MENCINTAI JANDAKU?{Geng Rempo...

By CitraNyietnyiet

130K 6.7K 68

Marlinda Putri, Seorang wanita yang awalnya bekerja sebagai sekretaris. Ia terjerumus dalam siklus kehidupan... More

Awal Baru
Pertemuan?
Kost (1)
Kost (2)
Kantin
Mengawasi
Pusing
Mengandung
Laporan
Cemburu
Mengundang
Tertabrak
Buta?
Histeris
Gerah
Bed Rest?
Kunjungan
Diperiksa
Makan Siang
Rencana
Gym
Milikku?
Acara
Syukuran
Baby...?
Keguguran
Penyemangat
Tergesa
Proses
Ganti Baju
Bercanda
Penglihatan
Melahirkan
Menyelidiki
Kabar Gembira
Syukuran Lagi
Happy Ending

Camilan Sore

4.1K 194 0
By CitraNyietnyiet

Linda mengeliatkan tubuhnya. Ia merasa tubuhnya sangat gerah. Ia mengibas-ngibas rambutnya yang menutupi wajah.

"Aduh.. apa ini tidak hidup ya kipas anginnya.. apa mati lampu..?" gumam Linda sambil berusaha duduk dengan mata yang masih terpejam.

Wanita ini tidak tahu kalau posisi duduknya berada pas di atas pinggul sang suami yang langsung terbangun karena terduduk oleh sang istri tanpa sadar.

Linda merapikan rambutnya dengan menggulung cepat. Ia masih saja duduk di sesuatu yang hangat di antara pahanya.

Hangat?! batin Linda menampar otaknya.

Linda membuka matanya dan melihat ke bawah. Ia ternyata duduk dengan posisi yang bisa membuat pipi wanita gadis menjadi memerah. Karena yang hangat itu berasal dari panas tubuh seseorang. Linda menaikkan arah pandangannya dan menatap sepasang mata coklat sang suami yang sudah membara.

Yogi menatap istrinya seolah lelaki itu mampu melahap Linda sekarang juga. Tubuhnya bergetar, otaknya sudah memikirkan hal yang melenceng semenjak istrinya bangun dan duduk di atas kobra.

"Saya.. saya.." Linda berusaha berkata tapi pinggulnya menggesek tanpa sadar membuat Yogi mengeram. Linda berusaha menghentikan pahanya yang bergetar karena tangan sang suami ternyata sudah berada di sana untuk mengusap naik turun.

"Good afternoon, baby?" tanya Yogi dengan suara serak karena baru bangun tidur.

Linda mengggigil, pahanya bergerak-gerak gelisah karena usapan sang suami juga pengaruh suara serak itu.

"Jangan bergerak terus baby, nanti kobra mengamuk di sarangnya.." lanjut Yogi dengan suara berubah parau.

Linda mematung karena mendengar kata kobra.

"Kobra?" desah Linda sambil jarinya mengusap perut sang suami yang masih berbalut kemeja putih garis-garis hitam masih tanpa sadar.

Pinggul Yogi tersentak ke atas untuk memperingati sang istri, tapi Linda malah nyengir seolah wanita itu baru paham apa itu kobra.

"Jangan bermain denganku baby.." ucap Yogi dengan nada mengancam.

"Bermain..?" ulangi Linda memancing suaminya untuk kesal sambil dengan sadar menggesekkan pinggulnya di pinggul sang suami.

Yogi mengangkat kedua tangannya dan memegang pinggang sang istri untuk tetap di tempat, lelaki itu mengerang.

"Babyyyy...kamu memang mencari gara-gara.." desah Yogi karena gerakan pinggul istrinya tidak mau berhenti.

"Hehehe.." balas Linda sambil mengulurkan tangannya untuk membuka ikat pinggang sang suami.

"Stop sayangku.. Jangan.. no.. no.." tangan Yogi berusaha menarik pergelangan tangan Linda yang sudah dengan sigap melepaskan ikat pinggang dan wanita itu merosot untuk menarik celana panjang kerja Yogi serta meleparkannya ke lantai dengan suara berdenting karena bunyi ujung ikat pinggang tersebut mengenai lantai keramik.

Mata Linda melotot, mulutnya mengangga melihat tubuh keren sang suami yang menantang dengan sombong ke atas.

"Tidak.. jangan baby.. kamu tadi..?" ucapan Yogi terputus karena sang istri sudah menerkam dirinya.

Yogi mengeram sambil mendonggakkan kepalanya ke bantal dengan kuat karena sang istri sudah membuat matanya berputar-putar.

Wanita itu sepertinya sudah melupakan kemarahan yang sempat meluap dari dalam dirinya. Atau wanita ini memang sedang labil karena masa kandungannya yang menyebabkan horman wanitanya kadang melonjak dengan sangat cepat.

Suara Linda yang mengecap membuat Yogi merasa blingsatan. Ia berusaha mengeliat dari pengangan tangan lembut sang istri.

"Tidak mau..!" rengek Linda ketika tangan Yogi berusaha menarik tangannya dari kobra. Mata Linda berkabut ketika melihat mata suaminya yang membara. Ia menyeringai dengan seksi menikmati rasa sang suami yang jantan ini.

Yogi mengerang lagi karena sang istri yang sebulan lalu ia jumpai ini seolah kelaparan dengan dirinya. Ia biasanya memang sangat suka dengan hal ini, tapi istrinya tadi kan tidak enak badan. Kenapa bangun-bangun sudah seperti ini? batin Yogi sambil berteriak karena Linda sepertinya gemas dengan dirinya.

"Baby.. apa yang kamu gigit sih..? Itu kobra sangat berharga sayang... jangan di gigit dong.." seru Yogi sambil menarik leher sang istri untuk menghentikan kegiatan wanita itu dari menggigiti dirinya.

"Mas..?! Saya.. itu.. belum selesai.." ucap Linda berusaha melepaskan lehernya dari pegangan sang suami.

Yogi menyeringai lembut.

"Jangan terburu-buru baby.. apa kamu tidak puyeng lagi?" tanya Yogi sambil mengusap bibir istrinya yang mengkilap memakai jempol.

Linda menggelengkan kepalanya.

"Apa kamu tidak gemetaran lagi?" lanjut Yogi.

Linda kembali menggelengkan kepalanya tapi tangannya yang beraksi menggangu si kobra membuat wanita itu nyengir melihat wajah suaminya yang mengkerut.

"Well..kalau.. begitu.. aku.." Yogi kesulitan untuk berbicara karena ulah tangan sang istri.

"Hehehe.." respon Linda sombong.

Yogi kalap, ia menarik istrinya dan mendorong tubuh Linda ke kasur, Yogi menarik lepas kemejanya sampai kancing-kancing lepas dari tempatnya. Lalu, lelaki itu mulai terburu-buru membuka celana panjang kerja sang istri.

Tangan Linda menarik-narik lengan sang suami berusaha menjangkau lelaki tersebut.

"Tidak baby.. kita gantian.." ucap Yogi sambil melempar celana panjang tersebut seperti cara istrinya yang melemparkan celananya.

Yogi sang suka dengan gaya tubuh istrinya ini. Ini adalah tubuh yang tercipta untuk menggoda dirinya. Lembut, hangat dan mempesona. Ia sudah mulai menundukkan kepalanya untuk memberikan pelajaran berharga pada sang istri supaya jangan terlalu lincah jika sudah berhadapan dengan dirinya jika tidak mau menerima pembalasan yang setimpal bahkan lebih.

"Nah... baby.. waktunya aku minum teh dan menikamati camilan sore.." ucap Yogi dan langsung saja tanpa basa-basi menikamati hidangan sorenya itu.

Linda mendesis, wanita itu menari rambut suaminya yang lebat dan gondrong tersebut. Panjang sih tidak terlalu, tapi lebih panjang dari lelaki pembisnis kebanyakan. Ia menahan kepala sang suami untuk tetap di tempat seharusnya.

Yogi mengeram senang. Ia suka sekali rasa sang istri. Ia percaya ini adalah peningkatan dalam hubungan mereka yang terlihat mau putus. Ia akan membuat sang istri menggelepar sehingga tidak ingat lagi untuk pulang ke rumah kost yang sempit tersebut.

"Apa kamu suka baby..?" tanya Yogi parau.

Linda hanya menjawab dengan gumamam tanpa arti yang di artikan sangat suka oleh Yogi.

"Apa kamu mau yang lain..?" tanya Yogi lagi dengan nada yang menjanjikan semuanya akan terasa seperti main roll coster.

Linda kembali bergumam sambil menarik-narik rambut Yogi.

"Well, kalau begitu aku kasih yang lain ya..?" ucap Yogi sambil mengusap tubuh istrinya menggunakan tangannya dan berlanjut pada jarinya yang lincah untuk mengeksplor kehangatan sang istri.

Linda terdengar mendesis dan terlonjak. Yogi tersenyum sombong di bawah sana, lelaki itu tetap memperlakukan istrinya dengan sangat tepat.

"Tidak.. ?!" desah Linda bingung.

"Tidak..?" tanya Yogi ketika jarinya lepas dari tempatnya.

"Jangan..?!" seru Linda seperti orang linglung.

"Jangan apa baby..?" lanjut Yogi dengan sok bodoh karena sebenarnya lelaki itu sangat paham maksud dari sang istri.

Linda kesal karena jari suaminya menjauh dari tubuhnya.

"Akang jahat..!" ucap Linda sambil berusaha duduk. Tapi, telapak tangan Yogi menekan bahu sang istri supaya tetap berbaring. Yogi merangkak mendekati istrinya, ia menarik pinggul Linda dan membuat dirinya seketika tidak di anggap jahat lagi oleh sang istri.

"Apa aku masih jahat sayang..?" tanya Yogi ketika tubuhnya sudah terbenam di kehangatan Linda.

"Tidakkkkk.." ucap Linda sambil mendongak dan menarik bahu sang suami.

"Kamu yakin..?" lanjut Yogi sambil menarikan pinggulnya dengan pelan membuat mata sang istri berputar.

"Iyaa.." desah Linda sambil mengeliat untuk meminta lebih.

Yogi terkekeh, istrinya ini memang sangat responsif jika tubuh mereka sudah bertemu seperti ini. Mereka seolah tercipta memang untuk menjadi satu kesatuan.

"Kang.. ayolah..?" bisik Linda pada Yogi dengan pelan.

"Ayoo kemana atuh..?" balas Yogi dengan pelan juga.

"Iggghhh.. ayo bergerak dong..!" teriak Linda sambil memukul bahu Yogi.

Yogi tertawa senang dan mulai mematuhi perintah sang istri yang terlihat seperti komandan memerintah bawahannya untuk bergerak, terus, dorong, berputar.

"Sabar baby.. aku mah bukan gerobak sorong.." ujar Yogi pada Linda ketika istrinya meminta dorong.

Linda jadi terkikik geli karena ucapan suaminya ini.

"Aaaahhh.. Akang perusak suasana deh.." ucap Linda sambil menarik pinggang suaminya menggunakan kedua kakinya. Yogi mengeram karena tindakan istrinya itu.

"Aku perusak suasana? Hmm.. baiklah kita mulai lagi ya baby.. kali ini pegangan yang kuat karena gerobak ini akan maju dengan sangat kencang." ujar Yogi sambil menarik kedua lengan sang istri untuk di letakkan di atas kepala wanita itu.

Keduanya bersama-sama merajut kasih di sore yang sekarang sudah berubah menjadi malam. Mereka bersatu untuk sementara.

Setelah mereka melepaskan rasa yang ada di dalam tubuh mereka di kamar milik Yogi itu. Linda beringsut untuk turun.

"Mau kemana kamu baby?" tanya Yogi dengan suara lemas.

"Mau membersihkan diri mas, setelah itu mau pulang." balas Linda kalem dan tenang.

Yogi tersentak bangun mendengar kata pulang.

"Kamu tidak boleh pulang.." balas Yogi sambil berusaha menangkap sang istri yang sudah turun dan mencari pintu kamar mandi.

Linda berjalan cepat dan menghindari pecahan gelas yang ada di lantai. Untungnya pecahan kaca tersebut berada agak jauh dari tempat tidur, tapi Linda tetap waspada. Ia melihat ada pintu di pojok. Pasti itu kamar mandinya batin Linda sambil berlarian karena mau pipis.

"Baby..?!" Yogi berlari juga mengarah ke kamar mandi.

Linda sudah duduk di kolset dan sedang buang air kecil.

"Kang...!! Jangan lihat dong! Saya mah lagi buang air kecil." teriak Linda berusaha menutupi tubuhnya padahal sedari tadi juga sudah tidak memakai apa-apa.

Wajah Yogi marah, lelaki itu mau melontarkan kata-kata lagi tapi ketika melihat istrinya yang duduk di kloset sambil buang air kecil ia tidak jadi untuk berbicara. Ia berbalik dan berjalan menuju pintu untuk mengunci pintu tersebut.

Linda menoleh dan melihat suaminya mengunci pintu. Ia bergegas menyelesaikan urusannya dan melesat ke arah sang suami.

"Kang..! Kang,.. Jangan di kunci... pleasee.. saya mau pulang.." pinta Linda sambil menggapai lengan suaminya yang mengunci pintu. Pintu tersebut mode kuncinya ada di bagian atas.

Tubuh Linda yang tidak terlalu tinggi sekitar 160 cm tidak bisa menggapai kunci yang tingginya pintu sekitar 195 cm itu.

"Tidak baby, kamu tidak bisa pulang hari ini." ujar Yogi pelan.

Linda marah, ia mulai menyerocos pada sang suami.

"Tidak bisa pulang bagaimana? Kang.. saya ada rumah sendiri. Saya tidak mau tinggal di sini mas.. Astaga.. apa kata orang nanti.. Tidak,.. tidak.. kang.. please.. antarkan saya pulang. Kalau mas tidak mau mengantar, aku bisa jalan sendiri." suara Linda terdengar gugup dan resah.

Yogi menarik-narik rambutnya dengan sebal.

"NO..! KAMU TIDAK AKAN PULANG HARI INI..!" ucap Yogi keras.

Linda melotot, ia tidak suka ketika lelaki ini berkata keras padanya.

"Kang.. tolonglah.. besok saya harus kerja. Dan.. dan.. jemuran saya belum di angkat.. itu.. itu..?" Linda kehabisan untuk mencari alasan.

Yogi menggelengkan kepalanya pada Linda. Ia lalu menangkat wanita itu menuju shower.

"Tidak... Tidak mau..! Kang.. saya mau di apain..?!" tanya Linda sambil mengeliat di tubuh depan sang suami.

"MANDI.." jawab Yogi sensi.

"Saya tidak mau mandi.. Saya mau puuuu..." ucapan Linda terputus karena Yogi sudah menghidupkan air dingin dari kran shower dan menyembur di atas kepala istrinya.

Linda gelagapan karena air dingin itu membasahi tubuhnya. Ia memukul-mukul bahu Yogi dengan kuat.

Yogi memegang pinggang sang istir dengan erat, air dingin itu pasti bisa meredakan rasa marah di dalam hati istrinya. Dan benar saja Linda langsung diam seketika.

Linda yang mendingin karena sudah di guyur air dingin. Kepalanya terasa adem sekali. Suaminya membasuh seluruh tubuhnya dengan lembut.

"Nah baby.. apakah kamu sudah tidak marah lagi?" tanya Yogi sambil mengusap-usap perut istrinya yang lembut menggunakan sponge mandi.

"Hmm.. " respon Linda dengan berpegangan pada bahu suaminya karena perutnya terasa geli.

"Baby..?"

"Hmm..?"

"Tolonglah jangan pulang malam ini, besok pagi jam 6 aku antar ya..?"

Yogi membujuk istrinya sambil mengusap terus turun mencari sumber kehangatan sang istri.

Linda terlonjak karena sentuhan itu. Yogi merenggangkan kedua kaki istrinya. Ia mengusap sponge untuk membersihkan kaki sang istri. Yogi merosot untuk membasuh kaki Linda penuh kekhusyukan. Lelaki itu lalu mendonggakkan kepalanya dan nyengir karena istrinya sudah menempel di dinding dengan posisi seksi. Ia menatap tubuh sang istri dengan menelan air ludah. Tangannya menjulur untuk mengusap paha Linda.

"Baby..?" suara Yogi terdengar mendesak.

"Ya..?" balas Linda pusing karena suaminya ini bisa membuat tubuhnya bersenandung.

"Jawab pertanyaan aku tadi..?" ujar Yogi sudah memajukan wajahnya untuk di ucapkan di depan pinggul sang istri.

Linda mengerang, otaknya jadi lamban karena hal itu.

"Jawab yang mana?" tanya Linda sambil menarik rambut suaminya membuat kepala lelaki itu mendongak dari bawah memandang istrinya yang berada di atas.

"Tinggallah malam ini di sini. Ini rumah kamu juga sayang.. Tidak usah khawatir dengan pendapat orang lain. Kamu adalah istriku. Itu tidak bisa mengubah kenyataan. Mereka bisa aku tuntut jika bicara sembarangan." ucap Yogi dengan rambutnya yang di tarik-tarik istrinya.

"Tapi.. tapi..?" Linda mengeleng bingung.

"Tenanglah, aku berjanji tidak akan ada sesuatu yang terjadi pada kamu." lanjut Yogi sambil mengecup sisi dalam paha istrinya dengan mesra.

Tubuh Linda bergetar, hatinya bimbang. Apakah masyarakat akan mencemooh dirinya jika ia menginap di rumah lelaki ini?

"Tidak baby.. tidak usah berpikir terlalu keras.. karena si kobra sudah duluan mengeras." ujar Yogi sambil menarik pinggul istrinya untuk ia puja.

Linda mengerang, ia mendesis ketika suaminya sudah mulai membuat tempat mandi shower ini tidak terasa dingin lagi.

"Deal.. baby?" tanya Yogi sambil terus membujuk istrinya dengan lidahnya yang lihai tersebut.

"Hmm.." respon Linda.

"Hmm.. apa? Tidak jelas sayangku. Ucapkan dengan keras." ujar Yogi memastikan dengan giginya sehingga istrinya berteriak refleks.

"IYA..!" balas Linda kalah.

Yogi terkekeh senang. Ia akan menyenangkan istrinya kali ini. Setelah ini mereka mungkin akan makan malam, jika tidak ada sesi yang lain.

Linda merasa dirinya memang wanita yang tidak bisa menolak permintaan suaminya.

Ia sudah mencoba dengan keras untuk bisa pulang, tapi apa daya mulut suaminya ini ternyata lebih lihai untuk membujuk dirinya tetap di rumah ini, tepatnya di kamar mandi yang sudah bikin kakinya gemetaran.

Yogi sangat bangga atas pencapaian dirinya. Ia tahu pesona dirinya sangat hebat. Kalau dengan cara seperti ini istrinya bisa tetap di rumah ini, ia rela tiap hari bekerja keras membujuk Linda agar tetap menuruti perintahnya.

Kedua pasangan insan tersebut merajut kasih lagi di antara air shower yang menyembur. Masing-masing membuat pasangannya merasakan hal yang sama untuk bisa meraih kebahagiaan dalam kebersamaan tersebut.

***

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 28K 44
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
48K 3.5K 60
Selain membutuhkan pasangan, menikah juga membutuhkan cinta. Namaku adalah Alan Chevalier Hartadi. Laki-laki dua puluh sembilan tahun dengan fisik ya...
306K 16K 43
Clarissa Elvina mahasiswi Arsitektur semester 5 disalah satu Universitas ternama dikota tersebut yang akan memulai kerja praktek. Raka Gandhi Dwitama...
441K 31.9K 30
"What? Coba ulang?" Tanya Cacha masih belum mencerna ucapan Adri sebelumnya. "Ayo kita nikah!" Ujar lelaki bermata cokelat terang itu dengan suara le...