I'm with You [end]

By sarocham

5.3K 409 14

Ini adalah cerita lanjutan dari oneshoot If you're not the one. Selamat membaca~~ More

Struggle
Happy Ending

Turn Back

2.5K 152 4
By sarocham

Hanya ada perubahan cast saja Irene - Rose. Cerita tak ada yg berubah~~

Selamat membaca
.
.
.


Jisoo POV

Akhir-akhir ini pikiranku selalu tak menentu. Setelah kejadian itu, aku selalu mengingat gadis itu. Entah kenapa ada perasaan aneh kalau ku teringat tentang dirinya. Sebenarnya siapa gadis itu ? Kenapa hanya dia yang tak kutau ? Kenapa dia begitu tau tentang diriku ?, semua pertanyaan itulah yang sedang berkecamuk dalam pikiranku sekarang.

Hari ini aku ada janji dengan Jinyoung, dia mengajakku makan siang. Sebaiknya aku bersiap karena sebentar lagi Jinyoung akan menjemput.

Aku pun berdandan secantik mungkin.

Setelah beberapa saat kemudian, ibuku memanggil.

"Jisoo-aa, Jinyoung sudah datang menjemput" kata ibuku sedikit berteriak.

"Ne, eomma. Aku segera turun" sahutku.

Aku pun segera turun ke bawah.

"Annyeong princess ^^ Apa kau sudah siap ?" tanya Jinyoung.

"Geurae. Kajja!!" ajakku.

Jinyoung menggenggam tanganku lalu kami pun berjalan menuju mobilnya.

"Silahkan, princess" kata Jinyoung seraya membukakan pintu mobil.

"Gomawo^^"

Setelah menutup pintu mobil untukku, dia pun masuk mobil lalu mulai menyalakan mesin mobil.

Sesampainya di restoran favorit kami. Jinyoung selalu memperlakukanku bak seorang putri saja, itu yang selalu membuatku nyaman bersamanya. Kami pun duduk lalu memesan makanan.

"Jinyoung-aa, tau tidak kemaren ada orang aneh tapi sedikit kasihan" kataku membuka pembicaraan.

"Waeyo, jagi ?"

"Dia menghampiriku dan tiba-tiba menyuruhku untuk bernyanyi. Aku tak bisa menolaknya karena sedikit memaksa dengan muka memelas. Dan taukah kau? Dia tau segalanya tentang aku" jelasku panjang lebar.

"Nuguya ?"

"Kalau tidak salah namanya itu Jennie Kim. Hmm apa kau mengenalnya?" tanyaku.

"Mwo ?" kagetnya.

"Waeyo? Kau sepertinya sangat kaget sekali mendengar nama itu"

"Ah a..nni..yo" gugupnya.

Sebenarnya siapa Jennie Kim itu ? Kenapa Jinyoung terlihat kaget mendengarnya.

Jinyoung POV

Aku kaget dengan apa yang di ceritakan Jisoo tadi. Jennie Kim, kenapa orang itu harus muncul lagi ? Kukira dia sudah melupakan Jisoo. Aku memang tidak enak merebut Jisoo darinya, tapi apa daya ini permintaan orang tua Jisoo. Aku tak bisa menolaknya, karena memang aku juga memang menyukai Jisoo. Maaf Jisoo, aku tak menceritakan tentang Jennie.

Jennie POV

Aku terus memperhatikan mereka. Dari rumah Jisoo hingga di restoran ini. Sepertinya Jinyoung memang pantas untuk Jisoo. Dia pria yang baik. Jinyoung memperlakukan Jisoo dengan sepantasnya, aku sepertinya harus mulai melepas Jisoo.

Author POV

Setelah Jisoo dan Jinyoung meninggalkan restoran, mereka memutuskan untuk pergi ke suatu tempat. Mereka pun masuk mobil.

Dalam perjalanan Jinyoung terus saja membuat Jisoo tertawa. Tiba-tiba hp Jinyoung bergetar, Jinyoung yang sedang menyetir pun menjadi terfokus untuk mengambil hp-nya di saku celana. Cukup sulit dia mengambilnya, hingga akhirnya hp-nya terjatuh. Jinyoung berusaha mengambil dengan mata terfokus pada jalanan. Tapi itu cukup sulit, Jinyoung terus berusaha untuk mengambil dengan mengabaikan pandangan ke jalanan.

"Mana sih hp-nya ?" gerutu Jinyoung.

Jisoo yang sudah terlelap pun tak bisa membantu apapun.

Tak lama setelah pencarian yang cukup lama, akhirnya Jinyoung menemukan hp-nya.

"Akhirnya ketemu juga" Jinyoung pun kembali memfokuskan pandangan ke jalanan. Tapi... Setelah di lihatnya, sebuat truk dengan kecepatan tinggi melaju di hadapan mereka. Sontak Jinyoung panik, dia mencoba menghindar. Tapi mobil mereka malah menabrak pohon.

Mobil menabrak pohon dengan sangat keras, mengakibatkan kerusakan yang cukup parah pada bagian depan mobil. Jinyoung mengalami luka yang cukup parah, karena dia terus mengalami pendarahan. Sementara Jisoo terluka kecil di kepala akibat benturan yang di alaminya. Warga setempat yang menyaksikan kecelakaan itu langsung membawa Jisoo dan Jinyoung ke rumah sakit terdekat.

Sayangnya takdir berkata lain, Jinyoung yang mengalami pendarahan yang sangat banyak, ketika mereka sampai di rumah sakit ternyata Jinyoung tak terselamatkan. Jisoo masih belum sadarkan diri. Rumah sakit sudah menghubungi keluarga Jisoo dan Jinyoung.

Tak lama kemudian, keluarga kedua belah pihak pun datang. Keluarga Jinyoung yang mendengar kabar bahwa anaknya meninggal langsung terkejut, apalagi ibunya. Ibu Jinyoung terlihat belum bisa menerimanya. Keluarga Jisoo sama tak percayanya dengan kepergian Jinyoung.

"Tenangkan dirimu, Ny. Park" Ny. Kim mencoba menenangkan.

Ny. Park tak menggubris perkataan Ny. Kim karena dia terus menangis.

"Kenapa secepat ini kau meninggalkan kami, Jinyoung ?" Ucap Ny. Park dalam isakan.

Tuan Park pun memeluk istrinya itu dan mencoba untuk menahan air matanya keluar.

"Sudahlah istriku. Kita harus tabah menerimanya" Tuan Park mencoba menenangkan istrinya.

Jisoo masih belum sadarkan, tapi keadaan baik-baik saja tak ada luka yang cukup serius.

Keesokan harinya.

Setelah dari rumah sakit, jenazah Jinyoung langsung di kebumikan. Isak tangis dari keluarganya masih terasa. Keadaan Ny. Park sangat kacau, dan Tuan Park memutuskan untuk pindah dari Korea. Keluarga Park pindah ke Jepang.

Jisoo belum tau dengan apa yang terjadi dengan dirinya dan kepergian Jinyoung.

Jisoo POV

Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku ada di rumah sakit? Dan kepalaku, rasanya sakit sekali. Kulihat sekeliling ruangan ini, sangat sepi sekali. Kenapa tak ada yang menjagaku kalau aku memang sedang sakit ? Kemana keluargaku ? Haissh lebih baik aku suruh Jennie ke sini saja. Kuambil hp-ku di meja lalu menekan nomor Jennie, karena aku sangat hapal nomornya.

*tut tut tut*

Dan akhirnya di angkat.

Jn : Ji... Jisoo?
Js : Dimana kau, Jen? Aku di rumah sakit dan tak ada seorang pun yang menjagaku. Bisakah kau ke sini?
Jn : Eh ? Tentu saja. Dimana rumah sakitnya ?

Setelah aku memberitahunya dimana rumah sakitnya, pembicaraan kami terputus dan sepertinya dia sedang menuju ke sini.

Jennie POV

Kring Kring

Hp-ku berbunyi.

Kulihat itu panggilan dari Jisoo. Hah ? Jisoo ? Apa ini tak salah ? Dia kan sudah tak ingat tentang aku. Kuangkat saja teleponnya.

"Ji... Jisoo?" kataku terbata.

Dia mengatakan kalau dia sedang di rawat di rumah sakit. Sebenarnya apa yang terjadi dengannya ? Aku harus segera ke sana, Jisoo sudah memberitahu dimana rumah sakitnya.

Segera kuambil kunci motorku lalu kulajukan motorku.

Sesampainya di rumah sakit, aku langsung ke kamar Jisoo di rawat.

Kubuka pintunya. Ternyata benar Jisoo sedang terbaring. Ketika melihat kedatanganku, dia terlihat sangat senang sekali.

"Kemarilah, Jen" suruh Jisoo.

Aku pun menurut dan masuk.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Kau sudah ingat aku? Dan kepalamu, kenapa di perban begini ?" tanyaku khawatir seraya memegang perban di kepalanya.

"Aku juga tak tau apa yang terjadi, Jen. Aku tak ingat apa-apa, yang kuingat hanyalah kau sekarang. Aku juga tak tau kenapa tak ada yang menjagaku" jelasnya.

Aku pun langsung mendekapnya.

"Aku sangat senang sekali, Jisoo-aa. Kau sudah tak lupa lagi denganku" haruku sambil mengelus kepalanya dalam pelukanku.

"Mana mungkin aku melupakanmu, Jen. Aku kan sangat mencintaimu" katanya dalam pelukanku.

Aku pun melepas pelukan.

"Lalu kemana Jinyoung?" tanyaku.

"Eh ? Jinyoung? Siapa dia ?" bingungnya.

"Masa kau tak mengenalnya ?" Jisoo hanya menggelengkan kepalanya.

Apa ? Dia tak mengenal Jinyoung ? Sebenarnya apa yang terjadi dengannya ? Tapi aku senang karena dia sudah mengingatku lagi. Sebaiknya aku bertanya pada dokter yang menangani Jisoo.

"Jisoo-aa, kutinggal sebentar ya. Aku ingin membeli sesuatu" bohongku.

"Ne.. Tapi jangan lama-lama ya"

"Baiklah"

Aku pun meninggalkannya, setelah mengetahui nama dokter yang menanganinya. Aku bertanya pada suster yang ku jumpai.

"Sus, apa anda tau dimana Dr. Choi berada sekarang ?" tanyaku.

"Beliau sedang berada di ruangannya. Anda lurus saja dari sini, nanti akan ada ruangan Dr. Choi" jelasnya.

"Kamsahamnida~" kataku sambil membungkukkan badan.

Kulangkahkan kakiku menuju ruangan Dr. Choi. Setelah terus berjalan, akhirnya aku menemukan ruangan. Kubuka pintunya, ternyata ada seseorang. Sepertinya itu Dr. Choi.

"Annyeong Dr. Choi" sapaku.

"Silahkan masuk" aku pun masuk, lalu duduk.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona.. ?"

"Jennie, panggil saja itu" kataku. "Apa anda yang menangani pasien bernama Kim Jisoo ?" tanyaku langsung.

"Geurae. Anda siapa kalau boleh saya tau ?"

"Emm.. Saya temannya. Kalau boleh saya tau, kenapa di rawat di sini ? Apa yang terjadi dengannya ?"

"Tepatnya kemarin dia bersama kekasihnya mengalami kecelakaan. Dia tak mengalami luka yang begitu keras, hanya saja dia mengalami benturan yang cukup keras di kepala. Sayangnya, kekasihnya tak terselamatkan. Sewaktu di bawa ke rumah sakit, kekasihnya sudah tak bernyawa karena mengalami pendarahan yang cukup banyak" jelas Dr. Choi panjang lebar.

Ah.. Aku mengerti sekarang kenapa Jisoo menjadi seperti ini.

"Apa lelaki itu bernama Park Jinyoung, dok ?"

"Benar"

Tepat sekali apa yang kupikirkan. Jisoo mengalami kecelakaan dan kepala terbentur. Amnesianya selama ini sudah hilang dan ingatan tentang Jinyoung pun menghilang.

"Apa anda tau dimana Jinyoung di makamkan, dok ?"

"Kalau salah di Seoul Funeral"

"Terima kasih, dok atas infonya" kataku membungkukkan badan lalu meninggalkan ruangan itu.

Segera aku kembali ke kamar Jisoo di rawat.

Setelah sampai, langkahku terhenti dan terpaku pada kaca yang ada di pintu kamar. Ada keluarga Jisoo, sebaiknya aku tak boleh masuk. Bisa-bisa aku di omeli mereka, Jisoo tak tau apa-apa dengan apa yang terjadi selama ini. Sebaiknya aku mengiriminya sms agar dia tak mencariku.

To : Jichu ❤️

Mianhae~ aku tak bisa kembali menemanimu. Aku ada urusan mendadak. Jagalah dirimu. Beritahu aku kalau keluargamu sudah ada untuk menemanimu.

Aku pun mengirimkan itu.

Aku langsung ke parkiran. Kulajukan motorku menuju Seoul Funeral.

Sebelum ke sana, aku membeli sebuket bunga terlebih dahulu. Setelah dari toko bunga, aku langsung ke Seoul Funeral.

Setelah sampai, aku melihat rombongan yang akan bubar. Sepertinya pemakamannya sudah berakhir. Ku lihat ada ahjumma yang terus menangis meratapi nisan Jinyoung, sepertinya itu ibunya.

Aku terus memperhatikan mereka. Pasangan ahjumma ahjussi itu terus berada di situ. Ahjussi itu terus mencoba menenangkan istrinya, mungkin. Aku terus menunggu di balik pohon ini sampai mereka pergi. Yang kuketahui Jinyoung itu anak tunggal jadi mungkin ini adalah pukulan terbesar bagi mereka, aku dapat mengerti perasaan mereka.

Akhirnya setelah menunggu hampir 30 menit, mereka pergi juga. Setelah sepi, aku langsung menuju ke makam Jinyoung. Kuletakkan buket bunga yang tadi ku beli dekat nisannya.

"Jinyoung-ssi, terima kasih selama aku tak ada di sampingnya (Jisoo) kau sudah menjaganya dengan baik. Aku sangat menyesalkan kepergianmu ini, aku senang sekarang Jisoo sudah mengingatku lagi. Kau sudah dapat merasakannya, Jisoo itu sangat manja sekali dan kau memperlakukannya seperti seorang putri. Aku senang dengan sikapmu itu, jadi aku tak khawatir saat Jisoo sedang bersamamu. Aku akan menjaganya lagi, percayalah. Sekali lagi terima kasih" tak terasa air mataku keluar. Setelah selesai berbicara dengan 'nisan Jinyoung', aku memutuskan untuk pulang ke apartemenku.

Jisoo POV

Jennie meninggalkanku sekarang tapi untung saja tak lama kemudia ayah, dan Rose datang. Jadi, aku tak merasa sendirian lagi. "Bagaimana keadaanmu, sayang ?" tanya ibuku.

"Aku tak apa-apa hanya saja kepalaku sakit sekali" jelasku seraya memegang kepalaku.

"Yasudah lebih baik kau banyak istirahat saja, Jisoo-aa" saran Rose.

"Sebenarnya apa yang terjadi padaku, appa ?" tanyaku pada ayah.

"Kau tak ingat, anakku ?"

"Ne.. Aku tak ingat apa-apa"

"Kau kecelakaan bersama Jinyoung"

"Siapa itu Jinyoung? Aku tak mengenalnya"

Kenapa daritadi orang berbicara tentang Jinyoung? Sebenarnya siapa dia ? Kenapa aku bisa kecelakaan bersamanya ?, semua pertanyaan itu terus ada dalam pikiranku sekarang.

"Jinyoung itu kan namjachingumu, Jisoo-aa" jelas Rose.

Mwo ? Jinyoung adalah pacarku ? Pacarku kan Jennie. Kenapa bisa jadi seperti ini ? Aku tak mengerti apa yang terjadi sebenarnya. Haissh.. Kenapa dengan kepalaku ini ? Sangat sakit sekali. Aku terus memegangi kepalaku dengan kedua tanganku. Penglihatanku mulai kabur dan semuanya menjadi gelap.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 186K 34
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
2M 19.4K 25
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
27.8M 2.5M 70
Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga. Cowo...
2.6K 341 9
Original by : Sitkom Tetangga masa gitu? The Series