Hilang

By benderamerahputih

46 4 5

Manusia, adalah makhluk yang tak pernah cukup. tak pernah mensyukuri apa yang telah diberi. Hilang, bukan be... More

Awal

Gara

16 2 3
By benderamerahputih

"lagi jamannya tiktok nih ges!"

"Ngawor! Lagi jamannya bouo"

"Nurani dihati dong"

"Apaan? Orang aukarin bye bye instagram kok"

"Loh oldlex bilang milih yang atu daripada yang atu"

"Aukarin di palu donggggg"

(Narasi di atas dibuat saat beberapa hal di atas sedang booming pada masanya. Karena author malas mengganti dan mencari topik, jadi silakan kalian ingat, barangkali bisa jadi kenangan yang lucu ƪ(˘⌣˘)ʃ)

Bising. Tentu saja, kantin. Tempat para manusia kelaparan. Bukan perutnya, tapi mulutnya. Mau bukti?

"Kak gara, nanti ada latihan basket ga?" Tanya seorang siswi dengan rok diatas lutut, sepatu galaksi, dan lipstik (waterproof). Pemberani.

"Lah, gar? Lo jadi pembimbing basket putri? Kok, ga ngajak gue?" Bima berceloteh.

"Bukan, bukan gue. Salah nanya dek. Bukan gara, Tenggara. Tapi Anggara"

"Oh gitu ya kak? Maaf ya" kecewa. Eh, atau pura-pura kecewa?.

"Modus nya boljug, tuh anak anak" kata Dirga, sambil menyikut lengan Gara, padahal gara sedang minum.

"Ga selera." Ucap Gara, sambil meletakkan gelasnya.

"Gincu murahan!"

"Lo tau bentuk gincu berkelas? Gimana dah?" Tanya Bima, banyak tanya memang.

"Gatau"

"Terus ngapain lo bilang murahan?" Kali ini Dirga yang bertanya.

"Yang murahan cewenya, bukan gincunya."

"Aduh, dalem mas" ucap Bima, sambil memperegakan pedang goblin.

Gara terdiam sejenak. Ia nyaman memandangi lapangan (= bengong). Sampai - sampai, ketika Bima dan Dirga memanggilnya, ia tak mendengar apapun.

"Woi! Katanya bakal ada kerja sama OSIS?" Tanya Bima sambil menggigiti sedotannya.

Gara mengangguk saja, dia masih nyaman.

"Anak mana yang di ajak kolab?" Kali ini Dirga yang bertanya.

"Wees kolab, lu kira nyanyi" sanggah Bima dengan menyunggingkan senyum di bibirnya.

Namun, Dirga malah merengut mendengarnya. Ini merupakan penghinaan besar terhadap kosa kata buatannya. "Loh? Mulut, mulut siapa?"

"Lo,"

"Pala pala siapa?"

"Ya memang lo! Tapi, kuping, kuping siapa?"

"Lo!!"

"Gausah ngegas njir!"

"Harapan bangsa" Jawab Gara memecah suara Bima dan Dirga.

"Aduh, cakep tuh anak sana"

Gara tersenyum tipis menanggapi Bima, dalam hatinya berkata 'cewe mulu pikiran lo'. Tapi Gara males, males ngomong. Karna mereka banyak omong. Energinya seakan diserap oleh aktivitas gajelas kedua temannya itu.

Mereka akan banyak tanya mengenai OSIS yang datang berapa orang? Kapasitas mereka untuk menyelundup ke ruang osis berapa persen? Dan banyak hal lain yang berhubungan dengan 'kesempatan untuk bertemu siswi yang katanya cakep-cakep di Harapan Bangsa'.

Bell masuk telah berbunyi beberapa menit yang lalu, menyisakan kantin yang lengang. Lihat, mang jojo pedagang bakso, yang sedang duduk sambil mengangkat satu kakinya ditambah kopi dan gorengan.
"Aih mak, indahnya dapat uang tanpa utang"

Pelajaran selanjutnya yang akan dihadapi Gara adalah BIOLOGI. Untungnya, pelajaran ini tidak menghitung.

"Assalamualaikum! Selamat pagi anak-anak" salam ceria yang diberikan oleh Guru tersebut setelah memasuki kelas Gara.

"Tiga enam sembilan tepuk tangan"

Tapi, pelajaran ini adalah pelajaran yang sangat cukup untuk membuat jantung para siswa/i berolahraga di tempat. Pantas saja beliau selalu ceria dan bahagia ketika masuk kelas. Karena siswa/i yang akan tersiksa.

"Eh buk? Buset, baru masuk, duduk dulu napa"

"Aji gile ni guru"

Tidak jadi untung, buntung. Gara sama sekali belum membaca materi kali ini. Menebak 1 huruf saja tidak bisa. Apalagi membuat 1 kalimat.

"Pssstt Bim, gausah sok budek lo!" Bisik Dirga yang bangkunya tepat di samping Bima.

Perlu diketahui, Angkasa Jaya adalah sekolah yang tak berbelas kasih! Sejak awal masuk, tidak ada yang namanya duduk berdua, sendiri-sendiri. Murid di kelas juga hanya berkisar 20an.

"Temen lu ada yang lebih pinter lu nanya ama yang bobrok" jawab Bima, sambil menunjuk Gara.

Guru BIOLOGI sukses! Sukses membuat semua murid berkeringat dingin. Menerka-nerka siapakah yang tidak fokus berikutnya. Lalu, maju kedepan dengan wajah mengharapkan kebaikan teman.

"Tiga enam sembilan tepuk tangan"

(Prok prok prok)

"Atu"

Dekat....

"Duaa"

Semakin dekat.....

"Tigaa".......

"............"

"Maju lo dirga, jan sembunyiii"

"Senyum dong aa' "

"Setan lo semua! Bukan temen memang" kata Dirga, sambil berjalan menuju depan kelas.

Gara tersenyum tipis. Ini pemandangan yang melegakan setelah dirinya yang hampir saja terkena. Untung dia fokus.

"Ya gitu buk, saya gangerti, bantuan deh bantuan" kata Dirga, hh gayanya masih sok cool, tangan di kantong, baju dikeluarin. Padahal sama aja kaya yang lain, deg degan.

"Bantuan, lu kira super family seratus?" Jawab Bima ngeledek.

"Bima, maju bantuin" kata Bu guru menyambar Bima, bak geledek.

Yahh, karma di Angkasa Jaya come nya so fast..

"Ibuk gaseru ih"

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, mohon maaf kepada ibu atau bapak guru yang sedang mengajar, kepada seluruh OSIS Angkasa Jaya, diharapkan berkumpul di Aula sekolah, sekarang!"

Suara microphone membisukan keramaian. Ini adalah kebahagiaan bagi Gara. Ia harus(nya) berterimakasih kepada yang telah berbicara tadi. Karena dia akan terbebas dari siksaan yang diberikan ileh guru biologi. Masalah ketinggalan materi? gampang!

"Psst Gar, ajak gue!" Bisikan Bima

Gara tidak menjawab. Ia hanya memberikan Bima smirk, lalu menggelengkan kepalanya sambil mengucapkan "Semangat ya kak!" dengan senyum menempel di bibirnya.

"Sampis lo woi! Awas aja lo!!!"

Gara tersenyum remeh, lalu ia berdiri dan mengatakan. "Bu, saya izin"

Gara menarik napas dalam dalam setelah keluar dari kelasnya. Berjalan dengan wibawa dipundaknya. Melangkah dengan mantap.

Ttakk.. ada sesuatu mengganjal di sepatunya. Ahh, lengket!

"Permen karet!" Ucap Gara sehabis memeriksa sepatunya.

Sesampainya di sekretariat OSIS, tanpa ba bi bu, Gara langsung berkata, "Kacamata, taruh di progker ke 3, sidak permen karet! Sekretaris, buat proposal tentang sidak permen karet besok! Besok gue harus udah tanda tan-----"

"Brother, salamnya mana?"

Gara lupa. Dia terlalu bersemangat untuk memberitahu tentang permen karet. Ga sih, maunya langsung kode aja, kalo dia abis injek permen karet. Gitu doang.

Ruang kelas Gara sama ruang sekretariat OSIS itu deket. Jauh kalo jalan kaki. Ya cuman belok, naik tangga, abis tu belok lagi aja.

"Ehm, Assalamu'alaikum"

"Nah gitu dong bro"

"Jawab salamnya mana?"

Irham, ketua humas, langsung menunjukkan deretan giginya sambil menjawab salam dengan ganteng "Wa'alaikumsalam"

"Ada apa rakyat ku? Baru dateng udah manesin suhu aje" ucap Indra, ketua Osis.

Gara adalah ketua Osis gagal tahun lalu. Tapi tenang, dia tetap bisa memerintah. Wakil Ketua Osis di Angkasa Jaya lebih ditakutin daripada Ketua Osis nya sendiri. Ini adalah trik khusus dan rahasia internal.

"Udah lo catet apa yang gue bilang tadi? Kalo bisa ketik sekarang!" Kata Gara kepada anak yang menggunakan kacamata tadi.

Gara jarang tahu nama-nama anggota Osis selain ketua, Irham, dan dirinya. Jadi, kalo dia ingin memberi tugas kepada bendahara atau sekertaris tinggal;

'eh kacamata, lo udah buat proposal?'

Atau

'sepatu pink, uang buat acara ini ada?'

Seenak jidat memang. Tapi gaada salah dan benernya juga. Gara males menghafal nama-nama anggota Osis karna kebanyakan. Mereka yang dipanggil gitu juga oke-oke aja.

"Btw, sekolah bakal ngapain nih waktu Harapan Bangsa dateng?" Tanya Indra, Ketos gabener memang.

"Jungkir balik 12 jam" jawab Gara sinis.

"Widiiiiiii" (suara-suara ghaib anggota Osis yang lain)

"Ya lo ketua gajelas sama sekali! Harusnya lo yang mikir, ini kenapa jadi gue yang pusing?!"

"Ya kan dulu gue kepilih gegara cakep bro, harusnya sih lo yang jadi. Gue padahal milih lo, eh gue yang kepilih"

"Otak kadang suka ketuker sama dengkul, heran!"

Yaudah gitu. Kalo sudah mau ada acara besar, mereka berdua akan adu mulut dulu. Padahal gaada gunanya. Indra bakal cuman numpang nama, dan Gara yang akan pusing masalah izin, uang, proposal dan lain-lain.

"Kadang, hidup memang tak seindah realita"

__________
Lampiran:

1. Si sekretaris yang mencatat ide brilian Gara

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 74.8K 34
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
540K 58.3K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
1.1M 44.7K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
2.7M 134K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...