Ten Rumors about the Mute Girl

By fibiway

264K 26.7K 2.3K

Orang-orang bilang ada gadis bisu di rumah itu. Dan akhirnya aku tahu bahwa itu benar setelah kejadian dimana... More

0.0 | copyright
epigraph
prologue
1 | people said, the house is haunted
2 | people said, she is from the other city
3 | people said, the carpenters have often moved house because 'she' is mute
4 | people said, they are anti-social family
5 | people said, Julia is a whiny girl
6 | the beginning
7 | the warming party
8 | why Mrs. Carpenter gets mad?
9 | the taro flavor
10 | Seth, the stalker
11 | Seth and the truth
12 | why Mrs. Carpenter gets mad? (pt.2)
13 | a middle-aged man asked us about the Carpenters' house
14 | what the hell?
15 | she; a gone girl
16 | ten rumors about the mute girl and her family
17 | Mom said that she will try
18 | but Mom never trying
19 | the Carpenters' truth
20 | a girl who was slapped
21 | what happen; why Penelope calling?
22 | Julian
23 | a big confusion
25 | a stranger
26 | he is the hero, again
27 | Herbert Carpenter
28 | she said she really sorry for her father
29 | the day with them
30 | a ticket, to Iceland
31 | me, and the sun, and the girl-who-will-go to reach her dream
32 | the truth, but not the whole truth
33 | the truth happened later, i think it's the end
34 | too late to say goodbye
35 | everything's back to normal, like when the girl has not come yet
36 | new neighbor, isn't it?
37 | yeah, they are gone
38 | a diary
39 | page 1, 30 November
40 | page 2, 3 December
41 | page 3, 10 December
42 | page 4, 12 December
43 | page 5, 15 December
44 | page 6, 28 March
45 | page 7, 30 March
46 | page 8, 31 March
47 | page 9, 3 April
48 | page 10, 30 May
49 | "nothing ever goes away..."
50 | "...until it teaches us what we need to know."
epilogue
[ author's note ]

24 | stupidity

3.4K 403 54
By fibiway

Aku menaruh ponsel dan ranselku ke atas nakas berwarna putih. Kutarik kursi logam hingga mencapai sisi ranjang sebelum akhirnya kududuki. Julia yang terbaring dengan mata terpejam, masih bergeming pada posisinya.

Aku tidak yakin apakah dokter yang bicara padaku beberapa menit silam berkata jujur atau tidak. Lelaki itu bilang, Julia sempat siuman tadi pagi sekitar pukul lima. Namun nalarku berkata, Julia belum pernah bangun dari tidur panjangnya karena faktanya ... faktanya adalah aku belum benar-benar menyaksikannya membuka kelopak mata.

Tiga menit berselang, kira-kira begitulah lamanya aku duduk di sini; mengamati gadis tuna wicara tidur. Sama sekali belum ada pergerakan. Dan itu bagus. Maksudku, bagus adalah benar-benar bagus apabila gadis itu tidak sadar akan kehadiranku—karena akan konyol sekali jika aku terpergok sedang mengawasinya tidur.

Mungkin aku adalah orang bodoh yang kurang kerjaan karena hanya ada satu hal yang kulakukan saat ini yaitu menghitung berapa detik lama waktu terbuang. Ketika batinku sibuk berhitung, tahu-tahu, telingaku menangkap suara ribut-ribut dari luar kamar.

Kalau tidak salah, aku mendengar suara seorang gadis, "Maafkan kami sekali lagi, Nyonya Car—"

Sial. Itu Penelope. Aku kenal betul suara Penelope; suara yang jika didengar dari sudut manapun, akan sama saja; sama-sama cempreng. Ah, bodoh sekali aku. Nyonya Carpenter pasti akan tambah berang jika menangkap basah seorang Jason di kamar pasien anak gadisnya.

Daripada terus-menerus mempertololkan diriku sendiri dengan banyak pikiran ini-itu, aku langsung mengambil tempat sembunyi di kolong ranjang sesudah sebelumnya kugaet dengan kilat ranselku. Aku hampir-hampir harus memojokkan tubuh ke sisi paling sudut kolong agar ketika ada orang masuk ke kamar, mereka tidak menyadari ada tikus besar di bawah ranjang.

Adalah Nyonya Carpenter yang membuka pintu lalu berjalan cepat. Hak tingginya menimbulkan suara ketukan-ketukan di lantai penuh energi, diikuti suara terburu-buru langkah kaki tiga orang di belakangnya. Kuyakin itu pasti suami Nyonya Carpenter dan yang satu adalah Penelope, serta yang satunya lagi Julian.

Aku masih bergeming memeluk tubuhku sendiri bagaikan orang ketakutan setengah mati yang menonton film horor. Detak jantungku bahkan bisa kurasakan lewat pembuluh nadi di pergelangan tangan yang rupanya tidak kusadari, kutekan terlalu ekstrem.

Ujung sepatu Nyonya Carpenter tepat berada di pinggiran ranjang, kira-kira tiga puluh senti dari ujung sepatuku.

"Oh honey, bagaimana keadaanmu, sayang?" Wanita itu mencoba bicara pada anaknya yang tengah tertidur. Entah kenapa rasanya seolah ada yang ganjil ketika Nyonya Carpenter memanggil Julia dengan sebutan honey; istilah paling manis dan memuakkan yang selalu kubenci.

"Aaa aaa."

A-apa itu? Astaga. Siapa yang bergumam seperti itu? Mungkinkah Julia? Astaga lagi, bukankah gadis itu tadi sepenuhnya tertidur? Kenapa tiba-tiba mencoba bicara?

Aku masih lanjut mematung di tempat, sambil mendengarkan percakapan orangtua Julia serta Julian dan Penelope yang benar-benar seperti bisikan. Namun kupikir telingaku terlampau tidak sanggup untuk menerima gelombang bunyi yang sungguh lirih dari Julian dan Penelope. Mereka berdua semacam berbicara di belakang Tuan dan Nyonya Carpenter, membicarakan suami istri itu. Entahlah, masa bodoh.

Sekonyong-konyong, aku mendengar dering ponsel salah satu di antara mereka yang berada di atas. Namun ... aku seolah mengenal nada deringnya. Nada dering instrumen sebuah lagu tanpa vokal ... More Than You Know...

ASTAGA, ITU PONSELKU!!!

Orang bodoh! Ponselku ada di meja! Bisa-bisanya otakku lupa dan tanganku terlampau sangat-sangat bodoh untuk mencomotnya sebelum aku bersembunyi. TOLOL SEKALI.

Lamat-lamat kudengar Penelope bicara, "Maaf, ini ponselku, Nyonya. Sebaiknya saya keluar dulu, permisi," katanya, lalu sedetik kemudian sepasang kaki dari salah satu di antara mereka berjalan menuju pintu. Lalu kutahu, yang mengekor di belakangnya adalah Julian, sudah pasti itu dia.

---

"Dasar bodoh. Kau orang paling teledor yang pernah kujumpai."

"Yang terpenting Nyonya itu tidak tahu," tukasku.

"Bagaimana jika dia tahu kau ada di bawah tempat tidur Julia?"

Aku mendesah kasar, menyingkirkan ocehan-ocehan memekakkan kepala dari Penelope. "Intinya, aku selamat!"

"Terserah kau saja, bodoh," kata Penelope, kupikir nada bicaranya mulai menunjukkan aroma keputusasaan berdebat denganku. "ini ponselmu," lanjutnya, akhirnya menyodorkan ponselku yang mana kemudian kuambil dengan gerakan cepat.

Penelope Miller pergi meninggalkanku di lorong loker sekolah. Kuamati punggungnya hingga menjauh dan menghilang di balik pintu keluar gedung sebelum akhirnya kututup loker nomor 371 yang paling pojok milkku.

Ketika kupalingkan muka hendak berjalan menuju pintu keluar menyusul Penelope, seorang anak laki-laki memanggil namaku. Suaranya lumayan jarang kudengar dan itu jelas bukan suara adikku (omong-omong, di sekolah aku hanya bicara dengan beberapa anak lelaki saja, selebihnya, tidak ada anak perempuan yang mau denganku kecuali Penelope).

"Hei," itu Julian. Julian menepuk pundakku dengan tingkat energi lumayan ekstrem yang oernah kurasakan selama ini ketika seseorang menepuk pundakku.

Aku mendongakkan dagu ke arahnya yang dimengerti oleh Julian itu adalah isyarat ada apa karena akhirnya anak itu bicara demikian, "Apa kau bicara dengan Julia kemarin?"

"Hah? Julia? Jelas tidak. Aku tidak bicara apa pun."

"Hanya saja, mengapa ketika kami datang, gadis itu sudah dalam keadaan sadar?"

"A-apa? Tapi kemarin kami tidak—"

"Mungkin Julia takut padamu," celetuk Julian, dan aku ingin sekali meninju wajah bundarnya yang berpipi tembam itu. []

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 287K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
1M 135K 17
"Ever wonder how it feels to love a man who's more unreachable than the sun?" Substansi © 2017 by Crowdstroia. Image taken from pinterest. [W...
2.3M 73.3K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...
5.1M 216K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...