Lost Memories

By amateurflies

1.3M 63.7K 1.4K

Semenjak kecelakaan beruntun yang terjadi menimpa Nael, ada satu hal yang menghilang begitu saja dari ingatan... More

Prolog
1. Memori
2. Nama
3. Gadis yang Sama(?)
4. Debaran dan Perasaan
5. Sobekan Kertas
6. Tidak Asing
7. Jangan Panggil Gue Damar
8. Siapa Pengirimnya?
9. Pengagum Rahasia
10. Dalam Diam
11. Tanpa Alasan
12. Ganti Rugi
13. Mulai Pacaran
15. Cinta dan Benci
16. Mencintai Tanpa Dicintai
17. Tanya Tanpa Jawab
18. Malam Puncak Event
19. Sebuah Kotak
20. Kevin?
21. Halusinasi
22. Berhenti Mencintai
23. Bagaimana?
24. Bolos
25. Yang Disembunyikan
26. Kilas Balik
27. Membingungkan
28. Entah
29. Apa Artinya Debaran Itu?
30. Jatuh di Dua Hati
31. Sebuah Janji
32. Untuk Mempertahankan
33. Terlanjur

14. Apa yang Salah dari Mencintai?

9.4K 927 37
By amateurflies

Apa yang salah dari mencintai seseorang yang tidak bisa membalas cinta itu?

• • •

"Nay, Ayah jalan duluan, ya. Sarapan sudah Ayah siapkan di meja makan. Bekalmu juga," ujar Mario dari luar, setelah mengetuk pintu kamar Naya, tanpa membukanya.

"Iya, Yah. Ayah hati-hati, ya, di jalan." Berhubung Naya masih sibuk bersiap-siap, ia hanya menyahuti dari dalam.

"Oh, iya. Ada yang menunggu kamu, tuh, di bawah."

Beberapa saat Naya sempat terpaku. Tidak perlu diberitahukan ayahnya siapa orang itu, Naya sudah yakin betul dia pasti kakak kelasnya yang semalam mendeklarasikan diri sebagai pacarnya. Siapa lagi kalau bukan Damar Naelandra!

Setelah beres memakai sepatu, Naya beranjak ingin mengambil ranselnya yang sudah ia siapkan di atas meja belajarnya. Akan tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti ketika ia melewati cermin besar meja riasnya yang jarang ia gunakan sebagaimana fungsinya. Sesaat Naya memandangi pantulan dirinya di hadapan cermin.

"Kok, muka gue pucet, ya?" gumamnya pada diri sendiri.

Enam belas tahun ia hidup di dunia, namun baru kali ini ia bercermin untuk melihat penampilannya sebelum berangkat sekolah. Karena biasanya, menyisir rambutnya saja Naya selalu lakukan tanpa bercermin.

"Tiap hari gue ke sekolah kayak begini? Yang bener aja!"

Dengan cekatan Naya meraih bedak dan liptint yang belum lama dibelikan ayahnya namun tak pernah ia pakai, yang diletakkan di atas meja riasnya. Memoles tipis wajahnya dengan bedak itu, juga bibirnya dengan liptint merah muda. Selesai sudah semuanya, barulah ia kembali menjalankan tabiatnya yang sempat tertunda tadi. Mengambil tas.

🌺

Sebelum menuruni anak tangga, Naya mengintip lebih dulu ke bawah ruang tamu. Apakah dugaannya itu benar atau tidak. Bisa saja kan yang datang itu bukan Nael, tapi Nata. Akan tetapi ketika sudah ia pastikan, ternyata itu benar-benar Nael. Dan tidak tahu apa alasan jelasnya, mengetahui hal itu tiba-tiba saja jantung Naya berdebar tidak seperti biasanya. Sampai-sampai ia menarik napas dalam-dalam dahulu, baru berani turun.

"Ekhem,"

Naya berdeham membuat Nael yang sedang sibuk memerhatikan foto-foto yang terpajang di area ruang tamu, seketika memutar bahunya.

"Lama amat. Kalau bukan pacar udah gue tinggal daritadi," tukas Nael kemudian.

"Tinggal aja, kan aku nggak minta Kakak jemput aku?" Naya membalas cuek seraya berjalan duluan keluar. Yang tak lama Nael menyusulnya.

"Kan gue bilang 'kalau bukan pacar'," ucap cowok bermata cokelat itu, seraya menunggangi motornya, sementara Naya mengunci pintu. "Lain kalau kenyataannya lo pacar gue. Sampai jam 7 pun gue jabanin."

"Emangnya nggak takut telat?" tanya Naya dengan intonasi menantang.

Sesaat Nael memberi helm untuk gadisnya lebih dulu, sebelum menjawab lagi, "Nggak masalah kalau telatnya bareng pacar. Justru enak."

"Kok enak?" Naya mengernyit sembari memasang pelindung kepalanya. "Ntar dihukum Pak Hengki baru tau rasa."

"Dihukumnya sama pacar sendiri, mau seharian juga nggak apa-apa. Daripada di kelas, sendirian," timpal Nael, tidak mau kalah.

Seketika Naya merasa kedua pipinya memanas mendengarnya. Namun buru-buru ia duduk di belakang Nael, sebelum cowok itu melihat pipinya yang hampir sama dengan kepiting rebus. "Apaan, sih, Kak. Basi, tau nggak," tepisnya.

Sayangnya Nael yang diam-diam sudah keburu melihat, malah tersenyum menahan tawa. "Pipinya merah, tuh," godanya.

Sebelum akhirnya mereka berdua berlalu bersamaan dengan berputarnya roda motor yang Nael kendarai.

🌺

Urat saraf Naya dalam sekejap menegang hanya karena salah satu tangan Nael yang tanpa izin menggandeng tangannya.

Naya berusaha membebaskan tangannya, akan tetapi genggaman Nael yang terlalu erat membuatnya kalah tenaga, sampai akhirnya gadis itu cuma bisa memasrahkan diri. Sementara batinnya merutuk malu, lantaran nyaris semua orang yang mereka lewati menyorot ke arahnya dan Nael. Nael bisa bersikap masa bodo. Tapi Naya tidak. Mengumbar kemesraan di depan umum seperti ini. Bukan dirinya sama sekali.

"Kak, lepasin. Malu tau. Banyak orang," desisnya.

"Justru harusnya lo bangga punya pacar kayak gue."

"Naya!"

Tiba-tiba Naya dan Nael disentakkan oleh Sera juga Hellen yang menyeret tangannya terburu-buru masuk ke dalam kelas. Membuat Naya mau tak mau harus meninggalkan Nael di koridor.

"Kak, aku duluan, ya."

Nael mengangguk seraya melepaskan tangannya dari tangan Naya.

"El!"

Mendengar pekikan namanya dari belakang, otomatis Nael menoleh. Namun saat tahu yang memanggilnya ternyata Nata, cowok itu berdecak. Kemudian segera berlalu, mengabaikan Nata yang mencoba mengejarnya.

"El, tunggu dulu, El, gue mau bicara."

🌺

"Naya! Astaga, Nay!" Di depan kelas, tanpa memberi kesempatan pada Naya untuk menaruh tasnya lebih dahulu, Sera berseru heboh.

"Kenapa? Bedak gue nggak ketebelan, kan, ya?" tanya Naya panik. "Atau liptint gue kemenoran?"

"Nggak-nggak. Bukan itu!" Sera menggeleng cepat.

"Terus apa?"

"Lo sejak kapan deket sama cowok itu?" Kini Hellen yang bertanya langsung pada poin utamanya.

"Kak Nael maksud lo?"

"Nggak tau siapa namanya. Gue kan anak baru di sini."

"Iya, Kak Nael." Akhirnya Sera yang membetulkan.

"Semua gara-gara gue rusakin ponselnya. Terus dia minta ganti rugi dengan cara gue harus jadi ceweknya dia." Naya mengerutkan dahinya, membuat ekspresi penuh sesal. "Abis mau gimana lagi, cuma itu satu-satu cara buat ngeganti tanpa harus mengeluarkan uang."

Detik itu juga ekspresi terkejut tidak lagi dapat terhindarkan dari wajah Hellen dan Sera. Ya wajar, siapa yang tidak kaget mendengar Naya bercerita seperti itu? Apalagi Hellen. Ia benar-benar terkejut. Terlebih ketika mengingat sekaligus mengenali wajah Nael.

"Lo nggak bercanda?" Hellen bertanya dalam posisi tertegun.

"Nggaklah. Ngapain bercanda pagi-pagi."

"It's okay, sih. Kak Nael ganteng ini-lah. Jadi, lumayan buat dipamerin kalau lagi pameran," ujar Sera.

"Terserah lo, Maemunah!" Saking kesalnya dengan Sera, Naya pergi duluan ke kursinya.

🌺

"Baik, untuk tugas minggu depan, buat rangkuman Bab V. Dikumpulkan dan tidak boleh salin dari internet," tutur Bu Rani dengan gaya bicaranya yang lantang. "Ingat, ya, saya tahu mana yang menyalin dari internet, mana yang murni merangkum dari isi buku."

"Iya, Buu," sahut anak-anak serentak.

"Ok, terimakasih. Kalian boleh istirahat sekarang."

Menuruti apa kata bu Rani, meski belum bel istirahat, semua telah membereskan perkakas tulis masing-masing dari atas meja, bersiap untuk istirahat. Sekitar hampir lima menit berlalu. Kelas mulai sepi. Sebagian sudah ada yang langsung beringsut keluar kelas. Sera dan Hellen telah selesai merapikan mejanya daritadi. Tinggal menunggu Naya yang masih nampak kebingungan.

"Lo nyari apa, sih, Nay?" tanya Sera.

"Tau, gue udah laper, nih." Hellen, selalu saja mengeluhkan hal yang sama. Lapar, lapar, dan lapar.

Naya yang masih menyari, sempat-sempatnya menjawab, "Tempat pensil gue. Lo liat nggak, Ser?"

"Nggak liat. Emang lo taruh di mana?"

Naya diam sejenak. Berusaha mengingat kembali, di mana terakhir kali ia melihat tempat pensilnya itu. "Seinget gue tadi gue keluarin, kan. Terus berhubung meja gue sempit kebanyakan buku. jadi..." Cukup lama ia memikir. "Oh, iya!" Tangannya dengan cekatan meraba laci mejanya.

Hellen melipat tangannya, jengkel lantaran kelamaan menunggu. "Ada?"

"Ada!" seru Naya bersemangat. Tapi tiba-tiba wajahnya kembali tanpa ekspresi ketika ia merasakan ada sesuatu yang terpegang olehnya. Saat ia ambil, tidak lain tidak bukun adalah lipatan kertas.

"Coba baca, Nay," titah Sera.

Naya langsung membukanya. Biarlah kedua temannya itu tahu akan hal ini mulai sekarang.

Apa yang salah dari mencintai seseorang yang tidak bisa membalas cinta itu?

"Itu dari siapa?"

Tanpa menjawab Sera, Naya menggeleng. Tangannya masih belum bergerak memegang kertas itu.

"Gue tau itu dari siapa," seruak Hellen dengan nada bicara serius.

Mendengar itu, seketika Naya menoleh cepat ke arahnya. Melalui ekspresi seolah bertanya, 'Siapa?'.

Suasana hening cukup lama. Baik Naya maupun Sera, keduanya sama-sama menatap Hellen dengan rasa penasaran yang tergurat jelas di wajah masing-masing.

===

To be continue...

a/n: ikutin terus ceritanya yaa. jangan lupa vote dan komen teman-temaannn😊

Continue Reading

You'll Also Like

287K 17.8K 64
⚠️ Update Setiap Hari ⚠️ [ Jangan lupa follow sebelum baca! ] --- Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari saha...
4.5M 350K 48
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
Ervan By inizizi

Teen Fiction

1.4M 100K 69
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...
3.4M 201K 55
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...