisnya.

"Hai?" balas Al ragu-ragu.

Pandangan Joshua berubah menjadi pandangan menerawang. "Inget gak,dulu pas pertama kali kita ketemu,lo nendang gue. Jujur,pertama kali masuk café ini,gue udah tertarik ngeliat lo yang duduk sendirian. Makanya gue samperin lo dan negur lo. Tapi lo malah asik ngelamun,akhirnya pas gue gebrak meja lo,baru deh lo sadar dan gue ditendang,"

Al meringis mengingatnya. Tidak terasa,sudah hampir 6 tahun kejadian itu. Tapi masih teringat jelas di pikiran Al.

"Abis lo ngagetin gue sih," jawab Al.

Joshua tersenyum kecil. "Dan ternyata,kita berdua sama-sama abis putus. Dan kita berdua galau bareng abis itu kita berdua cerita. Padahal baru saling kenal. Eh,abis itu gue ketemu lagi sama lo. Waktu itu,lo nabrak gue dan lagi nangis. Terus lo ngebawa mobil gue pake ngebut. Untung mobil gue gak lecet,"

Al tertawa kecil mengingatnya. "Itu 'kan kebawa emosi,"

Joshua menarik nafas. Lalu membuangnya lagi, "Al,gue mau ngomong."

"Daritadi 'kan lo ngomong terus." jawab Al bingung.

"Al,sejak ketemu sama lo,hidup gue berubah seratus delapan puluh derajat jadi lebih baik. Kalimat itu emang basi,gue juga dulu bakal ketawa kalo denger kalimat itu,tapi gue ngalaminnya sendiri. Enam tahun belakangan ini,rasa sayang gue ke lo,gak pernah berkurang,malah makin besar dan makin besar. Mungkin sekarang udah gak bisa diukur lagi,"

Joshua berdeham. Dia menepuk tangannya dua kali,dan munculah lampu-lampu kecil di tembok yang disusun menjadi tulisan,

"will u marry me?"

"Liat kesamping," suruh Joshua.

Al menoleh ke samping,dan terperangah. Dia menutup mulutnya saking kagetnya. Itu benar-benar.. romantis. Di tambah lagi suasana café yang masih gelap,jadilah tulisan itu sangat terang.

Joshua berdiri dari duduk dan menyuruh Al untuk ikutan berdiri. Al berdiri dengan mata berkaca-kaca.

Joshua mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak kecil. Lalu membukanya. Disana terdapat cincin yang tidak terlalu mewah,tapi indah.

"Mungkin sekarang waktunya,kita udah ngelewatin banyak hal bareng-bareng. Dan gue mau ngelewatin lebih banyak hal lagi bareng lo sampe tua nanti," Joshua bertekuk lutut. "will you marry me? will you be my wife for the rest of my life? the first person that i see everytime i wake up in the morning? And the last person that i see everytime i close my eyes?"

Al terdiam seribu bahasa. Dia masih menutup mulutnya tidak percaya. Air matanya sudah mengalir deras daritadi. Bukan air mata kesedihan,tapi air mata bahagia. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Joshua akan melamarnya seperti ini.

Ingin rasanya Al menyampaikan apa yang dia rasakan. Tapi lidahnya terasa kelu untuk berbicara. Akhirnya,Al hanya mengangguk sebagai jawaban.

Joshua tersenyum lebar. Dia memakaikan cincin itu ke jari manis Al lalu berteriak,

"GUE DITERIMA OI! DITERIMA! UDAH NYALAIN LAMPUNYA GELAP AMAT INI!"

Lampu café pun menyala. Disana Al melihat banyak orang yang di kenalnya sedang bertepuk tangan dengan heboh. Al bersembunyi di balik punggung Joshua sambil tersenyum lebar. Dia malu dengan matanya yang sembab karena menangis.

Ali menghampiri mereka berdua dan memeluk mereka berdua sekaligus. "Adek gue udah besar! Jagain dia Josh!"

"I-iya," jawab Joshua kesusahan karena Ali memeluknya terlalu erat.

Ali melepaskan pelukannya dan tersenyum lebar. Lalu Trisha menghampiri Al dan memeluknya erat.

"Astaga Al! Lo bakal nikah!" seru Trisha heboh.

Al tertawa. "Apaansih,"

Bahkan,Thalia dan Arga pun ada disitu memberi mereka selamat. Theo menghampiri mereka dan menepuk punggung Joshua.

"Selamat ya! Tungguin gue dong," kata Theo bercanda.

"Makanya cepet cari pacar," ledek Al.

"Sialan," gerutu Theo.

Mereka semua mengobrol seru sampai akhirnya Al menanyakan pertanyaan yang ada di pikirannya belakangan ini ke Joshua.

"Kemaren-kemaren,kok kamu cuek banget terus dingin gitu? Emang aku ada salah?" tanya Al.

Joshua nyengir. "Maaf,'kan mau bikin kejutan ini makanya aku kayak gitu."

Al memukul bahu Joshua. "Tapi jangan yang bikin kesel dong!"

Joshua meringis tapi tetap tertawa. "Maaf,Sayang."

"CIE SAYANG! GUE JOMBLO NIH!" teriak Trisha dan Ali bersamaan.

Pipi Al memerah. "Jodoh lo berdua,sama-sama ngeselin."

"Apaansih," gumam Trisha dengan pipi yang memerah. Sedangkan Ali sudah malu-malu sendiri.

Sisa malam itu,mereka semua rayakan karena Joshua dan Al sudah tunangan. Sayang,Disa masih di luar negri.

"Wah! Kita harus nentuin tanggal nih," sahut Michelle.

"Mama!" Al melotot.

"Iya iya!" Akhirnya,Aya dan Michelle pun heboh membicarakan tanggal pernikahan dan segala macemnya.

"Al,kalo Joshua nakal,cubit aja!" kata Jena sambil tersenyum jahat.

"Setan lo,Kak." cibir Joshua.

"Biarin," Jena memeletkan lidahnya.

Kedua orangtua Al dan Joshua pun menghampiri mereka berdua.

"Kami udah nentuin tanggalnya,"

Al maupun Joshua hanya bertukar pandang tidak percaya.

========

Gue cuman mau bilang..

MASSIVE THANKYOUUUU buat semuanya yang udah baca cerita ini dari awal,yang udah ngevote,dan yang udah comment dari awal. Gue juga berterima kasih untuk silent readers,walaupun kalian nggak ninggalin jejak tapi kalian baca cerita gue

Gue gatau mau ngomong apalagi,yang jelas gue seneng cerita ini selesai dan gue berterima kasih banget sama yang udah ngedukung dan nungguin cerita ini dari awal!:D

Khususnya,temen-temen di sekolah yang sampe mukulin gue saking gregetannya. Dan,temen-temen yang gue temuin di Wattpad ini.

AAAAHH gue banyak bacot yakanyakan,tapi itu karena gue seneng banget!

Nanti kita ketemu lagi di cerita gue yang baru! Semoga gak bosen dan kalian suka!

---------------------------------

Für Elise

Hanya sedikit dari kenangan masa lalu yang tersimpan rapi di benak Elise,sampai sekarang.

Setelah dia pergi meninggalkan Elise,dia berkata akan kembali lagi.

Harusnya,Elise tidak berharap terlalu banyak.

Apasih yang bisa dijanjikan anak kecil?

Elise bahkan lupa dia siapa atau namanya.

Tapi ada satu hal yang Elise ingat tentang dirinya.

Dia selalu memainkan lagu Für Elise,

Untuk Elise.

---------------------------

Sekalian mau promote :

• Complicated by amandadivaa

• Twinzie? by evelynsekarr

18 Agustus 2014

Continue Reading

You'll Also Like

952K 68.5K 37
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
1.3M 35.4K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
13.4M 1.1M 81
♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...