Langit [REVISI]

By whtqdwtn

5K 900 431

Kalau kamu pikir kebahagiaan berasal dari kesempurnaan, kamu salah besar. Terkadang keterbatasanlah yang memb... More

awal
01; apa salahku?
02; terungkap
03; kesalahan
04; dekat (1)
05; dekat (2)
06; dia berubah
08; Teman satu hari

07; awan putih tak selalu melambangkan kebahagiaan

323 49 12
By whtqdwtn

Badan Siwi seolah menjadi kaku, hp-nya terus saja bergetar, memberi tahu bahwa notif chat group nya sudah melampaui batas.

Apa yang saat ini harus ia lakukan?

Ah iya!

[13.45] Siwi : Lo di cafe Anne?
[13.45] Siwi : Gue lagi deket situ, gabung dong, lo bisa tunggu di depan?

[13.46] Sisyl : Ok, cepet Siw

Sisyl keluar dari cafe dengan perlahan agar Talana dan Langit tak melihatnya.

Selanjutnya Siwi melanjutkan misinya.

⛅⛅⛅

"Thank you-nya mana?" ucap Langit sambil menengadah dengan sombong.

"Cih--"

Talana meninggalkan Langit yang kini tengah memeluk helm yang baru saja diberikannya. Senyum Langit mengembang. Kini hari-harinya di Jakarta dipastikan akan lebih cerah daripada hari-harinya di Depok.

Pasti.

Langit menstater motornya, lalu pergi meninggalkan tempat itu.

---

"Cie, sama siapa tadi?" tanya Nicki yang tengah mengekor di belakang Talana.

"..."

"Iya deh yang sekarang gak terbuka."

Talana menatap Nicki jengah. "Apa sih," air muka nya tiba-tiba menjadi keruh.

"Berubah banget," timpal Nicki "muka lo waktu sama cowok tadi, dan sekarang itu kayak, hmm ..." tambahnya menggantung.

Talana meninggalkan Nicki yang mungkin saja sekarang tengah menggerutu.

🌻🌻🌻

Malam itu seperti malam biasanya. Talana mengunci pintu kamarnya agar ia dapat bebas membaca novel-novel kesayangannya.

Tingg..

Beberapa menit kemudian, masuklah chat dari Langit.

"Tunggu gue di depan rumah 5 menit lagi," ucap nya dalam chat.

Talana mengernyitkan dahinya, pertanda tak mengerti maksud Langit. Ingin apa dia kesini malam-malam?

5 menit kemudian.
Talana menuruni anak tangga dengan cepat, membuka pintu rumah dengan perlahan, dan ...

"Hai," sapa Langit yang saat itu masih duduk di atas motor kesayangannya dengan menunjukan jejeran gigi putihnya itu.

"Cepet banget?" tanya Talana yang saat itu tengah membuka pagar rumahnya dengan hati-hati, "Lo mau ngapain kesini? Pinjem buku? Kan bisa besok."

"Gak usah banyak protes. Tuh," ucap nya sambil memberikan sebuah kantung plastik berwarna putih. "Gue pamit ya."

Langit langsung pergi meninggalkan Talana yang kini tengah mematung, tak mengerti, atau pura-pura tak mengerti?

Malam itu, setelah Langit datang kerumahnya dan membawakan makanan, ia sama sekali tak menghubungi Talana setelah itu. Hanya sekedar memberi penjelasan apa maksud dari perlakuannya pada Talana saja tidak.

🌱🌱🌱

"Gimana tes nya kemarin?" tanya Mamah yang kini sudah duduk di depan kemudi mobilnya pagi itu.

"Mamah pasti tau jawabannya," jawab Talana asal sambil mengunyah sarapan paginya.

"Mamah cuma tanya," jawabnya pelan sambil memasang seat belt, "Enggak salah, kan?"

"..."

Hening. Tak ada obrolan sama sekali setelah itu. Canggung, itu yang Talana rasakan. Sangat jengah disituasi seperti ini.

Detik pun menjadi semakin melambat karena suasana ini.

"Mamah minta ma--"

"Aku udah telat, see you." potongnya dan segera meninggalkan Mamahnya yang belum usai menyelesaikan ucapannya.

Perempuan itu hanya dapat menatap nanar punggung putri bungsunya itu yang lama-lama menghilang. Ia menyesal telah menikah dengan lelaki yang pada akhirnya hanya dapat memberikan beban yang saat ini dipikul putrinya itu. Tapi ia tak pernah menyesal telah melahirkan anak secerdas Talana.

📌📌📌

Talana merapihkan kolong mejanya, menaruh novel-novel baru menggantikan novel yang telah selesai ia baca.

Lalu mengeluarkan buku dengan 300 halaman kurang lebih, modul matematika wajibnya yang selalu sulit dimengerti. Kalau dikatakan pandai, untuk kali ini otak Talana dibawah standar. Karena, sering kali saat kelas matematika usai ia segera pergi ke kamar mandi lalu membasuh muka dan menyeka kepalanya dengan air. Mungkin ingin membuat yang ada di dalam kepalanya padam.

Lucu memang.

"Nih," seseorang meletakkan 2 buah sandwich dan susu kotak di hadapannya.

Talana mendangak ke atas, lelaki itu kini tengah duduk di meja Talana sambil mengunyah sandwich.

"Jangan duduk di atas meja!" seru Talana.

Lalu kini lelaki itu menyeret kursi yang di letakkan di samping kursi Talana. Lalu tetap sibuk melahap sandwich. Talana hanya menatap Langit dengan tatapan bingung.

"Kenapa?" Ucap Langit tak jelas karena masih sibuk mengunyah.

Talana menggeleng lalu membuka plastik yang membungkus sandwich itu.

"Tal ..."

Talana menoleh, "Boleh pinjem buku catetan fisika?"

Kini Talana mengingat betul, Angel, wanita dengan kacamata kotak itu duduk tepat di belakang Talana.

"Boleh," Talana memberikan buku yang ia ambil dari ranselnya.

"Makasih," ucap Angel, "Talana." tambahnya dengan senyum, dan senyum itu mampu membuat Talana terpesona. Lesung yang ada di ujung bibir Angel dengan mata yang berubah menjadi segaris saat senyum menambah nilai plus pada setiap senyumnya itu.

"Heh," Langit menyapu wajah Talana dengan telapak tangannya, "Masih normal kan, lo?"

"Apa sih, gak jelas!"

"Gue kira lo lesbian."

"Sembarangan!" Talana meninju pelan bahu Langit.

✨✨✨

"Please, please ..."

"Enggak, gue gak mau!"

"Kali ini aja, gue mau ngerasain rasanya istirahat di kantin. Ya ya? Kali ini aja." rengek Langit sambil membuntuti Talana yang tengah memilih buku di perpustakaan.

"Ya udah sana, lo aja."

"Gue gak punya temen selain lo," kini Langit bergayutan di lengan Talana sambil cengar-cengir menampilkan jejeran giginya.

"Ih, Langit!" Talana melepas tangan Langit dari lengannya, "Lo kan bisa cari temen."

"Ya udah ayok bantuin cari di kantin," rengeknya lagi.

Talana memutar bola matanya jengah. "Oke."

"Yeayyy," Langit bergegas menarik tangan Talana dengan cepat.

⏳⏳⏳

"Duduk," Langit menarik kursi merah yang disediakan di kantin, "Lo tunggu sini, biar gue aja yang pesen."

Talana mengangguk.

Celingak-celinguk ke kanan dan kiri. Memperhatikan sekitarnya, mungkin jengah dengan sekitarnya yang sangat ramai dan gaduh.

--

"Waktunya makan ..."

Talana meraih nampan yang dibawa oleh Langit. Menjejerkan piring yang berisi siomay di hadapan Langit yang sudah siap menyantap jajanan kesukaannya itu.

"Sabar," ucap Talana menahan tawa. "Cuci tangannya dulu."

Langit segera berlari ke arah wastafel, sangat ramai, hingga ia harus mengantri. Talana hanya terkekeh.

"Pssttt. . Pssttt. ."

Talana menoleh ke meja yang ada di ujung kanannya. Di sana ada Siwi, syukurlah. Ia tampak murung, kenapa? Ah sudahlah tak usah dipikirkan.

"Gue kira dia gak doyan cowok," ujar salah seorang cewek di samping Siwi, entah siapa. Menyindir, namun terdengar hingga telinga Talana.

Mereka tertawa seakan mencemooh. "Sok gak punya temen karena introvert, padahal emang karena dia gak asik, hahaha." timpal Sisyl

Talana berdiri namun Sisyl juga berdiri seakan tak gentar dengan tantangan Talana, namun kejadian itu usai sebelum akhirnya Nadyan dan Anita serta Langit memisahkan mereka.

--

"Udah, lo lanjutin aja istirahat nya!" ucap Talana sambil melepas tangan Langit dari lengannya.

"Ya lo harus ikut juga, lah!"

"Kenapa harus gue sih?" gertak Talana lalu berhenti, Langit menjajarkan dirinya dengan Talana. "Kenapa sih lo jadi sok deket gini sama gue?"

"Maksud lo?"

"Lo itu gak bego Langit, lo pasti ngerti ucapan gue."

Langit mengusap wajahnya dengan kasar.

"Jangan membodohi diri sendiri," tambah Talana. Lalu ia pergi meninggalkan Langit yang tercengut dengan ucapan Talana.

Kenapa risau? Kenapa gundah? Bukankah memang begitu sifat Talana? Kenapa Langit seakan tak tahu dengan keadaan Talana yang kini memiliki moodswing?

Talana yang dulu ia kenal bukanlah Talana yang kini menjadi remaja introvert serta pemarah. Harusnya ia mengerti. Ia tahu, sangat tahu persis apa yang dirasakan Talana.

Itulah, Langit.

Gomawo udah baca ceritaku😙 terimakasih juga dukungannya dari nol sampai sebesar ini walaupun ya gak besar2 amat tapi,
i prouddddd
Dan mulai hari ini,
Tanggal 21 oktober 2018, aku akan next cerita setelah vote nya 30.
Yeayyyy, tengkyu💖💖
-salam cecan.

Continue Reading

You'll Also Like

4.3M 258K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
1.2M 55.1K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

673K 32.1K 51
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
655K 52.5K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...