Cold Marriage ✔ [TERBIT]

By sandimlna

3.9M 135K 12.8K

Sudah terbit. Silakan cari di Gramedia atau toko buku online. Sebagian bab dihapus. ••• Kami menikah karena t... More

PROLOG
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
VOTE COVER
PRE ORDER
OPEN PRE-ORDER

BAB 13

89.9K 4.8K 873
By sandimlna

Jangan lupa vote dan komentarnya yaaa

1000+vote dan komen untuk Bab selanjutnya

Mudah-mudahan Bab ini AMAN :)

***

Satu minggu kemudian...

Hal yang paling Ira tidak sukai ketika sudah menikah, adalah bangun pagi. Apalagi sekarang statusnya sudah berubah menjadi istri dan salah satu tanggung jawab Ira yaitu harus bangun pagi sebelum sang suami terbangun. Sejujurnya, Ira paling malas untuk bangun pagi. Ia biasa bangun ketika satu jam sebelum berangkat kerja karena jarak apartemen dan kantornya tidak terlalu jauh.

Sekarang, Ira tidak lagi tinggal di apartemennya. Memilih ikut dengan Alden yang sudah membeli sebuah rumah di Jakarta. Membiarkan apartemennya tak berpenghuni. Wanita itu juga tidak berniat atau ingin menjual apartamennya, meski Alden yang meminta, tetap saja Ira tidak mau dan tidak akan pernah.

Mendesah, Ira menatap Alden yang bertelanjang dada sedang tidur di sampingnya. Matanya melirik sebuah jam weeker di atas nakas yang menunjukan pukul 05.30. Wajah Alden begitu damai saat tertidur, semalam juga pria itu memeluknya dan sesekali mengusap perutnya. Entah apa maksudnya.

Ira berpikir, apakah bisa mempertahankan pernikahan ini dengan tanpa adanya rasa sama sekali. Baik Alden atau dirinya, yang hingga sekarang tidak mempunyai rasa cinta sama sekali. Alden bersikap perhatian kepada Ira karena wanita itu adalah istrinya dan merupakan tanggung jawabnya. Begitu juga dengan Ira yang menaruh perhatian kepada Alden karena dirinya memiliki tanggung jawab sebagai seorang istri. Bisa dosa jika Ira tidak patuh atau memperlakukan suaminya dengan baik. Dan Ira tidak mau menjadi seperti itu.

Wanita itupun bangkit dari tidurnya dan beranjak turun dari ranjang. Mengikat rambutnya secara asal lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh sebelum Alden terbangun. Lima belas menit kemudian, Ira tampak segar sehabis mandi dan langsung saja pergi menuju dapur. Menyiapkan sarapan untuk Alden. Ya, walaupun sebenarnya Ira tidak bisa masak sama sekali, setidaknya ia bisa membuat teh atau kopi dan juga sandwich.

"Alden," panggil Ira saat dirinya kembali ke kamar dan mendapati jika pria itu sudah tak ada di atas ranjang. Tetapi, saat mendengar suara pancuran air di kamar mandi, Ira mengembuskan napas panjang. Lalu, ia berjalan menuju lemari pakaian untuk menyiapkan pakaian kerja yang akan digunakan oleh Alden.

Suara getaran dari ponsel suaminya itu membuat Ira menghentikan aktivitas memilih pakaian untuk Alden sejenak. Ia berjalan menuju ranjang, melihat ponsel Alden yang terus saja bergetar. 

Siapa yang mengiriminya pesan singkat pagi-pagi sekali?

Matanya sempat melihat nama Kania pada layar ponsel Alden. Namun, Ira memilih tidak untuk membukanya. Ira bukan tipikan orang yang penasaran dengan ponsel orang lain. Mungkin saja itu urusan perkerjaan yang tidak boleh orang lain ketahui.

Mungkin saja.

"Kamu lagi ngapain?" suara berat itu membuat Ira menoleh ke arah kamar mandi. Mendapati Alden yang terlihat lebih segar dan handuk yang melilit area pinggangnya. Membiarkan dada bidang dan perut kotak-kotaknya terekspos begitu saja.

"Lagi nyiapin baju buat kamu."

"Udah selesai?" Alden berjalan menuju tempat Ira berdiri. Mengambil ponselnya, lalu membuka pesan singkat yang berasa dari Kania tersebut.

Kania: Pagi Aldeeeeeennn....

Alden tersenyum saat membacanya. Membuat Ira mengernyit lalu bertanya, "Kenapa ketawa sendiri? Udah gila, ya?"

Pria itu tidak menanggapinya, lebih memilih membalas pesan singkat dari Kania.

Alden: Pagi juga. Kangen yaaa?

"Alden," panggil Ira yang dibalas gumaman oleh suaminya itu. "Dekat banget ya sama Kania?"

Alden mengalihkan pandangan sejenak dari layar ponsel, menatap Ira sambil berkata, "Aku udah pernah bilang, kalau hubungan aku sama Kania cuman teman. Ya, kebetulan aja kita lagi ada di satu pekerjaan."

"Oh," Ira mengembuskan napas panjang. "Bajunya udah aku siapin," lanjutnya seraya berjalan keluar dari kamar.

"Oke." balas pria itu.

"Alden," panggil Ira lagi.

"Apa?" 

"Aku udah buatin kamu teh sama sandwich cokelat."

"Makasih," jawab Alden tanpa melihat Ira dan membiarkan wanita itu untuk pergi.

Kania: Nggak biasa aja. Kamu kali yang kangen aku.

Alden: Iya kangen bangettttttt. Nanti kalau udah nganterin Ira, aku jemput kamu.

Kania: Aku tunggu.

Alden tersenyum senang membaca balasan terakhir dari Kania sebelum ia memakan pakaian yang sudah Ira siapkan.

***

"Pulangnya mau dijemput nggak?" tawar Alden saat melihat Ira yang sedang membuka sabuk pengamannya saat sudah tiba di depan kantor istrinya tersebut.

Ira tersenyum kecil. "Boleh, kalau kamu nggak sibuk."

"Oke," Alden mendekati Ira lalu mencium sekilas bibir wanita itu. "Nanti kalau aku nggak sibuk, jemput kamu."

Ira mengangguk sebagai balasan. Lalu turun dari mobil. Sejenak, wanita itu memperhatikan mobil Alden yang perlahan meninggalkan area kantornya. Lalu mendesah, dan memilih melanjutkan langkahnya untuk memasuki kantor.

"Iraaaa..." suara teriakan seorang wanita secara refleks membuat Ira menolehkan kepalanya ke belakang. Ia melihat Vella yang sedang berlari kecil menghampirinya. "Tungguin gue."

"Lo baru datang?" tanya Ira kepada temannya itu.

"Hooh," Vella mengangguk, masih berusaha untuk mengatur napasnya. "Si Sega udah datang belum, ya?"

Ira mengerutkan dahinya heran. "Ngapain nanyain si Sega?"

"Itu anak disuruh setor hasil desain ke gue lama amat, kan biar gue kasih lihat ke Bu Tiara."

Tiba-tiba saja pandangan Ira teralihkan pada sosok pria yang sedang berjalan memasuki kantor. Pria dengan perawakan tinggi nan tegap, matanya yang sedikit sipit, dan raut wajahnya yang terkesan datar tanpa ekspresi. Sesekali hanya tersenyum pada karyawan lain yang menyapanya.

"Ra? Kok bengong sih. Lihatin apa?" tanya Vella saat keduanya sedang berjalan memasuki kantor.

"Itu karyawan baru?" Ira menunjuk sosok pria yang sedang menunggu lift terbuka sambil memainkan ponselnya.

"Oh ya itu," balas Vella. "Gue belum cerita sama lo, ya? Dia itu karyawan pindahan dari cabang perusahaan ini yang ada di Surabaya. Namanya Kai, tapi gue lupa nama lengkapnya siapa."

"Dia kerja bagian apa?" tanya Ira sambil terus berjalan beriringan dengan Vella.

"Bagian desain, satu tim lah sama si Sega. Dan lo tau," Vella menelan ludahnya terlebih dahulu sebagai jeda. "Hasil desain dia jauh lebih bagus dari si Sega. Maksud gue, rancangan dia itu benar-benar beda dan high fashion banget. Gue juga pas lihat nggak berhenti berkedip. Mana orangnya juga ganteng lagi, kan gue jadi baper tiap dilihatin sama dia."

"Oh, si Kai itu suka lihatin lo?"

"Nggak juga sih," balas Vella sambil terkekeh kecil yang membuat Ira berdecak lalu menoyor kepala temannya itu.

Merasa ada yang sedang membicarakannya, Kai—si pria yang sedang menunggu lift terbuka itu, langsung saja menoleh ke belakang. Menatap Ira dan Vella yang langsung saja tersenyum canggung kepada pria itu. Kemudian, Kai melangkahkan kakinya menghampiri dua orang wanita yang belum juga bergerak.

"Pagi," sapanya dengan nada datar sambil membuka tas kerjanya. "Kamu Vella, kan?"

Vella mengangguk pelan. Matanya tak bisa berhenti menatap sosok pria dengan bola mata hitam itu.

"Ini," Kai menyodorkan dua lembar kertas yang berisi gambar hasil rancangannya. "Kata Bu Tiara, saya harus setor hasil desain ini ke kamu dulu."

Vella menerima lembaran kertas tersebut. "Makasih ya. Eh, Kai, kamu belum kenal sama dia, kan?" wanita itu menunjuk Ira yang sejak tadi hanya memperhatikan interaksi keduanya.

Kai menggeleng pelan sambil menjawab, "Belum, emang dia siapa?"

"Sekretaris di perusahaan ini."

Sontak saja, Kai langsung mengulurkan tangan kanannya untuk berkenalan. "Hai."

"Hai, juga," balas Ira tersenyum kecil kepadanya seraya menerima uluran tangan dari Kai. "Ira Liasartika."

"Saya, Kaishar Deevackrey Bratadikara. Panggil aja, Kai."

"Oh, oke." Ira melepaskan genggaman tangan Kai yang ternyata sedang tersenyum kepadanya.

"Selain sama aku, kamu juga bakalan sering interaksi sama Ira. Dia cukup penting di perusahaan ini."

"Oh," jawab Kai singkat. "Kalau gitu sampai jumpa Ira, Vella."

Ira dan Vella hanya mengangguk sembari tersenyum kepada pria itu sebagai balas. Membiarkan Kai lebih dulu masuk ke dalam lift.

"Lo kenapa? Kok bengong lagi sih?" Vella bertanya saat melihat Ira yang hanya terdiam sambil menatap ke arah lift yang sudah dimasuki oleh Kai. "Ingat, udah punya suami lo. Jadi jatah Kai buat gue."

"Ya, kali si Kai mau sama lo," cibir Ira. "Tapi, si Kai udah punya pasangan, kan?"

"Nggak tau juga sih. Soalnya gue bukan emaknya," jawab Vella, membuat Ira mendelik. "Emang kenapa?"

"Nggak apa-apa juga, sih."

Sejenak, Ira terdiam. Melihat telapak tangannya yang baru saja bersentuhan dengan Kai. Ada sengatan yang masuk begitu saja ke dalam tubuhnya saat Kai menyentuh tangan Ira dengan lembut. Yang membuat jantung Ira berdebar sangat kencang dan kedua mata yang tidak berhenti menatap seorang pria bernama Kaishar Deevackrey Bratadikara itu.

Seperti, pertama kali saat Ira bertemu dengan Alden dahulu.

***

Ini dia sosok Kai yang akan menghancurkan segalanya, wkwkw. Jangan protes yaa, kalian bebas buat ngebayangin siapa

Besok-besok, kalau aku belum update, berarti sedang mempersiapkan puncak konfiknya. HEHEHEHE...

JANGAN LUPA KOMENTARNYA. TAPI JANGAN NGEGAS KAYAK AKOEEE YAAA

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM

@sandimaulanna

Continue Reading

You'll Also Like

12.1K 202 5
21+ Warning violent content 🤡 Beberapa adegan kekerasan, mental illnes, adegan sexualitas -> bisa di baca untuk usia 21 tahun keatas. *** Edwin Mage...
623K 53.5K 22
TERSEDIA VERSI EBOOK Bagaimana kisah 'menyenangkan' Karyna dan Dave selama menjadi orangtua bagi anak-anaknya?
1M 96.6K 36
Genre cerita ini contemporary romance & adult 21+ Pasti ada alasan mengapa seorang laki - laki menjadi playboy. Apakah gengsi, patah hati, atau seked...
1.7M 121K 34
Genre cerita ini romance 21+ dengan sentuhan kearifan lokal. Tentang seorang darah biru bernama Raden Pandji pria yang dianugerahi semua unsur kelaki...