INEFFABLE: MaxLaurel

Від LimpyBaboon

4.1M 330K 25K

[ COMPLETED ] Laurelia Vernande Gomez, Tipe siswa dengan kemampuan rata-rata membuatnya tidak begitu dikenal... Більше

⚠️A T T E N T I O N⚠️
🦋| CHARACTER INTRODUCTION |🦋
🦋| CHARACTER INTRODUCTION | 🦋
INEFFABLE | 1 | HARI TERSIAL
INEFFABLE | 2 | PEKIKAN SEPANJANG KORIDOR
INEFFABLE | 3 | FOLLOW REQUEST BY @MAX.ALVAREZ
INEFFABLE | 4 | DEMI TIKET KONSER
INEFFABLE | 5 | DIA SIAPA SIH?!
INEFFABLE | 7 | KARENA LO ITU PALSU
INEFFABLE | 8 | GET DRUNK
INEFFABLE | 9 | PERASAAN ANEH
INEFFABLE | 10 | TIDAK MAU TERLIBAT
INEFFABLE | 11 | AKSI MAX
INEFFABLE | 12 | NASI BUNGKUS
INEFFABLE | 13 | SWEATER PINK
INEFFABLE | 14 | SELAMAT BERISTIRAHAT, PACAR
INEFFABLE | 15 | BITCHES BROKEN HEARTS
INEFFABLE | 16 | SISI LAIN MAX
INEFFABLE | 17 | LUCAS DAN SALAH PAHAM (1)
INEFFABLE | 18 | DINGIN
INEFFABLE | 19 | BAD GUY
INEFFABLE | 20 | AKU SAYANG KAMU
INEFFABLE | 21 | KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN
INEFFABLE | 22 | RUMAH PACAR
INEFFABLE | 23 | CALISTA, LAUREL, BELINDA
INEFFABLE | 24 | LELAH
INEFFABLE | 25 | BOYS WILL BE BUGS
INEFFABLE | 26 | RETAK
INEFFABLE | 27 | JANGAN TANGISI DIA
INEFFABLE | 28 | RASA BERSALAH
INEFFABLE | 29 | ALASAN BAHAGIA
INEFFABLE | 30 | KELUARGA MAX
INEFFABLE | 31 | PENGAKUAN RAY
INEFFABLE | 32 | SELFISH
INEFFABLE | 33 | BERKUMPUL BERSAMA
INEFFABLE | 34.1 | BBQ PARTY: Truth Or Dare
INEFFABLE | 34.2 | BBQ PARTY: Perempuan Harus Berani
INEFFABLE | 34.3 | BBQ PARTY: Flashback
INEFFABLE | 34.4 | BBQ PARTY: Alex dan Eca
INEFFABLE | 35 | TRUST ME
INEFFABLE | 36 | SHE'S NOT OKAY
INEFFABLE | 37 | PACAR ATAU SAHABAT?
INEFFABLE | 38 | SELALU ADA JALAN KELUAR
INEFFABLE | 39 | PERSIAPKAN DIRI DULU
INEFFABLE | 40 | MUAK
INEFFABLE | 41 | MANTAN
INEFFABLE | 42 | HARI BAHAGIA
INEFFABLE | 43 | KANTIN, ROOFTOP, UKS
INEFFABLE | 44 | MIMPI PALING INDAH
INEFFABLE | 45 | THE ART OF LOVE
INEFFABLE | 46 | MALAM INI KITA BAHAGIA
INEFFABLE | 47 | INI TIDAK MUNGKIN KAN?!
INEFFABLE | 48 | RUMAH SAKIT
INEFFABLE | 49 | KARMA IS A BITCH
INEFFABLE | 50 | RAHASIA TERUNGKAP
INEFFABLE | 51 | INEFFABLE
🔴 EXTRA CHAPTER #1 🔴
🔵 EXTRA CHAPTER #2 🔵
🔴 EXTRA CHAPTER #3 🔴
🔵 EXTRA CHAPTER #4 🔵
SEQUEL INEFFABLE

INEFFABLE | 6 | BADMOOD

83.5K 7.5K 468
Від LimpyBaboon

👋 Hai, perkenalkan nama aku Limpy. Ineffable adalah cerita pertama aku di dunia oranye ini.

🙏 Mohon kritik dan sarannya yanvg bersifat membangun.

DONT FORGET TO CLICK THE

🦋 Selamat membaca :)

________________________

"Ini perasaan gue aja, atau emang hari ini semua orang di sekolah liatin kita terus?" tanya Laurel pelan sambil mengedarkan pandangannya takut-takut dari meja kantin.

Jujur Laurel sedari tadi sangat gelisah dan tidak nyaman. Seperti setiap gerak-geriknya diawasi oleh orang-orang.

"Bukan kita tapi elu!" seru Eca sambil menekankan kata elu.

"Kemarin malam di grup fans club-nya Max pada hareudang ngomongin lu."

Kedua mata Laurel lantas membulat terkejut. "Serius lo?!"

"Bener," jawab Eca dengan nada ditekan. "Ada yang sebar foto lo berduaan sama Max di lapangan," papar Eca.

Gadis berambut sebahu itu menatap temannya penuh selidik. "Sebenernya lu ada hubungan apa sih sama dia? Kok bisa tiba-tiba deket gitu?"

Laurel langsung menggeleng cepat. "Gak ada apa-apa!"

Eca menaikkan alisnya tidak percaya. "Masa? Ah boong lu Rel!"

"Lu keliatan akrab banget sama dia Rel. Gua kasih tau aja ya, gue gak pernah ngelihat dia dekat sama cewek!"

Valerie mengangguk setuju.

"Itu cuman kebetulan," bantah Laurel.

"Gak ada yang namanya kebetulan. Pasti ada alasan dibalik setiap pertemuan," bantah Valerie balik.

Laurel menautkan alisnya mendengar ujaran gadis pirang itu.

"Nahloh! Mana bisa menang lo debat sama anak KIR," cibir Eca pada Laurel.

"Tau ah terserah," balas Laurel, tidak mood.

Eca menggeleng pelan. "Kacian temen gue ini. Sekali tenar langsung dibenci puk, puk, puk," tepuk Eca pada rambut temennya.

"Binatang lo Ca." Laurel melirik malas temannya itu membuat Eca tergelak.

Laurel semakin bisa merasakan tatapan banyak orang dari segala sisi menuju ke arahnya. Sebegitu besarkah pengaruh seorang Maximus Alvarez Putra?

"Ngapa gue ngerasa ikutan dibenci dah." Eca berujar sembari mengedarkan pandangannya.

Laurel menatap gadis di depannya malas. Sedangkan Eca tampak menyengir, entahlah ia menikmati wajah risih Laurel.

"Kelas aja yuk," ajak Laurel tidak nyaman. Ia dapat mendengar cibiran pelan yang tertuju untuknya dari siswi sekitar.

"Gak Rel," tolak Eca tegas. "Lo harus bisa buktiin ke mereka kalo lu bisa dapetin perhatian seorang Maximus Alvarez Putra!"

"Jangan. Bahaya," sahut Valerie tidak setuju.

"Ihhh," Eca berseru panjang. "Malah Laurel harus bikin para congor seblak cengo ngeliat dia jalan sama Max!"

"Itu malah buat Laurel makin dibenci," sanggah Valerie. Keduanya memang sering bertolak pendapat tentu karena perspektif keduanya yang jauh berbeda. Jika Eca suka sesuatu yang menantang, Valerie lebih suka mencari aman.

"Ngaco ah." Laurel berujar. "Bahas yang lain bisa?"

"Tapi lo cocok tau Rel sama Max." Eca tidak menggubris ucapan Laurel barusan.

"Gak Ca," balas Laurel berusaha sabar.

"Kenapa enggak? Lu cantik kok, cuman karena lu yang kurang aktif di sekolah jadinya ketutupan deh lu sama yang lain," jelas Eca.

"Harus banget tolak ukur lo kecantikan?" tanya Laurel.

"Gue cuman mengikuti pandangan society. Dari dulu kali stereotypenya cowok ganteng jodohnya cewek cantik," jawab Eca santai.

"Apalagi cowoknya macam Max," tambah gadis itu.

"Tapi kalo Max cari cewek cantik buat dipacarin, kenapa gak dari dulu aja dia tanggepin Belinda." Valerie mengutarakan pemikirannya.

Eca mengangguk sambil menunjuk Valerie dengan garpu siomaynya. "Malah kepincut sama modelan lo masa Rel," canda Eca.

"Hina amat gue perasaan," balas Laurel tidak terima.

"Lo kan siswa transparan. Bayang-bayang lo aja lebih keliatan daripada kehadiran lo Rel," ejek Eca.

Laurel mendengus malas. "Sialan lo."

Tapi memang bener sih. Di antara dua temannya, Laurel yang paling tidak menonjol. Kalo pun ada yang kenal itu hanya sekedar 'Oh temennya Eca kan?', atau 'Iya sering liat bareng Valerie.' Begitu sih kira-kira, tapi Laurel tidak pernah mempermasalahkan hal itu.

Eca. Gadis itu terkenal di sekolah karena sikapnya yang supel dan ramah. Walaupun kadang ia orangnya blak-blakan namun orang-orang akan tetap memaafkan gadis itu karena Eca cantik.

Valerie juga terkenal karena berprestasi. Sering mewakili sekolah mengikuti berbagai perlombaan di luar sekolah.

Sedangkan dirinya sendiri... entahlah, ia termasuk dalam kategori remaja sekolah pada umumnya. Tidak punya keahlian khusus yang memukaukan.

"Rel, mereka kesini, Rel!" seru Eca sambil menggoyangkan tubuh Laurel.

"Apaan?" jawab Laurel malas.

Eca semakin menggoyangkan tubuh gadis itu saat keempat laki-laki itu semakin mendekat.

"Apaan sih?!" seru Laurel kesal.

"Itu.. mereka kesini," cicit Eca pelan saat Max sudah berdiri tepat di depan mereka.

Laurel sendiri hanya membulatkan matanya menatap laki-laki itu sebentar sebelum mengalihkan pandangannya pada makanan di depannya.

"Gabung. Boleh?" tanya Max, suara laki-laki itu terdengar berat dan kaku. Eca sendiri sampai melongo mendengar suara Max. Laki-laki itu berbicara kepada mereka?

Dari ketiganya tidak ada yang menjawab.

Max menyikut tangan Laurel agar menoleh ke arahnya. Lantas gadis itu mendongak, menatap laki-laki itu dengan pandangan heran.

"Tempat lain masih banyak yang kosong," jawab Laurel.

"Gue maunya di sini," balas Max.

Sungguh Laurel tidak mengerti. "Kenapa?"

"Gak apa."

Laurel terdiam. Sebenarnya ada apa dengan cowok itu? Kemarin menyuruh Laurel menunggunya, namun laki-laki itu tidak datang. Dan sekarang?

"Ikut gue bentar," pinta Max sambil menarik lengan Laurel namun gadis itu langsung menepis tangan Max.

"Jangan seenaknya. Gue lagi makan," tolak Laurel sembari melanjutkan makannya yang tertunda. Gadis itu mengabaikan Max.

Max tidak memaksa lagi. Malah ia dan teman-temannya mengisi bangku kosong di meja gadis itu.

"Gabung ya cewek-cewek," ujar Rey kemudian mengambil kursi dan duduk di sebelah Valerie.

"Siapa yang bilang boleh? Sana cari tempat lain!" seru Eca garang mengusir Rey.

"Jahat amat lo Ca, macem musuh aja," sambar Ray. "Kemaren aja plas plis plas plis minta dideketin sama—"

"Woi!" seru Eca dengan mata melotot.

"Apa woi?" balas Rey sambil cengengesan. "Tenang Ca, akun lo udah gue pin di line nya Alex," ujar laki-laki berdarah Spanyol itu.

"Sumpah?" tanya Eca penuh antusias sambil mencondongkan wajahnya.

"Eh, maksudnya —AH REY MAH!" seru Eca dengan pipi memerah. Sial! Malu sekali. Gadis itu melirik ke arah laki-laki bernama Alex itu takut-takut.

Alex sendiri hanya tertawa kecil melihat perempuan berambut sebahu itu membuat tubuh Eca panas dingin, gadis itu salah tingkah.

"Udah belom?" itu suara Max yang berbicara dengan gadis di hadapannya.

Lantas membuat semua orang di meja itu hening memperhatikan mereka. Sungguh baru pertama kali melihat seorang Maximus Alvarez Putra mengajak seorang gadis berbicara.

Eca sendiri tersedak es teh manis mendengar suara Max lagi. Astaga ingin rasanya Eca menggeplak kepala Laurel karena mengacuhkan seorang Maximus Alvarez Putra. Baru saja perempuan itu akan teriak namun langsung disumpal mulutnya oleh Valerie.

"Ikut gue bentar," ujar Max tiba-tiba sambil berdiri dari duduknya. "Gue pengen ngomong Rel."

Sorakan menggoda langsung menggelegar dari Ray dan Rey. Tampak juga para siswi mulai memicingkan matanya memperhatikan idolanya bersama gadis berambut cokelat itu.

"Cepet," paksa Max lagi. Kali ini laki-laki itu menarik lengan Laurel agar segera berdiri dan mengikutinya.

Laurel yang sadar sudah menjadi pusat perhatian berdecak kemudian membiarkan tangannya ditarik ditarik oleh Max.

"Mau ngomong apa?" tanya Laurel saat Max berhenti menariknya.

"Lo marah?" tanya Max balik.

Laurel mengernyit heran. "Ngapain marah?"

"Maaf kemarin gue ada urusan mendadak." Max berujar.

Laurel berdeham pelan kemudian mengangguk singkat. "Oh, iya. Gue juga lupa kok."

Bohong. Laurel menunggu laki-laki itu sekitar setengah jam-an.

Max menautkan alisnya tidak suka. "Lo lupa kalo gue bakal ajak pergi kemarin?"

Laurel mengangguk ragu. Ia tersenyum kecil. "Lagian lo juga lupa kan?"

Rahang Max mengeras. "Gue bilang gue ada urusan mendadak bukan lupa."

"Ya udah. Apa bedanya emang?" Laurel bertanya bingung.

Apakah Laurel harus merasa bersalah karena Max ada urusan mendadak?

Tidak kan?

Max menatapnya lekat dengan wajah tidak bersahabat. "Nomor lo," pinta Max seperti memaksa sambil menyodorkan ponselnya.

Laurel mengerjapkan matanya. "B–buat?" tanya Laurel gugup.

"Gue chat," jawab Max. "Tenang gak bakal gue teror."

Bagaimana Laurel bisa tenang kalo laki-laki itu saja menatapnya tajam seolah Laurel adalah mangsanya.

Sebenarnya Max bisa saja mencari nomor gadis itu dari group angkatan, namun Max ingin meminta secara lamgsung ke orangnya. Setidaknya Laurel tahu bahwa dirinya akan mendekati gadis itu.

"Chat buat apa?" tanya Laurel lagi.

Max berdeham pelan. "Deketin lo." Laki-laki itu memandang Laurel serius membuat gadis itu semakin dibuat grogi olehnya.

"Boleh?" izin Max.

Laurel terdiam bingung sekaligus gugup. Ia masih belum bisa menangkap maksud Max. Lebih tepatnya gadis itu tidak ingin salah tangkap.

"Kasih gak?" tanya Max sambil menyodorkan lagi ponselnya.

Perlahan tangan Laurel mengambil ponsel laki-laki itu. Pergerakan gadis itu tidak luput dari netra hijau Max. Laki-laki itu menatapnya kelewat intens.

Max menarik sudut bibirnya melihat Laurel yang tampak waswas dan terus meliriknya penuh selidik.

"Kenapa takut banget?"

"Gak –takut," jawab Laurel disertai jeda. Iya Laurel tidak takut, hanya bingung.

Selesai mengetik nomornya Laurel mengembalikan ponsel laki-laki itu kemudian langsung pamit pergi. Ada sesuatu dalam dirinya yang harus ia tenangkan.

Baru beberapa langkah, ponsel Laurel berbunyi, melihat dari deretan nomor asing di layarnya ia yakin ini nomor Max. Lantas gadis itu dengan ragu mengangkatnya.

"Test."

Satu tubuh Laurel langsung meremang mendengar suara berat laki-laki yang tengah berdiri tidak jauh di belakangnya.

Cepat-cepat Laurel mematikan panggilan itu dan berlalu dari situ. Bahaya. Entah permainan apa yang sedang Max lancarkan, yang Laurel tahu, perlahan namun pasti laki-laki itu mulai mempengaruhinya.

______________________________

Saat ini jam istirahat kedua, dan kali ini Laurel sendiri karena kedua temannya sibuk dengan kegiatan sekolah. Valerie sibuk dengan pertemuan OSN dan Eca sibuk latihan bersama team modern dance. Jadi ia memutuskan untuk nangkring di balkon kelasnya.

"Bengong aja, Rel," ujar seseorang tiba-tiba sambil duduk di sebelahnya.

Laurel mengerjapkan matanya kaget. "Eh, hi Lex," ucapnya sambil tersenyum kaku.

"Gambar apa?" tanya Alex sambil melirik ke arah sketchbook kecil di tangan gadis itu.

Laurel menggeleng. "Belum mulai."

Alex sendiri hanya memanggut sebelum laki-laki itu kepikiran sesuatu. "Eh gambar muka gue dong. Dulu kan lo sering."

"Bayar," balas Laurel.

"Idih sombong beut lu!" cibir Alex sambil mendorong pelan kepala gadis itu membuat keduanya tergelak.

"Ayolah Rel, gambar muka gue." Laki-laki itu mengikis jarak mereka sambil menopangkan dagunya pada sanggahan balkon.

Laurel langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. "Gak mau Lex. Gue baru sadar muka lo ngebosenin."

"Yang bener lo kalo ngomong, muka gue yang secara survei tertutup lebih cakep dari Cameron Dallas lo bilang bosenin?" cerocos Alex membuat Laurel tertawa.

"Temen gue bukan sih lo?"

Gadis itu tertawa kaku. "Temen ya?"

"Ya iyalah!"

"Gue gak nganggep tuh," balas Laurel.

"LEX MUNDUR LEX!! GABOLEH GITU LEX SAMA PUNYA TEMAN!" seru Rey tiba-tiba yang sedang berjalan sambil merangkul Ray.

"TAU LEX! SAMPE MAX LIAT ABIS LU SAMA DIA!" tambah Ray.

"Tuh! Mending lu lari Lex! Orangnya udah ngumpulin batu noh," ujar Rey sambil menunjuk Max yang dari kejauhan sedang mengusap wajahnya yang berkeringat.

"Cewek," sapa Ray sambil memainkan alisnya pada Laurel.

Laurel hanya menjawab dengan senyum bingung.

"Habis ngomong apa Rel tadi sama Max?" kepo Ray sambil menyandarkan tubuhnya pada tembok.

Laurel menggeleng cepat. Kalo boleh jujur Laurel tidak bisa berhenti memikirkan laki-laki itu. Kenapa? Laurel sendiri tidak mengerti. Gadis itu menjadi parnoan setiap mendengar bunyi notifikasi ponselnya. Namun semenjak kejadian tadi Max belum mengirimnya pesan apapun. Mungkin laki-laki itu hanya iseng?

"Idih rahasia-rahasiaan!" Ray mencolek lengan Laurel. "Kasih tau dong!" paksa Ray lagi.

"Heh!" tegur Rey. "Jangan semena-mena itu jari," lanjutnya.

"Eh iya sorry Rel, lupa gue lo bukan jablay gue," ujar Ray membuat kening Laurel mengerut karenanya.

"Jangan didengerin Rel. Emang gak punya akhlak orangnya." Alex menyahut sambil menepuk pelan bahu gadis itu.

Laurel meneguk ludahnya saat tangan Alex dengan santai menangkring di bahunya. Lantas gadis itu mengalihkan pandangannya ke depan, tampak Max yang sedang menatapnya sembari melangkah mendekat.

"Gak usah gitu juga kali Rel liatinnya," goda Ray membuat Laurel langsung mengalihkan pandangannya.

"Suka ngomong aja kali Rel," tambah Rey.

"Apaan sih?!" serunya kesal dengan pipi memerah. Siapa yang tidak malu diledek seperti itu?

Alex terbahak melihat perempuan di sebelahnya salting. "Bisa salting juga lo yak!" serunya sambil mengacak rambut perempuan itu gemas.

"Alex!" seru Laurel sambil merapikan rambutnya dengan wajah tertekuk.

"Max, Max, Max," panggil Ray. "Mau ngadu ayam gue Max," ujar laki-laki itu.

"Laurel lo di sentuh-sentuh daritadi sama Alex masa, hajar hayukkk," kompor Ray.

Max hanya mendengus sambil melirik singkat kemudian melanjutkan langkahnya melewati teman-temannya dan Laurel itu.

"Idih lagaknye belagu bener," cibir Ray. "Jual mahal si kambing."

"Maapin ya Rel, emang hari ini lagi jadwal PMS-nya."

Ray langsung menggeplak kepala kembarannya itu. "Lo kata Max cewek?"

Laurel hanya tertawa kaku sampai Rey dan Ray kemudian tidak terlihat lagi.

"Kenapa lo?" tanya Alex yang dijawab gelengan lesu oleh gadis itu.

"Gara-gara Max?" tanyanya lagi.

Laurel langsung menoleh dengan raut wajah ingin tertawa. "Sok tau lo! Udah sana pergi!" usirnya sambil mendorong tubuh laki-laki itu.

"Emang gitu Rel temen gue, suka gak jelas," ujar Alex lagi. "Tapi tenang aja baik kok orangnya."

Laurel menautkan alisnya. "Apa sih Lex? Gue gak ngurus sumpah."

"Ah masa?" tanya Alex sambil membetulkan posisi berdirinya. "Gue liat-liat makin deket lo sama Max," balas Alex.

Laurel menggeleng. "Enggak. Udah ya gue mau masuk," ujar Laurel tidak nyaman. Namun tangan Alex tiba-tiba menahannya.

Sial! rutuk Laurel dalam hati. Ia dapat merasakan sengatan kecil saat tangan Alex menahannya.

"Ini, tolong kasihin ke Eca ya," ujar Alex sembari memberikan kantong plastik di tangannya.

"Thanks ya Rel udah bantuin gue."

Laurel hanya tersenyum kecil sembari menerima kantong itu.

_______________________

"Maxiiii!!!" seru seorang perempuan sambil duduk di sebelah Max yang kebetulan kosong.

"Diem Bel," ujar Max sinis.

"Kamu kenapa sih?" tanya Belinda lembut sambil mencoba membelai rambut laki-laki itu namun tangannya langsung ditepis kasar oleh Max.

"Sakit Max."

Max mengacuhkannya, kemudian laki-laki itu pindah duduk ke belakang tepatnya di sebelah Alex.

"Lo kenapa sih dari tadi?" tanya Alex bingung.

"Apa?" jawab Max malas.

"Dari tadi sensi mulu."

Max hanya mendengus kesal, malas menjawab.

"Menurut lo Laurel gimana orangnya?" tanya Alex tiba-tiba.

Max mendongakkan kepalanya tidak santai. "Napa lo tiba-tiba nanya?"

Alex mengedikkan bahunya santai. "Ya nanya aja. Emang kenapa?"

"Bukannya lo lebih kenal sama dia? Sampe megang-megang gitu," balas Max.

Sialan! Mengapa ia tidak bisa mengontrol mulutnya.

"Ah udahlah, jangan ganggu gue! Gue pengen tidur," seru Max kemudian langsung menyumpalkan airpods miliknya ke telinga dan menelungkupkan kepalanya.

Alex terkekeh melihat tingkah temannya itu. Baru pertama kali...
_______________________
TO BE CONTINUE

mau foto Max?? bolebole

hihi 😘✌️

ini laurel si gadis invisible 💙

minta vote+komen boleh?? hehe 🤔😽

xoxo,
limpybaboon.

Продовжити читання

Вам також сподобається

4.8M 222K 62
[SELESAI] 🔥BOOK_1 [ALBERIC]🔥 🔥BOOK_2 [LENRIC]🔥 👑Conten :16+👑 Lena gue mau nanya, lo berubah ya? Lo beda, lo lebih cuek, dingin dan tak tersentu...
Mirélen [END] Від E

Підліткова література

393K 46.8K 52
Kisah mereka dimulai ketika Mirele dipertemukan dengan Galen, kakak kelas yang menabraknya di halaman sekolah. Galen itu warna baru bagi Mirele, seme...
FANATIK [SELESAI] Від ꪜꫀꪀꪻꪗꪖ 🌷

Підліткова література

766K 54.9K 67
Apa itu Fanatik? Fanatik adalah sikap ketertarikan seseorang terhadap sesuatu secara berlebihan. Contohnya? Ting! @algeriandivanior.fansite menandai...
695K 57.3K 51
Walaupun jahil semua orang menyukai Alingga. Kecuali Lyana. Alingga akan bersikap baik pada semua orang. Kecuali pada Lyana Start : 20 maret 2022 Fin...