HIGH HEELS (PCY)

Por Jade-Gaara

102K 16.8K 4K

Dia adalah sepasang sepatu High Heels. Dia perpaduan antara arogansi, harga diri, dan keindahan. Dia adalah s... Mais

INTRO
0-1
0 - 2
0 - 3
0 - 4
0 - 5
0 - 6
0 - 7
0 - 8
Skip Ads.
0 - 9
1 - 0
1 - 1
1 - 2
1 - 3
1 - 4
1 - 5
1 - 6
1 - 8
1 - 9
2 - 0
2 - 1
2 - 2
2 - 3
2 - 4
2 - 5
2 - 6
2 - 7
2 - 8
2 - 9
3 - 0
3 - 1
3 - 2
3 - 3
3 - 4
3 - 5
3 - 6
3 - 7
3 - 8
3 - 9
4 - 0
4 - 1
4 - 2
4 - 3
4 - 4
4 - 5
4 - 6
4 - 7
4 - 8
4 - 9
5 - 0
5 - 1
5 - 2
5 - 3
5 - 4
5 - 5
OMAKE

1 - 7

1.4K 277 50
Por Jade-Gaara


There's no stopping now, green lights forever.

Aroma mawar yang segar menyapa indera Chanyeol samar-samar di pagi yang hangat itu, memancing inderanya yang lain bangun. Dengan kesadaran yang belum terkumpul sempurna, manik kelam itu menampakkan dirinya. Poster Gandhi adalah hal pertama yang menyapa indera penglihatannya. Chanyeol mengerjap beberapa kali, dan mendesah letih. Ia menarik dirinya, mau tak mau untuk duduk.

Ia melihat ke sisi kanannya yang kosong, ada sedikit rasa penasaran di dalam dirinya. Dimana Bobby?

Kesadarannya sudah cukup terkumpul, dan kelopak matanya yang layu telah berubah mekar. Kantuk itu terhapus sedikit demi sedikit ketika ia menapakkan kakinya ke lantai keramik yang dingin. Ia mencari Bobby, namun tak menemukan gadis itu di dapur maupun di depan TV.

Ia nyaris menyerukan nama Bobby, namun inisiatifnya terbatalkan lantaran sosok yang ia cari-cari baru saja melangkah keluar dari kamar mandi.

Berbeda dari ekspektasinya, dimana seorang gadis keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuh dan air menetes seksi di pundak, Bobby keluar dari kamar kecil itu dengan penampilan yang sudah rapi. Kemeja kuning dengan miniskirt denim. Tentunya tanpa air menetes di pundak.

"Hai, Cupcake." Bobby menyapanya acuh tak acuh.

"Hai." jawab Chanyeol sedikit heran. "Kau bangun lebih awal dariku."

"Hanya beberapa menit lebih awal." Situasi ini terasa tak senyaman semalam. Chanyeol tidak tau mengapa ia merasa Bobby seperti menahan diri darinya. Dan batasan itu membuatnya bingung.

Apa dia melakukan kesalahan yang tidak ia ketahui? Apa ia menyikut wajah gadis itu saat mereka berbagi tempat tidur yang sama. Atau, atau ia menyentuh Bobby tanpa sadar saat tidur? Apa itu mungkin?

"Kau ingin kopi?" Bobby berusaha ramah dan membentuk senyuman di wajahnya yang kaku.

"Aku mau teh." Chanyeol menatap Bobby ketika gadis itu dengan awkward melewatinya dan berjalan menuju dapur.

"Baiklah." sahut Bobby tanpa menoleh.

"Ngomong-ngomong, bagaimana tidurmu semalam?" Bobby berbasa-basi.

"Aku tidur seperti manusia. Semuanya, umm, biasa dan gelap. Bagaimana denganmu?" Chanyeol berharap suatu reaksi. Namun gadis itu tampak tidak terganggu sama sekali atau terhibur akan leluconnya.

"Aku sama sepertimu."

"Kau tidak sama sepertiku." Chanyeol menyanggah dengan kebingungan yang tertahan di ujung lidah. Pertanyaan bertumpuk di kepalanya, dan ia tidak bisa membiarkan Bobby mengabaikannya seperti ini.

"Apa maksudnya? Menurutmu aku tidak tidur seperti manusia?" Bobby berbalik ke arah Chanyeol dan tertawa kecil. Tawa yang dibuat-buat. "Memangnya apa aku?"

"Apa yang terjadi?"

"Apa?"

"Kau?" Chanyeol menghentikan Bobby dari mengaduk cangkir teh itu. Ia menarik kedua pergelangan tangan Bobby, menuntun gadis itu agar menghadap kepadanya, agar lebih dekat kepadanya. "Kau kelihatan berbeda." Chanyeol menyuarakan kebingungannya.

"Apa aku melakukan kesalahan?"

Bobby menunduk, mengalihkan perhatiannya dari manik kelam itu. "Tidak ada."

Chanyeol mengerutkan alisnya. "Apa? Apa aku melakukan sesuatu? Atau..., karena obrolan kita semalam?"

Bobby menaruh kepalan tangannya di bibir sesaat, menimbang-nimbang akan menjawab apa kepada Chanyeol. 

Sejak ia terbangun, pikiran ini datang menyergapnya. Ia mengingat kembali pembicaraan mereka semalam, dan tiba-tiba semuanya lebih terang. Ia tidak bisa menjalani ini dengan keragu-raguan merayap di dada. Ia butuh pegangan.

Jadi ketika ia menurunkan kepalan tangannya, ia telah yakin, suka tidak suka mereka harus bicara.

"Aku sudah siap sekarang, Cupcake. Jadi, katakanlah." Bobby menyilangkan kedua lengannya di dada.

"Apa maksudmu? Mengatakan apa?"

"Katakan apa saja, siapa yang tau, mungkin kau menyesali apa yang telah kita mulai..., kau mulai semalam. Aku tidak keberatan. Aku siap, katakan saja."

"Dan kenapa aku harus mengatakannya?" Chanyeol berucap tenang.

"Kenapa kau tidak harus mengatakannya? Maksudku..., kau bisa berubah pikiran kapan saja. Tidak ada alasan untuk hubungan ini berjalan, bukan?"

"Mengapa kau mengatakan itu?"

"Karena kau tidak yakin dengan perasaanmu." Bobby menarik napas berat. "Aku mungkin menyukaimu, tapi aku tidak ingin menjadi mainanmu."

"Aku tidak mempermainkanmu, Bobby.-

Aku sudah mengatakannya kepadamu semalam. Apakah itu kurang jelas. Aku ingin mencoba ini, aku ingin memiliki sesuatu bersamamu. Aku menginginkanmu. Kenapa sulit sekali untukmu memahami itu?"

Seulas senyum yang menyiratkan ragu terukir di paras indah itu. "Aku juga menginginkanmu, Park Chanyeol. Aku bahkan menyukaimu ketika kau tidak yakin dengan perasaanmu sendiri. Hanya saja..., apa semuanya hanya seperti ini? Kita akan memulai sesuatu di sini. Kau dan aku. Karena itu aku membutuhkan pegangan, Chanyeol.-

Aku tidak ingin berpikir, bersiap-siap, bila suatu waktu kau berbalik pergi. Karena semakin kita dekat aku tau perasaanku akan semakin berkembang terhadapmu. Dan aku tidak ingin menjadi pihak yang terluka di sini."

"Kita tidak tau apa yang kita miliki di sini Bobby, perasaan kita.."

"Aku tau perasaanku, aku menyukaimu!"

"Dan aku butuh waktu!" Chanyeol menyahutnya tak kalah nyaring. "Aku butuh waktu untuk mengerti semua ini, kau tidak mengerti Bobby, kau adalah yang pertama untukku."

Bobby menarik napas dalam. Ia mencoba menahan dirinya agar tidak meninggikan suara. Ia hanya ingin berbicara baik-baik.

"Apa aku yang menginginkanmu saja tidak cukup?" Chanyeol berbisik lirih, ia mendekati Bobby dan mengecup dagu gadis itu lembut. "Ku mohon, beri aku waktu."

"Bagaimana dengan Jongin, Areum?"

"Mereka tidak perlu tau. Maksudku mereka teman-temanku."

"Jongin pacarku, Yeol. Kau ingin aku mengkhianati dia? Kau ingin aku menusuk temanmu dari belakang? Manis sekali."

"Aku ingin kita tetap diam hingga ada yang pasti di sini." Chanyeol melingkarkan lengannya di pinggang Bobby. Menahan gadis itu agar tidak mundur menjauh darinya. "Kita menjalin hubungan tanpa kepastian di sini, Bobby. Kau dan Jongin, persahabatanku dengan Areum dan Jongin adalah hal yang pasti.-

Kita belum pasti. Kau dan aku belum pasti."

"Dan kau tidak ingin merusak itu semua hanya karena..., ketidakpastian."

"Kau membuatnya terdengar buruk." Chanyeol menatap Bobby memohon pengertian. "Ayolah, Bobby. Bantu aku di sini. Aku tidak bisa membiarkan teman-temanku tau. Ini belum saatnya. Aku belum siap. Bisa kita memulainya dengan santai saja.-

Kita bisa mengatasi ini satu persatu pada waktunya. Hanya saja jangan tergesa-gesa. Bagaimana?"


Ada hening yang panjang terbentang di antara mereka. Bobby mengalihkan pandangannya dari Chanyeol, berusaha abai dengan kecupan-kecupan ringan yang pria itu daratkan di sepanjang garis rahangnya.

Chanyeol menyatukan dahi mereka, membimbing pandangan Bobby agar tertuju kepadanya. Ia menyunggingkan senyumannya, berharap kekerasan hati gadis itu mencair. "Bobby, please." dan kecupan ia daratkan di bibir itu. Mencecap polesan beraroma strawberry yang menempel di bibir Bobby. Ia melepaskan pagutannya tak lama kemudian, dan memberikan Bobby ruang untuk menjawabnya.

Dan Bobby menyerah. "Baiklah."

Bobby tau ini salah, bermain di belakang teman-teman Chanyeol? Mengkhianati Jongin dan Areum.

Hanya saja..., Chanyeol mungkin ada benarnya. Hubungan yang mereka mulai sekarang sama sekali tak berdasar. Bagaikan berjalan di atas kaca yang tipis. Mereka dapat bubar kapan saja. Esok hari barangkali Chanyeol akan membencinya kembali sebagaimana biasanya.

Ia mungkin menyukai Chanyeol, tapi perasaan ini tak sepadan. Tidak dengan persahabatan yang mereka bertiga miliki. Dia hanyalah orang luar, dia tidak ingin merusak persahabatan yang telah terjalin sangat lama hanya karena masalah asmara.

"Mungkin kau benar." dan jawaban Bobby mengakhiri dan mengawali segalanya.

Chanyeol tersenyum lega.

----

Harooohaaaaa...Sweetheart 💕💕💕💕

Selamat datang di Chapter transisi ini. Masa-masa tarik ulur sudah berakhir, sekarang adalah...Drama time...Lol. Hope you enjoy the ride.

Btw, Thanks atas Voment-nya sejauh ini, saya sangat senang sekali terhadap apresiasi kalian. 💛💛 sampe terharu kadang-kadang /apaan/

Ikutin terus High Heels yawwww...

Sampai jumpaaaaaaaaaa..

Love, Jade Gaara 💛💛💛

Continuar a ler

Também vai Gostar

23.8K 3.9K 31
Ini mengenai Galileo dalam cerita perjuangannya dan mengenai Adwina dalam cerita kekurangannya. Ini mengenai semesta di antara mereka yang membawa ke...
49.3K 5.7K 45
[Cerita Terpilih untuk Reading List @WattpadRomanceID Kategori Cerita Bangku Kampus - Oktober 2023] Hanya butuh waktu singkat bagi Linka Drisana untu...
282K 21.9K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
813K 146K 38
Bukan, ini bukan cerita cowok jadi CEO dan cewek jadi sekretarisnya. Tapi ini kebalikannya. y e l l o w ㅡ p r o j e c t (1)