Better (KSS) ✔

By chrisicha

145K 16.7K 1.5K

Mengisahkan tentang seorang mahasiswi magang dan seorang atlet badminton. Kevin Sanjaya Sukamuljo adalah atle... More

Chapter 01 : Aneh
Chapter 02 : Gelisah
Chapter 03 : Insiden
Chapter 04 : Id Card
Chapter 05 : Permainan
Chapter 06 : Lolipop
Chapter 08 : Luka
Chapter 09 : Mengobrol
Chapter 10 : Keberangkatan
Chapter 11 : Bersama
Chapter 12 : Persiapan
Chapter 13 : Kekalahan
Chapter 14 : Pingsan
Chapter 15 : Seenaknya
Chapter 16 : Gatal
Chapter 17 : Kenyataan
Chapter 18 : Sederhana
Chapter 19 : Cerita
Chapter 20 : Bicara
Chapter 21 : Sabar
Chapter 22 : Hujan
Chapter 23 : Bantuan
Chapter 24 : Keputusan
Chapter 25 : Tentang
Chapter 26 : Restu
Chapter 27 : Pengakuan
Chapter 28 : Rencana
Chapter 29 : Kejutan
Chapter 30 : Apartemen
Chapter 31 : Sikap
Chapter 32 : Kesempatan?
Chapter 33 : Berdebat
Chapter 34 : Pagi
Chapter 35 : Kepastian
Chapter 36 : Ganjal
Chapter 37 : Kemenangan
Chapter 38 : Bahagia
Chapter 39 : Kencan
Chapter 40 : Tengil
Chapter 41 : Bersaing
Chapter 42 : Jepang
Chapter 43 : Sarapan
Chapter 44 : Senja
Chapter 45 : Rusak
Chapter 46 : Mengingat
Chapter 47 : Jauh
Chapter 48 : Jangan
Chapter 49 : Penjelasan
Chapter 50 : Bangun
Chapter 51 : Sebaiknya
Chapter 52 : Nasihat
Chapter 53 : Berakhir
Chapter 54 : Bonus
NEW WORK!!!

Chapter 07 : Perdebatan

3.1K 356 17
By chrisicha

Hari ini sangat melelahkan, tapi Nina tidak merasa terlalu buruk karena ia sudah bisa berbaur dengan nyaris semua orang di lingkungan kerjanya. Dia bahkan membantu Fajar mengumpulkan shuttlecock yang bertebaran. Lagi-lagi Fajar yang membereskan, itu yang dikeluhkan Fajar padanya siang ini.

Nina mengambil dokumentasi latihan lagi untuk diabadikan di galeri website. Itu karena pertandingan yang akan mereka hadapi selanjutnya adalah pertandingan yang cukup bergengsi. Nina menyelesaikan tugas dokumentasinya tepat ketika jam pulang kerja.

Hal ke sekian yang membuat Senin ini terasa membahagiakan adalah kabar dari dosen yang tidak bisa masuk. Berarti untuk hari ini Nina bisa senang-senang di rumah, mengurung diri di balik selimut, dan makan malam bersama keluarganya.

"Gue nggak suka."

Nina mendongak ketika mengambil shuttlecock terakhir di hadapannya, suara yang memekakakn telinga itu asalnya dari Kevin yang dari tadi duduk memerhatikannya membantu Fajar.

"Apa?"

Kevin turun dari kursi dan jongkok di depan Nina. Tangannya dilipat di atas lutut. "Gue nggak suka lo terlalu deket sama Fajar."

Sejenak, Nina tidak memahami. "Maksudnya apa sih?"

Kevin merutuki dirinya sendiri, baru sadar kalau kalimatnya ambigu. "Maksud gue, tugas lo di sini bukan beres-beres gini, tapi kerja di kantor dan ngurusin yang lain. Ini urusan kami para atlet. Dan jangan terlalu deket sama Fajar, dia kan juga perlu fokus pertandingan."

Nina mengulum senyum. "Lo ngigau deh kayaknya. Suka-suka gue dong, jangan sok ngatur. Lagian ini udah di luar jam kerja gue, jadi ya terserah gue mau ngapain aja."

"Gue serius. Jangan kerjain sesuatu yang bukan kerjaan lo dan jangan terlalu deket sama Fajar, kalau lo ngerusak konsentrasinya, dia bisa aja kalah di kualifikasi pertama. Sebaiknya lo harus tau batas lo."

"Lo yang harus tau batas, Vin!" Nina berdiri melepaskan shuttlecock yang sudah ia kumpulkan.

Kevin ikut berdiri dengan cepat menoleh ke sekitar, masih ada beberapa orang ternyata. "Suara lo kecilin dikit, kenapa."

Masa bodoh dengan suaranya yang mengundang perhatian. "Lo nggak bisa ngelarang gue buat akrab sama siapapun, lagi pula dia baik. Gue bisa pastiin kalau gue nggak akan ngerusak konsentrasinya!"

Nina langsung berjalan pergi tanpa peduli dengan shuttlecock itu lagi. Kevin buru-buru mengikuti perempuan itu menyelesaikan pembicaraan yang menurutnya belum selesai.

Kevin menahan tangan gadis itu. Nina melayangkan tatapan protes, tapi Kevin membalas dengan tatapan yang lebih tajam. "Gue serius, lo sama Fajar nggak boleh terlalu deket."

Sungguh tidak habis pikir. Nina menyentak tangan dengan cukup kasar. "Lo ini bener-bener keterlaluan. Kenapa lo harus atur-atur hidup orang sementara hidup lo sendiri belum tentu beres."

"Nin, lo punya kepribadian ganda, ya?" tanya Kevin di luar topik pembicaraan mereka.

"Apa maksud lo?!" tanya Nina makin nyolot.

Dengan wajah polos itu, Kevin memberikan jawaban. "Lo bisa baik sama Fajar dan yang lainnya, tapi lo jutek dan galak di depan gue. Apa lagi penyebabnya kalau bukan lo punya kepribadian ganda."

Nina tertawa pelan terkesan meremehkan mendengar pertanyaan itu. "Apa lo masih belum sadar kalau gue bener-bener benci sama lo?" tanyanya santai.

"Iya gue tau." Kevin menganggukkan kepala, keringat jatuh dari dagunya. "Makanya, kasih tau gue apa yang bikin lo benci sama gue."

"Pikir aja sendiri."

Kevin gemas sekali, tapi ia coba menahan diri. Setelahnya, Kevin kembali lagi ke gelanggang dan membereskan apa yang belum beres di sana.

*****

Nina masih berusaha menjernihkan pikirannya ketika duduk sendiri di sebuah teras minimarket dekat pelatnas. Perdebatannya dengan Kevin tentang Fajar sebenarnya bukan hal yang pantas dipikirkan, tapi entah kenapa Nina merasa sikap Kevin jadi aneh.

Kenapa harus begitu?

Kenapa dia terlalu khawatir Nina merusak konsentrasi Fajar?

Hey, Nina tidak ada pikiran sama sekali untuk menggoda Fajar atau siapapun lelaki di dalam pelatnas. Lagi pula otak Nina masih belum kuat memikirkan laki-laki yang mungkin akan menjadi kekasihnya nanti.

"Kak Nina?"

Sadar dipanggil, Nina mengangkat kepala. Ia menemukan sosok perempuan dengan jaket abu-abu dan rambut dikuncir ke belakang.

"Hai, Gre."

Gre duduk di depan Nina. Ia datang karena tahu perdebatan Nina dan Kevin. Tadinya Gre mau bertanya besok saja tapi ternyata malah bertemu di sini. Nina dan Gre bisa disebut sebagai sahabat karena mereka sudah lumayan dekat dan tidak ragu bercerita satu sama lain. Kemarin saja Gre curhat panjang lebar pada Nina ketika berada di Bogor kemarin.

"Kok belum pulang?"tanya Gre.

"Lagi nggak konsen nyetir, daripada nabrak, mending di sini dulu sampai pikiran gue jernih," jelas Nina singkat sambil mengaduk mie gelas yang tersisa setengah.

"Gue mau tanya soal perdebatan lo sama Kevin tadi, Kak."

Nina menaikkan sebelah alis. "Kenapa lo mau tau?"

"Ah maaf kalau tersinggung. Gue cuma mau denger, siapa tau bisa ngasih solusi juga. Kita kan temen, jadi udah sepatutnya kita saling membantu." Gre berniat baik untuk membantunya, tetapi entah kenapa Nina masih sangat ragu menceritakan yang terjadi sebenarnya.

"Oh gitu. Gue sama Kevin tadi cuma salah paham aja kok, gue terlalu tersinggung sama jahilnya dia," jawab Nina tersenyum simpul. Dia mengambil jawaban itu bukan karena dia ingin berbohong tapi agar tidak ada pertanyaan lainnya.

Setiap orang sudah tahu Kevin jahil sekali dan kadang membuat orang jadi naik pitam. Jadi, alasan yang Nina berikan cukup masuk akal.

Gre mengangguk memahami jawaban itu. "Kalau ada sesuatu, gue mau dengerin lo, Kak. Beban kan akan lebih ringan kalau dipikul bersama."

"Pasti. Tapi maaf kalau untuk sekarang emang nggak ada yang perlu gue ceritain."

"Iya. Ya udah kalau gitu gue belanja dulu ya, kalau lo mau pulang, hati-hati."

"Makasih."

Tersentuh rasanya hati ini. Dia tidak sangka kalau Gre ternyata sangat baik. Rugi sekali orang yang nantinya menyia-nyiakan Gre. Gadis seperti Gre sudah sepantasnya disayang dan dimanjakan.

*****

Langit sudah menjadi gelap, tapi Kevin tidak kembali ke kamarnya. Dia tetap berada di gelanggang latihan dan merebahkan tubuhnya di salah satu lapangan. Pikirannya kacau karena perdebatan dengan Nina tadi.

Kevin tidak tahu maksud dari apa yang dia katakan. Dia pun bingung kenapa bisa mengatakan sesuatu yang seperti itu. Seolah menggambarkan kecemburuan. Kevin tidak cemburu sama sekali dengan kedekatan Nina dan Fajar, sungguh.

Hanya saja sedikit terbebani. Sekali lagi itu karena perbedaan sikap Nina padanya dengan orang lain.

Sebenarnya salah Kevin itu apa?

"Vin, ngapain masih di sini?"

Suara yang sudah tidak asing itu membuat Kevin sedikit mengangkat tubuhnya. Marcus berjalan mendekat, di tangan kanannya membawa ponsel, dan di tangan kiri membawa tempat minum.

Kevin tahu adegan ini, Marcus meninggalkan tempat minumnya lagi seperti yang sudah-sudah.

"Oh, cuma lagi gabut aja, Ko," jawab Kevin, duduk.

"Lagi banyak pikiran kayaknya. Ada masalah, lo?"

Kevin menggelengkan kepala. Mereka berdua memang partner dalam lapangan tapi di luar lapangan mereka tidak pernah saling curhat. Kevin lebih sering curhat ke Rian yang notabene teman sekamarnya. Lagi pula, Rian orangnya pendiam, jadi sudah bisa dijamin rahasianya tidak akan bocor.

Eh, tapi itu bukan berarti Kevin tidak percaya Marcus bisa menjaga rahasia. Hanya saja dibutuhkan kenyamanan dalam sesi curhat.

"Nggak ada apa-apa, Ko, seriusan." Kevin tersenyum meski senyumannya dipaksakan.

"Hmm ini sih lo lagi nggak jujur sama gue." Tepat sasaran, Marcus bisa membaca kebohongan dari gerak-gerik yang Kevin tunjukkan. "Apapun masalah lo, jangan sampai itu kebawa sampai pertandingan. Pertandingan udah seminggu lagi."

Kevin mengangguk. "Iya Ko."

"Ya udah, buruan balik sana, belum mandi ini pasti." Marcus berdiri lantas pergi meninggalkan gelanggang sambil menempelkan ponsel ke telinga.

Jadi, dari tadi Marcus dalam sesi teleponan dengan istrinya tapi tetap menghampiri Kevin yang sedang gundah gulana. Marcus sweet juga jadi teman sekaligus kakak.

Kevin berjalan dengan langkah gontai kembali ke asrama. Membawa tas peralatan di pundak kanan. Cowok itu sesekali menjawab sapaan dari teman-teman pratama atau teman yang lainnya. Ia juga menyapa pelatih yang berpapasan dengannya.

Kebetulan membawanya berpapasan dengan Fajar yang keluar dari kamar. Fajar bersikap seperti biasa menyapa Kevin, tapi jawaban Kevin yang tidak seperti biasanya.

"Vin, baru balik lo?" tanya Fajar basa-basi.

Kevin tersenyum miring singkat dan mengangguk.

"Bad mood? Jawabannya nggak biasa amat."

"Gue ngantuk," jawab Kevin singkat lantas masuk ke dalam kamarnya yang tidak jauh dari kamar Fajar.

Karena Fajar merasa semuanya baik-baik saja, dia bersikap acuh tak acuh lantas pergi ke tempat tujuannya. Sementara Kevin di kamar, duduk di bibir tempat tidur sambil berpikir.

Ada apa sama gue hari ini?

*****

Post : Sabtu, 29 September 2018

Repost : Sidoarjo, 18 Maret 2021

-Icha-

Continue Reading

You'll Also Like

190K 10.3K 26
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesenga...
45K 2.8K 24
Semua berawal dari halu -Zita Prasetya . Semua berawal dari penasaran -Asnawi Mangkualam Bahar . Tapi siapa yang tau jika Halu dan rasa penasaran jik...
167K 12.7K 65
⚠️REAL FIKSI, SEMUA YANG ADA DICERITA HANYALAH KHAYALAN PENULIS⚠️ Menjadi anak bungsu konglomerat membuat Alesha mendapatkan apa yang dia inginkan, m...
380 77 36
kisah seorang isteri yang sangat Sholehah menjaga marwah keluarga dengan baik dan wanita yang sangat cantik namun sayang Akibat kecelakaan itu sakina...