Apology

Door yyohei

38.5K 1.9K 269

Olfy Brinata Stefano dan Akira Yuki adalah musuh bebuyutan, tapi tidak ada yang mengira jika ada cinta yang t... Meer

Prolog
Chapter 1
Chapter 3
Chapter 8
Chapter 18
Chapter 24
Chapter 31
Chapter 33

Chapter 15

1.3K 215 49
Door yyohei

~"Untuk sebait puisi, aku selalu hilang kata."~

***

Dari seberang sana, Yuki terlihat tampil sederhana dengan dress bunga juga topi pantai berwarna biru laut. Rambutnya terbiarkan tergerai sampai punggung kian membuatnya mempesona. Dari sekian banyak, hampir semua menatap Yuki penuh minat. Lima orang laki-laki bersama tiga gadis muda pergi bersama menikmati akhir pekan, Haru yang berinisiatif lalu didukung oleh Hutama. Ia sampai rela meminjam mobil kakak laki-lakinya untuk ini, daerah pesisir yang menyuguhkan pasir, air laut jernih, angin berhembus kencang, serta sensasi ombak yang menerjang. Sudah bosan menikmati udara pegunungan, Nico dan yang lain mengiyakan. Yuki awalnya tidak berminat sama sekali, namun Safa memaksa akibat termakan ucapan busuk Haru. Ditambah lagi kekasih Nico ikut serta, makin banyak pula bujukan yang si Haru sialan lontarkan. Kabar buruknya, Stefan rupanya ikut. Di tengah kediaman, masing-masing tidak ada yang bertegur sapa. Yuki menjauh, Stefan bersikap sama seolah dirinya tidak bersalah.

"Yuki, cepat ganti pakaianmu! Apa kau akan terus seperti itu di sana?" Safa berteriak dari tepian dengan mengenakan pakaian renang yang sopan, sedikit ketat namun tertutup. Sedangkan Claudia kekasih Nico mengenakan bikini berwarna pink, bawahannya hanya hotpans berwarna putih. "Yuki, kau mendengarku?"

"Aku tidak ingin berganti pakaian."

"Loh, kenapa?"

"Ini saja sudah cukup. Lagipula aku tetap di sini, kalian bisa meninggalkanku."

Mendengar itu, Haru mengangkat satu alisnya heran. Semua sudah berganti pakaian dan siap untuk berenang, tapi tindakan Yuki benar-benar sulit dipercaya. Alvin memukul bokong Haru menggunakan pelampung bebek agar dia mau menyingkir, sayang sekali dia tetap tidak mengindahkan. "Ada apa denganmu?"

"Apa?"

"Kita ke sini untuk bersenang-senang bukan?" Benar. "Ayolah, cepat ganti pakaianmu."

Suruh pergi orang itu, baru aku akan berganti baju! Batin Yuki menyuarakan demikian. Hati dan egonya tidak terkontrol secara bersamaan, rasanya sulit menerima keberadaan Stefan. "Tidak, Haruki."

"Mungkin saja dia malu." Sebenarnya ucapan Claudia tidak seratus persen benar, Yuki hanya malas jika berdekatan dengan Stefan. Tahu begini ia memilih di rumah saja, berkali-kali Yuki merutuki Haru. "Biar..."

"Mana mungkin dia malu!" Haru sialan.

"Jika kulitku menghitam, apa kalian mau bertanggung jawab?" Mendengar itu Nico memutar mata bosan, Ia merangkul kekasihnya pergi diikuti Hutama dan Alvin.

"Kau yakin tidak mau ikut?"

"Hn." Tetap tidak.

"Baiklah jika kau benar-benar keras kepala, jangan salahkan kami jika ada laki-laki nakal yang menggodamu nanti."

"Aku akan menghajarnya jika dia berani menggoda." Sedikit terkekeh geli Safa melambaikan tangan sembari mendorong punggung Haru menjauh, mereka berdua lalu hilang di tengah kerumunan. Yuki akhirnya memilih duduk di atas karpet plastik, ditemani angin sepoi yang bertiup.

"HOII JABRIK, KEMARILAH!" Lagi-lagi suara berisik Haru terdengar, dan Stefan yang berada sedikit jauh darinya mengacuhkan.

Omong-omong, semenjak turun dia terus saja diam. Sempat-sempatnya karamel itu menembus batas, Yuki cepat-cepat memalingkan muka tidak peduli. Laki-laki itu berjalan menjauh, Yuki tidak mau tahu lagi. Toh keberadaan Stefan adalaha sebuah ancaman baginya. Mana mungkin setelah kejadian lalu ia dengan mudah melupakan, masih terasa jelas betapa setiap sentuhannya mampu membangkitkan getar aneh. Emosi sekaligus nafsu meluap secara bersamaan. Jika tidak ada logika, mereka berdua pasti telah melakukan. Sekelumit perasaan resah hadir, dan Stefan tiba-tiba berdiri menjulang di depannya dengan membawa dua kelapa muda. Tidak tahu malu, berkali-kali Stefan masa bodoh akan hal itu.

"Kenapa kau tidak bergabung dengan yang lain?"

"Bukan urusanmu!" Masih kentara tak suka.

"Ini." Si lelaki menyodorkan satu kelapa miliknya. "Minumlah."

Sejatinya tidak ada dalih, sekeras apa menepis gejolak itu tetap dahsyat. Yuki masih batu. Stefan hanya ingin gila sejenak dengan membuang satu kelapa muda yang dibelinya tepat di hadapan Yuki. "APA YANG KAU LAKUKAN, BODOH?!"

Satu tindakan saja sukses menarik perhatiannya, tersirat jelas lengkungan senyum penuh arti dari Stefan. "Kau tidak mau meminum ini kan? Ya sudah, ku buang saja."

"Siapa yang tidak mau?" Menggebu-gebu Yuki mengambil paksa satu kelapa muda yang tersisa di tangan Stefan. "Kau pikir mudah mencari uang untuk membeli ini? Ke mana otakmu hah? Idiot! Aku akan meminumnya."

Usai perdebatan sengit itu, Yuki kembali duduk di tempatnya tanpa menyadari kehadiran Stefan. Siapa yang mengira jika keduanya memiliki dinding pembatas amat kokoh, mengesampingkan asumsi mengenai kecocokan yang ada. Rasanya hampir sekarat, namun Yuki terus menolak obat dari Stefan. What about now? Menengadah ke langit biru di atas sana tampak cerah, menembus batas logika terus mereka upayakan. Untuk saat ini, Yuki hanya bisa menahan napas begitu wajah Stefan berjarak beberapa senti dari wajahnya. Ia tengah menyedot air kelapa, Stefan juga sama meski menggunakan sedotan berbeda. Sulit sekali berjauhan, cepat atau lambat Stefan semakin lelah bersembunyi.

Masih di jarak dan ruang ini, satu kata terucap dengan tulus. "Maaf."

***

Mendekati petang, kilau mega semakin memerah. Sepanjang perjalanan, Hutama dan Nico saling bergantian menyetir. Itu karena hanya mereka berdua yang mahir mengemudi, sedangkan lainnya tidak. Yuki menggembuskan napasnya pelan menyadari posisinya menengahi dua laki-laki, padahal di bangku tengah masih tersisa tempat yang lumayan namun dua laki-laki sialan ini memilih berdesak-desakan di belakang bersamanya. Diserang bosan, Yuki mengeluarkan ponselnya dari dalam tas lalu memainkan benda pipih itu. Jarak rumah ke sini cukup jauh, butuh waktu cukup lama di perjalanan. Ditambah lagi ketiadaan sinyal ponsel membuatnya semakin bisan, mau tak mau Yuki akhirnya kembali memasukkan ponsel ke dalam tas.

"She would get down with somebody I know. I guess that's just how it goes. When you break up in a small town. I see our friends and they put on a show. Like they don't want me to know. So they give me the go-around."

"Bisakah kau diam, Haru?" Yang lain banyak yang tertidur, tapi Haru malah bernyanyi dengan kerasnya. Kurang kerjakan sekali, Yuki sampai harus memukul bahunya agar Haru diam.

"Apa masalahmu?"

"Suaramu sangat buruk, diamlah!"

Seketika itu juga Haru menunjukkan wajah bengisnya, berbeda dari Stefan yang lebih banyak diam. Posisinya menyamping menghadap kaca, matanya terpejam meski airphone masih menempel di telinganya. Tiba-tiba muncul rasa ingin tahu, Yuki mengambil satu airphone di telinga Stefan dan ikut mendengarkan. Bukan lagu pada umumnya, ini terdengar seperti ungkapan perasaan terdalam. Hanya berdurasi satu menit, namun terus diputar berulang-ulang. Setiap kalimat yang terdengar, ada getaran halus yang kian menyeruak. Sungguh, Yuki tidak menahu mengenai hatinya. Air matanya langsung jatuh membasahi pipi bersamaan dengan cahaya di barat yang menyilaukan, kemudian siluet laki-laki di sebelahnya menjadi pandangan menakjubkan.

Ada apa?

Mengapa demikian?

Yuki cepat-cepat menghapus air mata yang entah kenapa menetes, membiarkan dirinya terbawa sejenak dalam ilusi. Stefan mencintainya, tapi ia lebih mencintai Log. Sebenarnya ini kisah cinta macam apa?

"Kembalikan! Kau mengganggu saja." Stefan yang merasa terusik segera mengambil paksa airphone miliknya, lalu kembali ke posisi semula. Kewarasannya mendadak terguncang, Yuki enggan berucap dan masih beradu dengan waktu. Kian bergulir cepat, hampir satu setengah jam perjalanan terhabiskan. Betapa Yuki sulit menemukan titik temu, rasanya mustahil sekali. Safa dan yang lain melambaikan tangan begitu Stefan juga Yuki turun dari mobil. Tidak seperti biasanya, Stefan mengangkat satu alisnya heran. "Kau kenapa?"

Bukan sekali dua kali Stefan terabaikan.

"Berikan aku alasan." Ambigu.

"Hah?"

"Berikan aku alasan kenapa kau bisa mencintaiku dengan cara seperti ini."

Berdiri di depan pagar rumah berdua, masing-masing masih menenteng tas ransel. Stefan melirik ke dalam rumahnya sendiri, berharap semoga tidak ada yang melihat ini. "Seharusnya kau tidak perlu menanyakan itu. Kau tahu? Kita terkadang tidak memiliki alasan untuk mencintai."

Sudah berapa kali?

"Sejujurnya hatiku sudah rusak, tapi seluruh sikapmu membuatku semakin berharap."

"Kau salah Stef, kau sendiri yang berasumsi seperti itu. Semakin kau menunjukkan perasaanmu dengan cara seperti ini, kau semakin membuatku sakit." Menyinggung logika. "Kau selalu memperlakukanku seenaknya! Seharusnya kau sadar akan statusmu."

Sekian detik pilu, Stefan menatap jelaga Yuki dilingkupi amarah lalu berbalik menuju pagar rumah. Sikap acuhnya membuat Yuki semakin murka, maka ditariknya paksa tas ransel Stefan hingga dia hampir terjatuh. "Apalagi?"

"Kau selalu seperti ini, cobalah bersikap lebih dewasa."

Sudah cukup! Stefan balas menarik tubuh ramping Yuki ke dalam pelukannya dan membisikkan sesuatu. Disertai gigitan di telinganya, Yuki merasakan gelombang panas yang coba membuat dirinya menggeliat. "Aku mencintaimu, sangat. Tidak peduli kau mencintaiku atau tidak."

Kau aksara, indah yang terucap melalui kata.

"Ting Tong! Selamat datang di rumah." Sial! Ketahuan. Mereka berdua langsung memisahkan diri begitu menyadari kehadiran Saint dan Perth, tawa geli terdengar. "Ibu, Olfy sudah pulang!"

"Bibi Hanami, kak Yuki sudah pulang!" Dua tukang onar ini membuat Stefan ingin mengumpat.

Yuki tidak berkata apa-apa, memilih cepat-cepat masuk ke dalam rumah. Mata tajam Stefan kini terarah pada Saint dan Perth. "Nah, ayo Olfy. Cepat masuk!"

"Kalian..." Mana bisa menahan. "Benar-benar minta dihajar!!"

















To be continue...

28 September 2018

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

188K 17.4K 30
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
382K 31.6K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
4.4K 586 6
Blurring Poster by Afina23 @ posterfanfictiondesign.wordpress.com Disclaimer : Semua cast disini adalah milik Tuhan YME, saya hanya meminjamkannya, s...
7.8K 370 15
Nassar Fahad Ahmad Sungkar Seorang anak pengusaha yang terkenal dingin,cuek,dan judes kepada orang yang baru di kenal tapo sebenarnya dia orang yang...