BEAUTIFUL TIMES [MARKREN]

By Markrentown

63.6K 4.6K 662

"When we look back, like the panorama inside a movie, a beautiful time is drawn." Oneshoot collection of Mark... More

00. Hello
02. Mark Hyung
03. Forever With You
04. Candlelight Dinner Becomes Wild
05. First Snow
06. Daisy
07. Meet My Mom
08. Merci, Renjun
09. One Day In December
10. You & I + Child = Happy
11. Regret
12. Longing
13. Imagination Friend
14. Time With You
00.2 Hello 2.0
Perfect Photograph

01. Holding On

8.3K 589 115
By Markrentown

Title : Holding On
Genre : Hurt/Comfort, Angst
Rated : T
Author : aria_helgrind
Song : Linkin Park - One More Light

.
.
.

.
.
.

Malam ini terasa seperti malam sebelumnya, langit kelam diatas kota Seoul sedang menangis semenjak sang mentari menghilang di garis cakrawalang dan meninggalkan sinar jingganya yang terhalang langit kelabu.

Terlihat seorang lelaki sedang merapikan meja kerjanya setelah jadwalnya sudah selesai. Mark Lee--nama lelaki tersebut--merenggangkan badannya yang terasa kaku karena bekerja seharian. Saat mengambil ponsel pintarnya, mata bulat Mark menatap pigura kecil yang ia letak di sudut meja kerjanya.

Bibirnya ditarik membentuk kurva keatas yang tak begitu lebar. Mark selalu tersenyum tiap kali melihat sesuatu yang mengingatkannya kepada seseorang yang ia kasihi dan ia cintai. Mark mengusap lembut permukaan foto seseorang yang ada di dalam figura yang berada di genggamannya.

Sosok itu tersenyum manis dengan tulusnya menghadap ke titik yang memotretnya. Wajahnya begitu bahagia sambil memeluk beberapa tangkai bunga matahari. Sinar mentari sore yang menimpa wajahnya membuat ia tampak begitu berkilau. Ah, Mark jadi ingin memeluk kesayangannya itu sesegera mungkin.

Mark meraih ponselnya dan menelfon sosok tersebut, menanyakan kabarnya sekarang. Namanya Huang Renjun, tapi mulai 6 bulan yang lalu ia menjadi bagian dari keluarga Mark, yaitu keluarga Lee. Sekarang Renjun sudah menjadi teman hidupnya Mark hingga maut memisahkan mereka.

Namun panggilan telfon Mark tidak diangkat Renjun. Mark mencobanya lagi sampai 9 kali, tetapi tetap saja tidak direspon. Hatinya cemas ada apa-apa dengan pujaan hatinya.

"Tuhan, Renjun kenapa..." Gundah Mark dalam hati. Ia mencoba mengecek social medianya Renjun, dan benar saja, Mark benar-benar harus kembali ke apartemen mereka sesegera mungkin.

"Semoga dugaanku salah..." Batin Mark gelisah saat mengendarai mobilnya.

.

.

.

.

Renjun Lee made changes to the Status Message.

"Why is everything so heavy now. Please, save me from my mind..."

20 minutes ago.

.

.

.

.

Mark memarkiran mobilnya di basement apartemennya dengan tergesa, bergerak terburu-buru menuju pintu apartemen mereka berdua. Setiap langkah yang diambil Mark terasa begitu lambat, berat dan menyesakkan, padahal hanya berjarak 5 lantai dan bisa ditempuh dalam 10 menit dengan bantuan lift.

Sesampai di depan pintu apartemen Mark dan Renjun, lelaki Kanada itu gemeteran mengimput passwordnya hingga sampai 2 kali salah nomor saking paniknya. Setelah memasukan nomor yang benar, Mark masuk dan langsung mencari keberadaan istrinya tersebut.

"Renjun?" Mark mencari di ruang makan dan tidak ada siapa-siapa disana. Ia mencari ke dapur, ruang tengah dan dan ruang kerjanya, tapi tetap saja dia tidak menemukan eksistensi yang ia cari.

Tempat terakhir yang Mark tuju adalah kamar tidur mereka berdua.

"Sayang?" Panggil Mark setelah masuk ke kamar. Tidak ada siapapun disana, tetapi terdengar suara riak air yang begitu nyaring dari kamar mandi. Tanpa ragu Mark melangkah masuk ke kamar mandi kamar mereka.

Mata bulat Mark membola begitu menemukan sosok yang meringkuk dibawah guyuran shower bathtub tanpa sehelai benang pun yang menutupi kulitnya yang penuh luka. Air bathtub tergenang di kakinya berwarna merah pudar yang berasal dari darah di permukaan kulitnya. Tatapannya begitu sendu dan hampa, dan tubuhnya bergetar begitu hebat.

"Renjun! Ya Tuhan!" Mark segera mematikan keran shower, meraih handuk di gantungan di balik pintu, dan mengangkat tubuh Renjun dengan perlahan lalu mendudukannya di atas closet.

"Sayang, kau kenapa?" Tanya Mark berusaha untuk tidak terdengar begitu panik. Dengan telaten ia mengeringkan tubuh Renjun yang basah. Kulit itu tanpak begitu pucat.

"Hyung... Hiks..." Satu isakan lolos ketika manik kelam Mark menatap lurus ke netra bening Renjun. Renjun menunduk, takut jika Mark membencinya. Jemari kurusnya mengepal, menahan rasa sesak di dada karena menahan tangisannya.

Tetapi dugaan Renjun salah, justru sebuah dekapan hangat yang ia terima setelah itu. "Tenang sayang, ada aku disini." Ucap Mark lembut, membiarkan Renjun menangis di dadanya saat ini. Tanganya bergerak mengusap punggung Renjun yang bergetar dengan sayang.

Setelah merasa Renjun sudah cukup tenang, Mark melepaskan dekapannya. Ia membalutkan tubuh istrinya dengan handuk agar tidak kedinginan.

"Oke tunggu disini sebentar, ya."

Mark bergegas mencari kotak P3K dan mengambil piyama Renjun beserta pakaian dalamnya. Ia kembali ke tempat Renjun dan mulai mengobati luka-luka yang terlihat masih baru itu. Mark meringis melihat tangan Renjun penuh sayatan, terdapat luka cakaran di telapak kakinya, dan bekas gigitan yang cukup dalam di sekitar buku tangannya.

"Tahan ya." Dengan hati-hati Mark membersihkan dan mengobati luka Renjun. Yang lebih muda memilih diam dan menurut saja meski Renjun tidak bisa berbohong jika ia tidak merasakan perih yang menyapa lukanya.

Setelah itu barulah Mark membalut luka-luka itu dengan perban. Ia mengusap kulit yang terbalut dengan perban itu dengan lembut.

"Sudah. Jangan dibuka dulu perbannya." Ucap Mark sambil menggenggam jemari Renjun erat. Renjun hanya tersenyum tipis dengan mata yang masih berkaca-kaca.

Selanjutnya Mark memakaikan Renjun pakaian dalam dan piyamanya satu persatu. Setelah semuanya selesai, Mark menggendong Renjun keluar kamar mandi dan mendudukannya di tepian ranjang mereka berdua.

Tangan Mark meraih kedua tangan Renjun untuk ia genggam erat. Manik bulatnya menatap lembut netra bening kesayangannya.

"Bolehkah aku mengetahui apa yang telah terjadi, Renjun?" Tanya Mark hati-hati, tidak ingin Renjun salah paham bahwa ia sedang menghakimi pemuda manis di hadapannya.

Tercipta keheningan yang cukup lama karena Mark sedang menunggu Renjun untuk menjelaskannya dengan tenang. Mark cukup mengerti untuk tidak mendesak Renjun berterus terang.

Setelah 15 menit berlalu, barulah Renjun memberanikan diri membuka suara."Maaf hyung... Aku takut..." Lirihnya hampir tidak kedengaran. Untunglah Mark masih bisa mendengar suara lemah Renjun yang serak sedari tadi.

"Aku takut menghadapi hari esok.... Dan aku takut aku mengacaukan segalanya... Aku takut gagal... Aku takut semua orang membenciku... Aku takut kau kecewa... Pikiranku berkata bahwa apapun yang kulakukan selalu salah..." Renjun mulai terisak di sela-sela ucapannya. Tangisan itu cukup memilukan dan menyayat hati Mark begitu dalam. Segera sang suami mendekap tubuh kurus istrinya dengan erat.

Otak Mark berusaha memikirkan kemungkinan apa penyebab Renjun melakukan hal ini. Manik bulatnya menemukan sebuah sticky note yang menempel di buku catatan kesanyangannya itu diatas meja nakas sebelah ranjang.

2 November 2018 :

Sidang skripsi! Jangan sampai gagal!

Ah, Mark sudah tahu alasannya sekarang. Besok Renjun akan melaksanakan sidang skripsinya. Mungkin bagi sebagian orang, hal seperti itu bukan menjadi masalah. Tetapi untuk seseorang yang mengalami depresi dan kecemasan berlebihan, itu adalah hal yang serius dan begitu menakutkan.

Kilas balik kenangan saat Mark dan Renjun pertama kali bertemu terputar kembali. Mark ingat bagaimana sepupunya, Haechan membawa temannya yang minta pertolongan untuk bangkit dari ketepurukan. Dialah Huang Renjun, pasien Mark sejak satu setengah tahun yang lalu.

Renjun adalah seorang pemuda yang mengalami neraka hidupnya semenjak ia kecil. Keluarganya hidup merantau di Korea Selatan saat ia berusia 7 tahun. Pemikiran polosnya saat itu berkata bahwa pindah ke tempat baru akan menjadi hal menyenangkan, namun kenyataanya realita menamparnya begitu keras.

Renjun kecil merasakan diskriminasi di lingkungan barunya karena ia pendatang dari Cina. Rasisme yang secara tidak langsung diturunkan orangtua ke anak-anak di sekitar Renjun membuatnya sulit menemukan teman baru. Dan disekolah barunya ia ditindas karena tubuh kurusnya. Kondisi ini diperparah dengan usaha keluarga Huang yang semakin memburuk dan berakhir gulung tikar. Dan tak lama setelah itu pertengkaran orangtua Renjun semakin menjadi hingga status cerai sudah disahkan oleh pihak pengadilan.

Kenyataaan kedua orangtuanya membuang dirinya membuat Renjun harus bisa tegar sendirian menjalani hidup. Ia dikirim ke panti asuhan saat berumur 10 tahun dan besar disana sampai umurnya 18 tahun. Masa remajanya tidak berbeda jauh dengan masa kecilnya. Renjun kembali dibully dan dia hampir dilecehkan oleh seorang senior saat menduduki jenjang menengah atas. Dan Renjun mesti berjuang dengan beasiswanya dan pekerjaan sambilannya agar bisa menabung untuk kuliah.

Semua itu cukup membuat batinnya tersiksa. Renjun butuh pertolongan tapi tak ada seorangpun yang bisa dan mau menyelamatkannya. Ia sudah mencoba untuk bunuh diri berkali-kali, tapi tetap saja ia selalu selamat seakan Tuhan sedang mengejek dirinya yang begitu menyedihkan. Melukai diri sendiri sudah menjadi kebiasaanya dan menangis di penghujung malam sudah tak terhitung berapa kali ia lakukan.

Tetapi semenjak memiliki Haechan sebagai sahabat pertama di hidupnya saat mulai mengenyam bangku kuliah, Renjun punya keinginan besar untuk 'bebas'.

Cerita masa lalu Renjun membuat Mark tertarik untuk mengenal sosok itu lebih dalam. Sebagai seorang psikolog klinis, Mark sudah biasa menangani pasien seperti Renjun. Tetapi ada sesuatu yang membuatnya ingin membuat pemuda manis itu benar-benar tersenyum dan percaya bahwa hidup itu indah.

Dan Mark sadar saat itu ia jatuh cinta dengan pasiennya sendiri.

Setelah merasa isakan dari sosok yang Mark dekap mulai reda, ia mengangkat wajah Renjun menghadap wajahnya. Netra bening tersebut memerah karena kebanyakan menangis. Jemari besar Mark bergerak menyeka air mata Renjun. "Renjun, lihat dan dengarkan aku."

Mark menempelkan keningnya dengan kening sang terkasih, menatap lembut sepasang mata indah Renjun.

"Kau sudah berjuang sejauh ini dan aku sudah bangga dengan usahamu. Mungkin kita tidak bisa tahu apa yang direncanakan Tuhan esok hari, tapi yang kutahu hasil tak pernah mengecewakan usaha. Jika hasilnya itu buruk dimatamu, Tuhan memiliki maksud baik dibalik itu. Percayalah."

Satu kecupan mendarat di kening Renjun. "Kau tidak akan menghancurkan apapun."

Kali ini kedua kelopak matanya menjadi sasaran kecupan Mark."Jika kau memang merasa semua orang membencimu, ingatlah selalu aku ada untuk mencintaimu."

Lalu kedua pipi Renjun dikecup bergantian. "Dan kau tidak pernah mengecewakanku."

Dan terakhir Mark memagut bibir delima Renjun dengan lembut, menyampaikan perasaannya bahwa istrinya bergitu berharga di dalam hidupnya. Renjun dengan perlahan membalas pagutan bibir suaminya tidak kalah lembutnya.

Setelah menyatukan kedua bibir mereka, Mark kembali membawa Renjun ke dekapannya, menyandarkannya di dada bidangnya.

"Jangan dipirkan lagi hal yang membuatmu terpuruk, kau pantas untuk bahagia. Maaf jika kau lelah mendengar kalimat ini yang terus kuucap berulang kali kepadamu."

Mark tidak sadar bahwa air matanya meleleh begitu saja saat mengingat bagaimana perjuangan Renjun selama ini. Jatuh bangun ia berusaha untuk keluar dari lingkaran penderitaanya. Hatinya begitu terluka saat melihat pemuda yang ia cintai kelelahan memerangi monster dalam dirinya yang semakin hari semakin kuat.

Air mata Mark jatuh mengenai pipi Renjun. Yang lebih muda mendongak keatas. Ia terkejut melihat suaminya menangis dalam diam."Hyung...?"

"Maaf jika aku belum bisa menyembuhkanmu seutuhnya... Aku suami yang buruk..." Sesal Mark. Ia pikir cinta akan menyelamatkan Renjun seutuhnya, namun ternyata itu belum cukup. Mark merasa gagal membahagiakan cintanya.

Mark takut cahaya kehidupan Renjun meredup dan menghilang di antara jutaan cahaya bintang di langit, dan ia tidak akan membiarkan itu terjadi.

Renjun menggeleng kuat. Ia merasa bersalah sudah membuat suaminya seperti ini. Renjun memeluk Mark erat. "Ini salahku hyung... Maaf jika aku masih sulit untuk berubah dan memberatkanmu..."

"Tidak apa-apa, sayang. Kau sudah berjuang. Maafkan aku..."

"Hiks..."

Dua insan manusia tersebut akhirnya melebur menjadi satu, berbagi kesedihan dan air mata dalam sebuah pelukan, ditemani guyuran hujan kota Seoul yang semakin deras, seakan ikut merasakan apa yang dirasakan dua orang yang saling mencintai.

Setelah merasa lega menangis selama setengah jam, Mark melonggarkan dekapannya untuk memandang wajah manis Renjun.

"Sudah jangan nangis terus. Tuh kan, Renjunku jadi tidak manis lagi." Mark mencubit pipi merah Renjun gemas. Yang dicubit malah merajuk, mengerucutkan bibir ranumnya.

"Ih, malah bercanda."

Terdengar kekehan renyah Mark saat melihat reaksi istrinya. "Senyum dong, karena Minhyung bahagia melihat Renjun tersenyum."

Renjun mencebikan bibirnya sesuai permintaan Mark. Yang disenyumin malah semakin gemas. Mark mengusak surai Renjun yang tidak terlalu basah. "Good boy."

Kedua tangan Mark membawa Renjun duduk di pangkuannya. Hidung bangirnya sibuk mengendus leher dan bahu Renjun, menikati wangi tubuh yang membuatnya selalu rindu rumahnya. Dan Renjun sendiri adalah rumahnya dan pusat semestanya.

"Sesudah sidang skripsimu, kita pergi kencan ya?" Ucap Mark menggelitik tengkuk Renjun dengan nafas hangatnya. Sudah lama ia dan kesayangannya tidak keluar untuk berkencan karena kesibukan masing-masing dan jadwal terapi berkala.

Renjun yang sedari tadi menutup mata dan menyadarkan kepala di bahu Mark terbangun dan menatap suaminya tidak percaya. "Tapi kau sibuk hyung..."

Mark membubuhkan satu kecupan di bibir Renjun. "Aku akan cuti besok. Kau perlu mengapresiasi dirimu sendiri setelah melewati hari yang berat, sayang. Apalagi sudah lama kita tidak berkencan."

Renjun tidak berkata apa-apa, hanya sebuah senyuman manis dan pelukan erat yang menjadi jawaban finalnya. "Terima kasih hyung... Aku bersyukur teah diselamatkan olehmu..."

"Aku juga bersyukur kau memilih untuk tetap bertahan sampai sekarang..." Mark memeluk Renjun lebih erat, enggan untuk melepaskannya barang sedikitpun.

Sedari awal Mark tahu inilah resiko yang ia tanggung setelah menikahi Renjun, tapi ia percaya cinta dan waktu akan membantu menyembuhkan luka dalam diri Renjun.

Dan Mark bersumpah untuk selalu menjaga cahaya kehidupan orang yang sangat ia cintai apapun yang terjadi, sekalipun eksistensinya yang menjadi taruhan.

.
.
.

END

.
.
.

.
.
.

A/N :

Well, hello guys!
Aria is here!
Ketemu aku di beda akun ya hahaha.
Jadi ini adalah kumpulan OS buatan author MarkRen shipper.
Yaudah gapapa gua yang jadi pembuka work ini, karena di bab selanjutnya ada author lain yang ikut mengisi juga hehehehe.
Sampai jumpa di lain waktu!

#11112018
Admin; Raylen 🌱

Continue Reading

You'll Also Like

160K 21.3K 26
Renjun di hadapkan dengan anak kembar yang berbeda sifat. Haechan yang berandalan dan Donghyuck yang pintar. Yang manakah yang Renjun harus pilih? Bx...
4.5K 239 11
Seorang lelaki yang sangat terobsesi dengan lelaki cantik yang membuatnya menggila, sehingga ia nekat mengejarnya sampai ia mendapatkan sang pujaan h...
85.8K 8.1K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
Love? -HyuckRen By LUNE

Science Fiction

248K 38.9K 36
"Dek, nyasar?" "..." Kisah Lee Haechan yang jatuh cinta pada Ace dari Team basket musuh sekolahnya. [Klandestin series pt. 3]