Imam Pilihan Ayah (SUDAH TERB...

By QueenGarritsen

5.6M 213K 5.4K

"Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula." ??? Aku tidak pe... More

IPA #Prolog
Pre-Order Imam Pilihan Ayah
IPA #1
IPA #2
IPA #3
IPA #4
IPA #5
IPA #6
IPA #7
IPA #8
IPA #9
IPA #10
IPA #11
IPA #12
IPA #13
IPA #14
IPA #15
IPA #16
IPA #17
IPA #18
IPA #19
IPA #20
IPA #21
IPA #22
IPA #23
IPA #24
IPA #25
IPA #26
IPA #27
IPA #28
IPA #29
IPA #30
IPA #31
3M!
IPA #32
IPA #33
IPA #34
IPA #35
IPA #36
IPA #37
IPA #38
IPA #39
IPA #40
#IPA 41
IPA #42
IPA #43
IPA #44
IPA #45
IPA #46
IPA #48
IPA #49
IPA #50
IPA #51
IPA #52
IPA #53
IPA #54
IPA #55
IPA #56
IPA #57
IPA #Epilog
IPA #Extra Part 1
IPA #Extra Part 2
Queen Garritsen ada di WA?
New Story!

IPA #47

68.9K 2.8K 63
By QueenGarritsen

"Jangan suka memendam masalah. Sekali-kali kita juga harus berbagi, karena berbagi itu indah."

--Queen Garritsen--

Selamat membaca🤓

💊💊💊

"UNTUK apa kamu kesini?" tanya Bibi Hannah saat Mama sedang memeluk kakek.

Mama berhenti menangis walau dadanya masih sesegukkan. Dia mengendurkan pelukkannya lalu melepasnya. Dia berdiri tegak, tersenyum ke arah Bibi Hannah dan hendak menyalimi tangan bibinya itu.

Belum sempat dia menyentuh satu jari tangan bibi Hannah, Bibi Hannah lebih dulu menarik tangannya. "Aku tidak sudi tanganku disentuh wanita murahan sepertimu."

Bibi Hannah bersedekap dada.

"Hannah, jangan bersikap seperti itu pada Sarah. Dia sudah berubah, Sayang. Lihatlah penampilannya. Dia tidak seperti Sarah kita yang dulu," protes Paman Sam.

Adnan mencoba untuk tidak ikut campur. Namun, hatinya bergerak untuk merangkul kakak kandungnya itu, hanya untuk sekedar menenangkan.

"Bibi, aku sudah pernah bilang, Sarah sudah berubah. Dia sudah berada di jalan yang benar. Apakah kita tidak memberikannya kesempatan untuk membuktikan bahwa dia benar-benar sudah taubat?" Adnan mulai berbicara.

Aku tidak mengerti percakapan mereka, jadi aku dan Pinkan hanya memainkan permainan Ludo di ponsel Adnan. Aku juga lupa dimana terakhir kali aku menaruh ponselku sebelum aku terbaring di kasur ini.

"Siapa yang tahu kalau dia munafik. Hanya pakaiannya saja yang berubah namun hatinya tidak." Bibi Hannah masih tidak mau kalah.

"Bibi, apa kita sebagai manusia berhak untuk menghakimi apakah manusia itu munafik ataupun berbuat dosa atau tidak? Orang yang menuduh itu dosanya lebih besar daripada melakukan kejahatan itu sendiri. Jadi, aku mohon Bibi. Allah saja bisa memaafkan dan memberikan kesempatan pada hamba-hambanya. Mengapa kita yang sesama hambanya tidak bisa?"

Bibi Hannah terdiam. Dia meninggalkan ruangan, disusul Paman Sam. Sebelum Paman Sam menitipkan pesan agar menjaga Kakek.

"Ayah," isak Sarah. Dia kembali memeluk pria tua berkepala lima itu.

💊💊💊

"Ayo, apa kamu bisa menentukan huruf pertama," ujar suara dari ponsel Adnan yang sedang dimainkan Pinkan. Dia duduk di sofa ruangan ini. Bersandar pada sofa dengan kedua kaki terangkat.

Tangan kanannya memegang ponsel yang satu lagi mengemut jempolnya. Aku baru tahu kebiasaan anak itu yang suka mengemut jempol.

Dengan jari lincah, Pinkan terus bermain dan aku hanya memperhatikannya. Lucu kadang saat tiba-tiba mata anak itu mulai merem-melek karena mengantuk. Sekali-kali aku terkekeh.

Tidak ada salahnya jika aku memiliki seorang adik. Walau dia tidak ada hubungan darah sama sekali denganku.

Saat ini, semua orang-orang tua--termasuk Adnan--sedang berbicara di depan dan Pinkan disuruh menemaniku. Walau sekarang sepertinya aku yang harus menjaga Pinkan. 

Ceklek.

Pintu terbuka, menampilkan Adnan. Dia tersenyum padaku lalu aku pun membalas senyumannya.

"Kamu sudah baikkan, Aal?" tanya Adnan padaku.

Dia berjalan seraya melihat Pinkan yang sudah ngantuk-ngantuk.

"Udah kok. Btw, gue juga bosen, Nan, disini terus."

Adnan terkekeh, saat melihat tingkah lucu Pinkan. "Lah, terus kamu mau gimana, Aal? Kamu kan belum sembuh."

"Hm, ajak gue jalan-jalan kek. Ke taman rumah sakit juga nggak papa," pintaku malu-malu.

Jujur, aku merasa iri pada Clara waktu itu dan aku juga ingin diperlakukan sama oleh Adnan. Diajak jalan-jalan, lalu di suapkan makanan dengan penuh rasa kasih sayang.

Apalagi pria ini adalah pria yang aku cintai, entah dia mencintaiku juga atau tidak. Jangan sampai aku malah bertepuk sebelah tangan. Kalau sampai iya, Adnan adalah pria paling brengsek yang pernah aku kenal bahkan melebihi Ronald kebrengsekkannya. Dia yang buat aku baper, dia juga yang tidak bertanggung jawab jika dia meninggalkanku. Dia kan yang mau aku untuk menikahinya? Awas saja jika nanti aku sudah menuruti keinginannya tapi dia malah labil dan tidak menginginkan lagi keinginannya itu, akan kutebas kepalanya.

Adnan berjalan ke arahku dan duduk di kursi single di sampingku.

"Aalia, kamu tau apa arti B26?" Kali ini Adnan berucap serius.

Aku menggeleng. "Emangnya kenapa?"

Adnan menengok ke arah Pinkan. Anak itu sudah tertidur rupanya. Adnan pun menghela napas.

"Itu adalah kunci, dimana kita bisa mencari tau siapa peneror yang selalu ngangguin kamu."

"Hah?"

Dasar otak telmi. Aku memang sangat lemot dalam pemikiran seperti ini. Jelas aku tidak mengerti apa maksud Adnan.

"Pelaku teror kamu itu ninggalin kode. Kodenya 'B26'. Saya masih belum bisa mecahin kode itu artinya apa." Adnan menyenderkan punggungnya ke senderan kursi seraya menarik pelan rambutnya kebelakang menggunakan kedua tangannya.

Astaga, om-om tua ini benar-benar hot, ya tuhan.

"Oh, iya. Kenapa tadi lo bohong sama Mama, Nan?"

Adnan terdiam. "Maksudnya?"

"Gue tau lo tadi bohong soal karton-karton, apa deh tuh makanan yang tadi. Yang kentang-kentang itu deh pokoknya. Kenapa lo bohong?"

"Saya bohong tentang apa? Saya nggak ngerti, Aal."

Adnan berdiri dari duduknya. Dia menghampiri Pinkan yang tertidur dalam keadaan masih duduk di sofa dan mencoba membenarkan posisi tidur anak itu. Terdengar decakkan kesal dari Pinkan karena merasa tidurnya sedang diusik.

"Adnan, lo itu pinter sama keadaan fisik orang. Tapi, lo nggak pinter bohong, Nan." Aku masih berusaha mendorong dia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepadaku.

Sumpah, aku benar-benar penasaran.

"Oh, ya? Memangnya orang yang pinter bohong itu seperti apa, Aal?"

Adnan mengambil ponselnya yang masih berbunyi. Dia ingin mematikan aplikasi yang berjalan itu, namun gerakkannya terhenti.

"B adalah huruf yang ke berapa?" tanya suara dari ponsel Adnan. Itu sepertinya aplikasi pembelajaran edukasi untuk anak seusia Pinkan.

"Orang yang pinter bohong itu, pasti gak ketauan kalau dia lagi bohong. Mereka pasti pinter nutupin kebenaran aslinya yang bisa bikin lawan bicaranya yang lagi dibohongin itu percaya ...," aku terus saja mengoceh. Tak peduli Adnan mendengarnya atau tidak.

"B itu huruf kedua," jawab Adnan mengira-ngira seraya merogoh kantungnya dan mengeluarkan kertas.

Dia duduk di samping Pinkan dan berkonsentrasi penuh pada kertas itu.

"Sebentar, kalau B diganti jadi 2, jadinya 226. Tapi 226 apa?"

"..., gitu deh pokoknya." Selesaiku. Namun, Adnan tidak merespon apa-apa. Dia masih saja diam menatap kertas itu bergantian dengan ponselnya. "Ih, Adnan! Lo dengerin gue gak sih?"

"Shhhht!" ujar Adnan. Aku pun terdiam.

"Ih, dasar om tua nyebelin!" gumamku kesal.

"Tapi, kalau semua huruf dan angka ini dibalik, huruf jadi angka, dan angka jadi huruf. Jadinya ...," Adnan berpikir. Dia mengetikkan sesuatu di ponselnya. "2BF."

Lalu Adnan menatapku yang sedang menatapnya bingung.

"Apa artinya lagi 2BF itu?"

Tentu, aku menggidikkan bahu.

"Astaghfirullah, kenapa ini rumit sekali!" Adnan mengacak rambutnya hingga ponselnya terjatuh.

"Ih, Adnan! Gak usah dibuang-buang kali. Mending hape-nya buat gue. Daripada mubazir, kan kalau gue jual itu hape, lumayan, bisa beli make up ala Gigi Hadid."

"Aal, bisa diem sebentar?" Adnan berucap rendah namun tegas membuatku yang tadinya ingin melawak menjadi terasa garing karena keseriusannya. Dia mengambil kembali ponselnya. Untung saja memakai casing, jadinya tidak terjadi apa-apa.

"2BF." Adnan kembali mengucapkan kata itu. "2BF, B26. Hm, BF, BF ..., ck!"

"BF? Best Friend atau Boy Friend? Wkwk." Aku kembali mencoba mencairkan suasana yang masih tegang. Tapi, tetap saja. Adnan malah menegakkan tubuhnya lalu menatap kearahku tajam.

Aku pun agak ketakutan. "Adnan! Lo nakutin gue!"

Aku akhirnya benar-benar diam. Adnan terus saja melakukan ekspedisinya memecahkan misteri kode itu.

Aku ikut berpikir. Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku pikirkan.

Sedetik kemudian, aku menelusuri ingatanku lagi. Aku pernah melihat mata peneror itu saat dia memecahkan kaca kecil di pintu dan dia hampir saja ingin menembakan laser dari matanya itu ke arahku. Aku hafal sekali matanya.

Mengingatkanku akan seseorang. Seseorang yang dekat denganku.

"Adnan, gue tau siapa pelakunya."

xxIPAxx

Nah loh, ada yang bisa nebak sejauh ini, siapa yang neror Aalia?

Wkwkwk:v update nya nanti lagi ya, gue bener-bener stuck😂

Jangan lupa follow ig gue di Instagram: @khansaazahra25

Selamat malam Jum'at semua! Jangan lupa baca surat Yaasin untuk orang-orang yang sudah berada di sisinya😊

Tchau!
Wassalam...

Depok, 11 Oktober 2018
Khansa AP

Continue Reading

You'll Also Like

1M 4.3K 15
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
99.8K 12.2K 40
Ganteng tapi menyebalkan, itulah yang ada dipikiran Ailee sejak pertama Halal mengajar di kelasnya. Hampir semua teman sekelasnya memuji-muji guru ba...
4.2M 214K 67
(Dalam Tahap REVISI) Hati berkata tidak, namun fikiranku berkata iya. Ya Allah hamba hanya ingin kau dekatkan hati hamba dengan seseorang yang melabu...
1M 10.8K 7
GENRE : COMEDY - ROMANTIS ▪▪▪ "Ma... Nikahkan aku saat udah lulus kuliah ini! ya, ya, ya" Umurnya baru 22 tahun tapi entah kenapa dia udah ngebet b...