Bisikan Mereka ✔

By askhanzafiar

219K 18.1K 725

Revisi terbaru. "Dira ...." "Dira ...." "Pergi! Kau siapa?" Aku menutup telinga kuat-kuat sembari memekik dal... More

Membantu Mereka
Diganggu
Kejanggalan
Petak Umpet
Play With Tere
Televisi
Rekaman Berdarah
Kepiluan dan kabar gembira
Ekskul
Sakit
Kejadian Berdarah
Penginapan
Kampung Maksiat
Tentang Author #1
Rumah Sakit
Rumah Sakit '2
Uji Nyali
Villa Delia
Villa Delia'2
Tentang Author #2
Gua Sunyaragi
Teman Pemakai Susuk
Teman Pemakai Susuk '2
Tertukar.
Bukan Penyakit Biasa
Bukan Penyakit Biasa'2
INFO PENTING PAKE BANGET.
Rumah Omah
Rumah Omah '2
Vc terakhir.
A Piano.
Siapa Dia?
Kak Kenan?
A Mystery
Siapa pelakunya?
Akhir dari segalanya?
Empat Tersangka.
Ending?
Terungkap!
Menuju Cahaya?
Sejatinya
Persiapan pelantikan
Keganjilan
Ternyata?
Tragedy's
Pergi?
HEI INI PENTING BANGET!
Tentang Mamah
Ending! 🔚
LANJUTAN BISIKAN MEREKA
Hororwk

Siapa aku?

19.3K 1.2K 149
By askhanzafiar

Warning!!!
Jangan lupa vote sebelum membaca. Jika kamu menghargai orang lain, maka orang lain akan kembali menghargaimu. Selamat membaca🌻

Stop!

Dengan membaca cerita ini, secara resmi kamu akan menjadi bagian dari Readerswey 💚. Wah, apa, tuh, Readerswey? Jadi Readerswey adalah sebutanku untuk para pembaca Wattpad ceritaku yang manapun (khusus untuk pembacaku saja, ya, hehe). Selamat bergabung dan salam kenal! Jangan lupa aktif untuk comment. InsyaaAllah, aku tidak akan ngartis, kok! Love you, Readerswey-ku 💚.

Oh iya, prolog awalnya memang biasa dan terkesan monoton, tapi jika kamu membaca chapter selanjutnya, jaminan candu InsyaaAllah akan langsung melekat. Tidak percaya? Mari coba untuk membaca!

🦉👀🦉

"Hai, Namaku Nadira Roro Lespati!" Aku gugup setengah mati saat Bu Anita menyuruhku untuk memperkenalkan diri secara lengkap di depan kelas. Seperti kegiatan awal ketika sudah duduk di kelas baru. Ya, kenaikan kelas tiga!

Bu Anita menatap mataku sembari tersenyum, sebuah artian untuk membuatku melanjutkan pembicaraannya. "Eum, kalian boleh memanggilku dengan sebutan Dira. Umurku sembilan tahun. Aku mempunyai seorang ibu, ayah, dan kakak laki-laki." Kakiku gemetar hebat. Bu Anita benar-benar tak mengerti akan rasa nervous yang kualami ini.

"I–ibuku bernama Violin Reinayu, seorang perempuan asal Belanda yang awalnya bekerja sebagai dokter bedah jantung." Aku menoleh ke atas langit-langit kelas yang tak pernah terlihat kotor.

"Papahku bernama Sofyan Wicaksono, seorang pakar psikiater yang sering bertugas ke luar negri. O–oh iya, aku mempunyai Kakak yang sangat menyayangiku. Dia bernama Kenan Winto. Sama sepertiku yang berasal dari keturunan Indonesia-Belanda. Umur kami berselang sekitar dua tahun."

Kugigit bibir bawah sembari menggenggam tangan erat-erat. "Mungkin itu saja yang bisa aku sampaikan. Salam kenal, se–semua!"

Aku menoleh ke arah Bu Anita yang tersenyum bangga ke arahku. Ia pun menyuruhku duduk, masih dengan kaki yang cukup gemetar.

"Begitulah sekiranya perkenalan diriku di depan kelas tadi, Kak." Aku memakan es pisang ijo yang ditawarkan oleh Kak Kenan. Ia terlihat tersenyum sembari mangut-mangut.

"Kenapa tidak kau deskripsikan diriku dengan kata tampan, pintar, dan juga baik hati?" tanyanya sembari fokus ke layar televisi.

Aku menoleh ke arahnya. "Memang yang mau berkenalan itu aku, atau Kakak?" Kak Kenan langsung menoleh ke arahku. Ia langsung tertawa sembari menutup mulutnya yang masih dipenuhi oleh pisang.

"Oh, oke, I'm Sorry, aku salah." Ia langsung fokus ke arah televisi kembali. Aku hanya bisa menggelengkan kepala dibuatnya.

Aku terkejut saat mengingat uang jajanku yang tertinggal pada saku rok sekolah. Sebelum Mamah mencucinya, aku langsung berlari ke arah kamar mandi untuk mengambil uang itu. Lumayan, untuk membeli jajanan nanti sore.

"Ah, dapat!" Aku tersenyum riang sembari mengantungi uangnya dan segera membalikkan badan. Namun ....

Aku tertegun saat melihat orang asing yang ada di rumahku ini. Seumur-umur aku tak pernah melihat orang masuk ke dalam rumah ini selain Kak Kenan, Mamah, Papah, dan juga beberapa tamu lainnya. Namun, hari ini aku melihat orang asing yang sering kutengok di bagian buku Ilmu Pengetahuan Sosial. Ya, seseorang dengan gaya prajurit perang itu perlahan mendekatiku.

Ternyata aku mulai sadar. Di situlah ia mulai merubah segalanya. Segalanya yang awal indah kini berubah menjadi agak suram, mungkin lebih tepatnya menyeramkan.

"Kau siapa?" tanyaku penasaran.

Kakiku mundur beberapa langkah. Kutatapi sang prajurit yang membawa tembakan itu. Badanku dikelilingi hawa dingin yang mencekam.

"Kau orang indo?" tanyanya dengan suara serak.

Darah busuk mengalir di sela-sela rambutnya. Matanya hilang satu. Jari-jarinya kini tak utuh lagi. Seumur-umur, baru pertama kali aku melihat makhluk semenyeramkan ini.

"Siapa kau?!" gertakku dengan sedikit gemetar.

"Kau orang indo?" Lagi-lagi dia menanyakan perihal yang sama.

Aku tertegun. Dia memajukan badannya dengan tertatih.

Srekk... Srekk....

Dia tampak sangat kesulitan. Ia masih bersikeras untuk mendekatiku.

"Aku berjanji pada diriku, akan kubunuh semua orang Indo yang dapat melihatku. Aku begini karena mereka!" gertaknya dengan nada serak luar biasa kentaranya.

Aku terdiam. Dia semakin dekat. Ingin teriak tapi mulut serasa terkunci. Bagaimana ini?

"Mamah!" Aku teriak histeris ketika tangannya hampir menyentuh kepalaku.

"Huaaaaa, Mamah!" Tangisku pecah seketika. Kututupi wajahku dengan jari-jari mungil.

"Dira ada apa?" Mamah menatapku dengan wajah yang terlihat sedikit cemas.

"Mamah, dia di sana! Hiks... Hiks ...." Aku menangis sejadi-jadinya.

"Siapa yang di sana?" tanya Mamah dengan nada khawatir yang terdengar jelas.

Mamah menoleh ke segala arah.

"Prajurit, Mah. Seram, huaa!" Aku semakin menjerit tak karuan.

"Dira, kamu kenapa?" tanya Kak Kenan dengan nada cemas.

Aku menggeleng. Masih dengan wajah yang dipenuhi dengan peluh.

"Kenan, jaga Adikmu. Mamah akan menghubungi Papah dulu," perintah Mamah yang langsung berlari menuju kamar.

Papah sedang ada pelatihan terapi psikiater di luar kota. Entah apa yang akan Mamah lakukan nanti.

"Kamu kenapa, Dira? Beritahukan pada Kakak," ujar Kak Kenan dengan sedikit mengelus pundakku.

Aku menatapinya dengan air mata yang belum sempat kubersihkan.

"Ada prajurit, berdarah-darah, dan seram. Dia berjanji ingin membunuhku, Kak," ujarku sambil berusaha memeluknya.

Ia melepaskan pelukanku. Tatapannya sedikit tajam. "Hantu maksudmu?" tanyanya dengan nada ketakutan.

"I–iya," lirihku.

Muka Kak Kenan terlihat menegang, warnanya pucat pasi.

"Kak ... Kak ... Kakak kenapa?" tanyaku sembari memegang kedua tangannya.

Dingin dan hampir seperti orang kehabisan aliran darah dalam tubuh.

Brugh....

"Kenan!" Mamah berteriak histeris ketika Kak Kenan pingsan.

"Kenan kenapa, Dira?" tanya Mamah dengan penuh kekhawatiran.

"Kak Kenan takut mendengar ceritaku, Mah," sahutku pelan.

"Ayo, bawa Kak Kenan ke rumah sakit," ujar Mamah sembari menggotong Kak Kenan yang sudah tak sadarkan diri itu.

👀

"Hai, dira!" panggil seseorang lelaki yang sepertinya sepantaran dengan kakakku.

Aku menoleh, mendapati dia yang tersenyum sumringah memandangiku.

Dia memakai kaos baseball berwarna putih. Celana merk lawky berwarna merah. Wajahnya blasteran belanda-amerika. Mempunyai warna wajah yang putih pucat, namun senyuman manisnya mampu memberikan kesan menawannya.

"Kau siapa?" tanyaku dengan nada was-was.

"Aku Tere. Aku akan menjagamu hingga waktuku habis," ujarnya sembari tersenyum kembali.

"Aku tak mengenalmu, Tere" sahutku sembari mendekatinya.

"Aku sekarang temanmu. Aku akan menemanimu, menjagamu, dan melindungimu, Dira," ujarnya dengan nada tulus.

"Benarkah? Aku akan mendapat teman bar–"

"Aku pergi dulu, Dira," ujarnya yang langsung hilang dari penglihatanku.

"Kamu bicara pada siapa, Dira?" tanya mamah dengan nada yang sangat bingung.

"Tere. Dia berjanji akan menjagaku. Aku punya teman baru, Mah," ujarku dengan nada bangga.

Mamah memandangi sekitarku. "Dia dimana, sayang?" Kulihat Mamah menampilkan wajah yang sedikit gugup.

"Tadi dia langsung izin pergi, Mah."

"Besok Papah akan pulang. Papah akan memeriksamu," ujar Mamah lembut sembari mengelus puncak kepalaku.

"Aku gila, Mah?" tanyaku dengan nada sedih.

Mamah menggeleng.

"Tidak. Kamu hanya diperiksa saja, sayang," ujar Mamah sembari mengecup keningku.

"Bagaimana keadaan Kak Kenan, Mah?" tanyaku.

Mamah menengok ke arah ruang inap Kak Kenan.

"Dia syok berat mendengar ceritamu, Dir. Lain kali jangan beritahu apa-apa ke Kak Kenan lagi, ya," nasihat Mamah sembari mengulas seulas senyuman.

Aku mengangguk patuh dan mengayunkan kaki dengan penuh minat.

"Dira," lirih suara menghiasi gelapnya malam ini.

Aku menoleh ke sembarang arah, tapi tak ada siapa pun.

"Mamah, ada yang memanggilku," ujarku sembari mendorong lengan Mamah yang sedang tertidur.

"Dira, jangan dengarkan suara itu." Tere kini berada di depanku.

"Itu siapa, Tere? Siapa yang tadi memanggilku?" tanyaku dengan takut.

"Mereka roh jahat. Jangan coba dekati mereka," ungkapnya.

Aku menatapnya. Roh jahat?Maksudnya?

"Aku ini sebenarnya kenapa, Tere?" tanyaku dengan penasaran.

Dia mendekatiku dan duduk di samping kananku. Mulutnya mendekat ke arahku dan berusaha membisikkan sesuatu.

"Kau telah menemukan jati dirimu. Kau sudah dapat melihat kemampuanmu," ujarnya.

Aku mencerna kata-katanya.

"Aku indigo, Tere?" tanyaku dengan takut.

"Iya, Dira. Jangan takut. Aku akan melindungimu," ujarnya perlahan.

"Kau berjanji, Tere?" tanyaku.

Dia menganggukan kepala.

"Aku berjanji, Dira. Sekarang tidurlah. Sudah malam. Aku akan menjagamu di sini," ujarnya.

Aku mengangguk. Kupejamkan mataku, berharap tak ada suatu hal yang akan menggangguku lagi.

"Dira, selamat tidur. Kami tau kau bisa mendengar kami." Suara asing terdengar jelas memekakkan telingaku.

"Jangan dengarkan mereka, Dira. Mereka tak boleh kau dekati." Tere memelukku dan memberikan rasa nyaman yang mampu membawaku pergi ke alam bawah sadarku.

––––––––––(👀)––––––––––

Masih awal, Bund. Belum aja  ketemu yang menegangkannya. Siapkan jantung dan rasa was-was kalian.

Continue Reading

You'll Also Like

17.4K 839 32
Kim Rena gadis indigo yang bisa melihat mereka yang tak terlihat dengan jelas, namun saat usia 12 tahun mata ketiganya sudah ditutup dengan rapat. sa...
387K 3.3K 18
18++ Bukan konsumsi anak2 Sekian lama menjanda, kau mendapatkan kabar jika ibumu akan menikah. Mungkin bagi sebagian anak. Ia akan bahagia. Namun tid...
78.5K 4.1K 42
Dia hilang sejak satu tahun yang lalu dan sekarang kembali untuk menyelesaikan semuanya yang belum sempat terselesaikan. Dendam yang mendalam. "A-aku...
103K 12.7K 26
"Heh mbak Kun pergi dari sini apa gw tendang lu sampek bolong jadi sinderbolong lu " Muka mbak Kun yg sudah pucat dari awal di tambah perkataan Lula...