Un Perfect Wedding #CIA-1

Par larasatikinan960

343K 9.2K 363

Warning 18+ Plus

PERINGATAN
Prolog
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fiveteen

Ten

6.3K 463 17
Par larasatikinan960

Arin meringkuk di halte bus, tubuhnya sudah sangat menggigil dan tampaknya tak ada tanda tanda bus akan datang. Ia berusaha bangun darin duduknya dan memutuskan untuk berjalan kaki.

"Ah!" Ia terjatuh karena licinnya salju di jalanan dan angin berhembus begitu kencang.

Ia berusaha keras berjalan melawan badai itu walau rasanya begitu sulit dan berat.

Hingga lampu sorot mobil membuatnya menghentikan langkah kakinya dan sedikit memicingkan matanya karena sorot lampu itu. Mobil sport itu berhenti tepat di depannya dan seseorang turun dari dalam mobil.

"Arin? Ini benar kau?" Seruan itu membuatnya membuka matanya dan menatap sosok tinggi itu.

"Jason?" Gumamnya.

"Ayo naik, disini sedang terjadi badai." Ucap Jason.

Belum sempat mengiyakan atau menolak, tubuh Arin luruh dan jatuh ke dalam pelukan Jason.

"Arin!"

"Badannya sangat dingin," ucapnya segera membopong tubuh Arin dan menaikkannya ke dalam mobil.

***

"Kalian semua bodoh! Bagaimana bisa kalian tak bisa menemukan satu orang perempuan!" Amuk Ethan pada semua anak buahnya.

"Sial!" Ia menendang kursu tak jauh darinya. "Dimana kau Arin!"

Di sisi lain Arin terbaring kaku di ruang rawat rumah sakit. Dia terkena hipotermia, dan keadaannya cukup kritis.

Jason dengan setia menunggunya di luar  ruangan rawat. Tak lama Dokter keluar dari ruang pemeriksaan membuat Jason beranjak dari duduknya dan menghampiri Dokter.

"Bagaimana?"

"Keadaannya sudah mulai membaik," ucap Dokter pergi meninggalkan Jason.

Jason berjalan memasuki ruangan Arin dan terlihat Arin terkulai lemas di atas blangkar. Jason duduk di kursi yang ada di sisi blangkar seraya menggenggam tangan Arin.

"Kenapa aku merasa kamu tidak bahagia dengan pernikahanmu itu," gumam Jason.

Sejak saat dirinya bertemu Arin di kampus, ia sudah jatuh cinta pada Arin. Tetapi Arin tak pernah sedikitpun menyadarinya dan melihat pada dirinya.

***
"Kau sudah menemukannya?" tanya Vallen saat sampai di penthouse Ethan.

Vallen melihat Ethan kacau, wajahnya tampak kusut, rambutnya acak-acakan bahkan dia masih memakai jas yang kemarin ia gunakan.

"Kau mengkhawatirkan keadaannya atau mengkhawatirkan dia memilih kembali pada Ayahnya?" tanya Vallen yang mengambil duduk di depan Ethan.

"Aku tidak tau dia kemana," gumam Ethan mengusap wajahnya. "Aku masih sangat mencintainya, tetapi aku juga membencinya."

Vallen masih diam mendengarkan penuturan Ethan yang tampak dilema?

"Kenapa tidak kau jadikan dia pengecualian, Ethan. Bukankah cinta butuh pengorbanan?" Ucap Vallen.

"Pengecualian apa?" Pertanyaan seseorang serempak membuat mereka berdua menoleh, tak jauh dari pintu lift, Rachel berdiri dengan tas miliknya.

"Bukan apa-apa, ini hanya masalah pekerjaan," ucap Ethan.

"Benarkah begitu?" Tanya Rachel tak percaya.

"Iya Rachel, kau ini kepo sekali," ucap Vallen yang di jawab dengan dengusan oleh Rachel.

"Baiklah, Ethan, dimana Arin?" Tanya Rachel membuat Ethan membeku di tempatnya.

"Arin sedang keluar," ucap Vallen mewakilkan Ethan.

"Ah bagaimana bisa dia keluar sedangkan dia tau aku akan pulang sekarang," gerutu Rachel.

"Sebaiknya kau pergi ke kamarmu, dan beristirahat," ucap Ethan.

"Baiklah."

***

Arin terbangun dari tidurnya, ia menatap sekelilingnya. Ia tak mengenali tempat itu.

"Kau sudah siuman? Syukurlah," seruan itu membuatnya menoleh ke sumber suara.

"Jason?" Ucapnya.

"Bagaimana keadaanmu? Sejak semalam kau tak sadarkan diri," seru Jason.

"Aku merasa lebih baik," ucap Arin. "Ini jam berapa? Aku harus segera pulang." Arin berusaha bangun dan melepaskan jarum infusnya.

"Tidak Arin, keadaanmu masih belum fit." Jason menahan Arin yang hendak menuruni blangkar.

"Aku sudah merasa lebih baik, biarkan aku pergi."

"Tapi Arin-"

"Aku mohon Jason, sejak semalam aku pergi. Aku takut Ethan mencariku," ucap Arin.

"Baiklah, tetapi aku akan mengantarmu."

***

"Selamat siang semuanya," seru Marvel di dalam ruang CIA.

"Siang," semuanya menjawab dengan kompak.

"Kita sudah berhasil menangkap kaki tangan dari Baron, tak akan lama lagi kita akan menemukan keberadaan Luis dan Jeff." Ethan semakin mengepal kuat mendengar nama Jeff.

Dia ingin segera mengakhiri segalanya dan juga dendamnya.

"Dan satu lagi, kita akan mendapatkan tambahan personil dalam team kita," ucap Marvel.

"Untuk Apalagi, bukankah ini sudah cukup," seru Tom.

"Jangan terlalu banyak orang, bikin pusing yang ada," seru James.

"Kita membutuhkan seorang wanita dalam team kita," ucap Marvel.

"Wew ladys? Ah bilang dong daritadi, kita memang membutuhkan asupan buat cuci mata," seru James diiringi senyuman khasnya.

"Silahkan masuk," panggil Marvel.

Tak lama masuklah seorang wanita cantik dengan pakaian serba hitam logo CIA, ia tersenyum kepada semua orang yang ada di sana.

"Yuri Ha?" Seru James.

"Hai apa kabar semuanya," ucap Yuri diiringi senyumannya yang indah.

"Kau semakin cantik saja," seru Raymond.

Yuri hanya menanggapinya dengan senyuman simpul. Tatapannya tertuju pada Ethan yang tampak acuh tak acuh.

***
"Arin?" Seru Rachel saat ia melihat Arin datang.

"Rachel? Kau pulang?" Seru Arin tampak senang dan langsung memeluj Rachel yang juga senang bertemu Arin.

"Aku rindu kamu, tau!" Ucap Arin.

"Kau sudah menikah juga," ejek Rachel. "Ayo ke kamarku, banyak hal yang harus kau ceritakan." Rachel menarik pergelangan tangan Arin dan membawanya duduk di atas ranjangnya.

"Jadi bagaimana malam pertama kalian?" Tanya Rachel tampak begitu penasaran.

"Setelah lama tak bertemu, itu hal pertama yang kau tanyakan? Tidak adakah pertanyaan mengenai kabarku," ucap Arin.

"Itu tidak perlu, karena aku tau di saat kamu dan Ethan bersama, keadaan kalian akan sangat baik," kekeh Rachel yang di jawab senyuman kecil Arin.

"Jadi bagaimana malam pertama kalian?" Tanya Rachel.

Arin termangu di tempatnya saat mengingat malam pertama mereka yang jauh dari kata romantis dan mesra. Yang ada hanya luka membekas dan entah akan terobati atau tidak.

"Bagaimana? Ayo ceritakan," Rachel tampak tak sabar mendengar cerita dari Arin.

"Itu sangat terkesan dan tak akan pernah terlupakan," ucap Arin diiringi senyuman kecilnya.

"Sudah aku bayangkan, kau dan Ethan akan bahagia. Aku ikut bahagia melihat kalian bersama. Satu Kakakku dan satu lagi sahabatku yang kini menjadi Kakak iparku," kekeh Rachel.

'Akankah kau tetap menganggapku sahabat saat mengetahui kenyataan siapa aku? Bahkan pria yang berkata cinta padaku kini membenciku, akankah kau juga, Rachel? Apakah aku akan kehilanganmu juga seperti aku kehilangan Ethan.' Batin Arin.

"Kau melamun?" Seru Rachell menyadarkan Arin dari lamunannya.

"Ah, kenapa Hel?" Tanya Arin.

"Ayo kita buat acara makan malam.bersama untuk menyambutmu di keluarga kami," kekeh Rachel.

"Emm, apakah harus?" tanya Arin.

"Itu harus dong, kita buat acara makan malam saja di sini dan kita undang team Marvel, bagaimana?" Usul Rachel.

"Apa Ethan-"

"Masalah dia sih gampang, kamu rayu dikit aja pasti mau dia," kekeh Rachel tanpa menyadari rasa canggung dari Arinka.

"Rachel," panggilan itu membuat Rachel berteriak dan menyuruh Ethan masuk.

"Rachel, aku akan pergi-" ucapan Ethan terhenti saat melihat keberadaan Arin. Cukup lama mereka berdua beradu tatapan.

"Kau sudah pulang," seru Ethan kembali datar.

"Iya," jawab Arin.

"Ethan, aku ingin mengadakan acara makan malam untuk keberadaan Arin di keluarga kita. Ayo kita memasak bersama dan undang semua teman kamu dari team Marvel," seru Rachel tampak begitu antusias.

"Haruskah itu?" Tanya Ethan tampak enggan.

"Iya harus, bukankah kita selalu merayakannya," ucap Rachel.

"Eh tunggu, kenapa kamu diam saja Arin? Biasanya kamu lebih gencar merayu Ethan daripada aku," seru Rachel sedikit curiga dengan mereka berdua.

"Rachel, aku sedang tak enak badan," ucap Arin mencari alasan.

"Baiklah Rachel, kau atur saja acaranya," ucap Ethan menatap tajam ke arah Arin yang diam saja menatapnya.

"Asyik!"

"Kalau begitu aku pergi dulu, ada yang harus aku selesaikan," ucap Ethan beranjak pergi.

"Eh tunggu Ethan!" Tahan Rachel.

"Ada apa?" tanya Ethan.

"Biasanya kau mencium Arin sebelum pergi, kenap sekarang kalian tampak malu-malu? Saat pacaran saja seakan tak tau malu mengumbar kemesraan dimanapun," ucap Rachel.

Ethan menatap Arin yang kini memalingkan wajahnya. Ethan melangkah kakinya mendekati Arin yang masih duduk di sisi ranjang.

"Aku pergi," ucap Ethan dengan nada datar dan mengecup pipi Arin tepat di sisi bibirnya supaya Rachel menyangka Ethan mengecup bibir Arin.

"Hati-hati," jawab Arin.

Ethan berlalu pergi seraya mengusap kepala Rachel sebelum benar-benar berlalu pergi.

"Apa kalian ada masalah?" tanya Rachel.

"Eh?"

"Tidak biasanya kau menjadi sangat pendiam dan Ethan juga terlihat dingin."

"Tidak ada apa-apa, Ethan hanya sedang di pusingkan oleh pekerjaannya. Sudahlah tidak usah kau pikirkan," ucap Rachel.

"Oke! Baiklah sekarang ayo kita putuskan menu apa yang akan kita masak untuk makan malam." Rachel kembali duduk di samping Arin.

"Oke," jawab Arin tersenyum kecil dan kembali menoleh ke ambang pintu dimana Ethan pergi.

***
Tbc
09-09-18

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

6.5K 443 14
Menikah tanpa cinta itu memang menyakitkan, tapi taukah kamu, apa yang lebih menyakitkan dari itu? "Pura-pura dicintai setelah menikah". Itu yang dia...
15K 2.1K 43
"Aku hanya membutuhkanmu menghamiliku, setelahnya, kau bisa menceraikan aku. Mudah, bukan?" Aurea Zivar ingin Kin percaya kalau gadis itu hanya mengi...
695K 70K 33
Pernikahan Rhea dan Starky hanya berlangsung selama tiga tahun. Meskipun mereka telah dikaruniai seorang putra, ternyata Starky belum juga bisa usai...
400 50 6
"Kami di sini hidup dalam kebenaran yang selalu dipandang sebagai kebohongan terbesar. Selalu hidup dibalik kebutaan dunia dari segala kenyataan yang...