GURU NGAJI ANTO [ON GOING]

Oleh jsztet

238K 5.3K 398

#1 MenxMen [8/8/2018] Berkisah tentang Anto yang sedang berusaha menjauhi dunia pelangi yang selama ini membu... Lebih Banyak

1; Kerinduan Ustadz Malik
2; Rahasia Ustadz Gofur
3; Dosa Anto
4; Hari Baru di Pesantren
5; Tampannya Ustadz Malik
7; Tergoda oleh Aji
8; Sebuah Malam

6; Namanya Gofur Ternyata

17.9K 520 20
Oleh jsztet

Suasana kelas Anto semula tenang dan damai. Berbagai ayat Al-Quran dibacakan oleh ustadz yang mengajar di depan sana, begitu juga dengan artian serta wejangan yang di dapat dari ayat tersebut. Ayat-ayat suci yang sarat akan makna kehidupan yang dalam dan juga kewajiban yang harus ditaati oleh umat rasullah. Suara beliau sangatlah merdu dan menyayat-nyayat hati, sampai membuat hati Anto tersayat-sayat walau hanya dengan mendengarnya. Ayat yang paling disukai Anto pada pelajarannya kali ini adalah surat Al-Ahqaf ayat 15, yang berpesan tentang syukur dan melakukan amal baik.

Walaupun hidupnya bukanlah berada di jalan Allah. Anto tetaplah manusia biasa yang mengakui bahwa dosanya ini sangatlah besar dan tidak terampuni. Baginya, dia tidak mengharapkan surga, neraka mungkin tempat yang sangat pantas  untuknya dan dia juga menyadari dan menerima hal itu. Tetapi yang tidak dia inginkan adalah Abah dan Bundanya yang nantinya juga terseret ke neraka karena dosanya ini.

Tak pernah sekalipun dia meminta untuk diberikan cobaan seberat ini, tetapi takdir sudah menetapkannya demikian dan membuat dia hanya bisa tabah sembari memberikan yang terbaik memohon ridhanya. Anto tak pernah sekalipun berdoa kepada Allah agar Allah mengampuni dosanya, namun dia selalu berdoa untuk keselamatan Abah dan Bundanya kelak di akhirat nanti. Agar mereka dapat lolos dari kekangan dosa anak mereka yang tak terampuni ini.

"Ya Allah, hamba sadar akan dosa-dosa hamba yang tak terampuni ini. Hamba mengerti bahwa dosa hamba ini akan menyeret hamba ke nereka jahanammu, tetapi hambamu yang paling berdosa ini hanya meminta satu hal kepadamu ya allah. Ampunilah kedua orang tua hamba, ampuni mereka dari siksa api neraka yang menanti mereka di akhirat nanti. Cukup hamba saja yang disiksa di akhirat nanti, jangan mereka, mereka tidak salah ya allah. Hamba mohon dengarkanlah doa hamba-mu Ya Allah, dengarkan ratapan umatmu yang hanya menginginkan keselamatan orang tuanya di dunia dan di akhirat, Amin Ya Rabbal Allamin" doanya sambil berisak tangis.

Suasana lantas langsung berubah terbalik ketika pelajaran mereka usai. Tiba-tiba semua anak grasak-grusuk membereskan barang-barang mereka untuk langsung pergi dari kelas. Begitu juga dengan Aji yang sekarang sudah membereskan barang-barangnya dengan sangat cepat, seperti sedang dikejar hantu belau saja dia, pikir Anto.

"Kenapa kalian terburu seperti itu?" tanya Anto kepada Aji.

"Astaga. Aku lupa memberitahukanmu. Ustadz yang akan mengajari kita habis pelajaran ini sangatlah ganas dalam mengajari muridnya. Jika kita telat sedikit saja datang ke kelasnya, maka bisa-bisa kita dirotan olehnya" ucap Aji kepada Anto.

"Benarkah yang kau bilang itu?" tanya Anto sambil langsung membereskan barang-barangnya juga. Dia yang langsung panik kemudian dengan asal membereskan barang dan langsung dimasukkan ke dalam tasnya.

"Sial sekali, tak biasanya ustadz Maulana memperpanjang doanya. Dan akhirnya, kita juga yang akan kena getah" ucap Anto kemudian.

Mereka berdua langsung berlari meninggalkan kelas mereka untuk menuju kelas mereka berikutnya. Aji yang menuntun mereka berlari, sedangkan Anto hanya bisa mengekor dari belakang lantaran memang dia tidak tau letak kelasnya dimana. Dengan gesit, Aji berlari bersama dengan tasnya yang sudah berbunyi 'jingrag-jingrag' sebab barang-barang yang beradu di dalam tasnya.

Dan ketika mereka sampai ke depan kelas mereka berikutnya, tampak beberapa anak sudah berbaris di depan kelas tersebut sambil menunduk ketakutan. Tampak olehnya juga seorang ustadz yang gagah berdiri di depan anak-anak tersebut, dan semakin dekat dilihat semakin gagah pula ustadz tersebut terlihat olehnya. Dengan gesit, mereka berdua langsung menyatu dengan barisan tersebut.

"Kalian berdua yang baru datang, kenapa langsung masuk ke barisan?! Kesini dulu kalian" ucap ustadz tersebut.

Aji dan Anto kemudian lantas berjalan sambil tertunduk lemas kearah ustadz tersebut. Dengan sedikit melirik, Anto melihat ustadz tersebut dengan sangat garang menatap ke arah mereka berdua dan lantas bertanya,"Kenapa kalian bisa terlambat sampai selama ini? Darimana saja kalian?" tanya ustadz tersebut.

Aji kemudian langsung membalas dengan lugas,"Maaf ustadz, pelajaran ustadz Maulana baru saja berakhir barusan, dan kami baru saja selesai membereskan barang-barang kami tadi sebelum sampai akhirnya kami berlari ke kelas ustadz" ucap Aji.

"Kenapa bisa sampai selama itu? Teman-teman kalian saja bisa sampai dengan cepat sedari tadi, mengapa kalian berdua sangat lama? Kalian ke kantin dulu, iya?" ucap ustadz tersebut.

"Maaf ustadz, tidak baik berprasangka buruk sedemikian rupa. Benar yang diucapkan Aji, kelas kami dengan ustadz Maulana baru saja berakhir barusan dan kami juga baru selesai membereskan barang-barang kami, itupun dengan terburu-buru. Karena ustadz tidak percaya, ustadz bisa lihat kertas bacaan saya yang sudah terlipat-lipat karena dipaksa dimasukkan, dan lagipula kelas ustadz Maulana dan kelas ustadz sangatlah jauh, jadi wajar jika kami sampainya sekarang, karena kami santri bukan pelari" ucap Anto dengan berapi-api. Wajar dia seperti ini, sebab dia paling tidak suka untuk dicurigai seperti itu, terlebih ustadznya itu tidak mengenal mereka berdua dengan baik.

Ustadz itupun lantas hanya bisa menatap dengan heran. Selama dia mengajar di tempat ini, belum ada satupun murid yang berani untuk melawannya seperti itu. Diapun langsung naik pitam,"Siapa namamu? Kok berani-beraninya kamu menentang saya seperti itu? Kamu tidak tau siapa saya?" ucap ustadz tersebut.

Anto hanya bisa tersenyum sinis,"Perkenalkan, saya Ananda Tauriqh, bisa dipanggil Anto. Kebetulan saya tidak menantang ustadz, sebab saya hanya menyampaikan sesuatu yang benar. Mohon maaf ustadz, saya anak baru disini jadi saya belum tau kesombongan ustadz" ucap Anto dengan nada yang tenang dan halus, namun menyelekit.

Ustadz tersebut lantas tersenyum kepadanya. Melihat hal tersebut Anto kemudian tersenyum juga sambil memandang ustadz tersebut dengan pandangan yang aneh. Dan tiba-tiba, sebuah pukulan rotan langsung mengenai kulit tangannya,'petass' suara dari rotan ketika mengenai kulit Anto. Anto hanya bisa meringis kesakitan dan langsung tersungkur ketika tangan kirinya dipukul oleh rotan seperti itu oleh ustadznya tersebut.

"Sekarang kamu sudah berkenalan dengan saya, bukan Cuma saya saja, tapi rotan saya juga sekalian. Sekarang kalian semua masuk, dan kau tunggu disitu" ucap ustadz tersebut dengan sangat keras kepada seluruh santri dan menyuruh Anto untuk tinggal di depan kelas tersebut.

Para santri tersebut kemudian langsung masuk kedalam kelas, begitu juga halnya dengan Aji yang tak dapat melakukan apa-apa selain melihat Anto dengan tatapan yang sangat sedih. Tak ada yang dapat dilakukan olehnya untuk menyelamatkan Anto dari hukuman yang akan diberikan ustadz yang akan mengajar mereka ini, tapi dia yakin bahwa hukuman yang akan diterima oleh rekan sekamarnya itu akan sangat buruk.

Ustadz tersebut kemudian menutup pintu kelas dan membiarkan Anto terjemur dibawah sinar matahari sambil tetap berlutut. Entah apa yang dilakukan oleh ustadz tersebut di dalam sana, nampaknya dia sudah mulai mengajar anak-anak tersebut tanpa dirinya. Dan dia sekarang sudah benar-benar kepanasan karena matahari sudah tepat berada diatasnya, Anto hanya bisa menutup mata mencoba untuk menenangkan dirinya walaupun kepalanya sekarang sedang sangat panas.

Dia lantas menunggu dan menunggu di bawah sinar matahari itu. Dia yang sudah capek berlutut kemudian memilih untuk duduk, duduk diatas rumput yang sekarang sudah gepeng karena berat badannya. Dia tidak memperdulikan orang-orang yang melihat dirinya sebab diapun tidak kenal dengan siapa mereka, yang ada dipikiranya hanyalah menyelesaikan pelajaran ustadz ini dan langsung istirahat siang di kamar, sudah itu saja.

Walaupun sinar matahari begitu menyengat, tapi suasana yang dirasakan oleh Anto tidak sepanas yang dirasakannya ketika di Jakarta, Masih ada hawa dingin yang sesekali bertiup menghembuskan dirinya ke tubuh Anto yang sekarang sudah berpeluh-peluh tersebut. Dan tak berapa lama, ustadz tersebut keluar dari kelas itu sambil tetap memegang rotannya itu.

Dia berdiri tepat di depan muka Anto dan membuat sebuah bayangan di depannya. Anto yang menyadari kedatangannya kemudian mendongak melihat keatas, dan langsung tampak tampannya ustadz tersebut di matanya. Dia menaikkan alisnya sambil menatap ke arah ustadz tersebut heran,'Apa dia mau memukuliku lagi?' tanya Anto dalam hatinya.

"Anto berdiri kamu. Ikut saya sekarang ke ruangan saya, saya ada perlu denganmu" ucap ustadz tersebut kepada Anto.

"Ba-baik ustadz" ucap Anto yang langsung berdiri mengikuti ustadz tersebut dari belakang. Tak ada sebuah perasaan takut ataupun merinding yang sekarang dirasakannya, justru kebingungan yang mendalam sekarang yang mengusai kepalanya.

Tak ada satupun kata yang diucapkan oleh ustadz tersebut ketika mereka berdua pergi menuju ruangannya. Mereka hanya berjalan, berjalan dan terus berjalan. Namun satu hal yang diketahui oleh Anto, mereka sepertinya menuju ke asrama mereka, sebab hanya jalan ini yang menghubungkan gedung sekolah dengan gedung asrama mereka.

Dan ketika mereka masuk ke dalam gedung asrama mereka, Anto merasa sangat yakin bahwa ruangan ustadz ini berada di dalam gedung ini. Diapun berjalan menuju gedung yang berhadapan dengan gedung asrama yang ditinggalinya, dimana para santri senior tinggal. Dan lantaran masih jam sekolah, gedung ini terasa sangat sepi dan mencekam, membuat dia menjadi merinding sendiri tanpa sebab.

Ustadz tersebut lantas langsung membuka sebuah ruangan yang berada di gedung tersebut dengan kuncinya dan menyuruh Anto masuk ke dalam. Diapun masuk ke dalam dan langsung mengambil sebuah kotak, yang mana di dalamnya berisi obat-obatan, mulai dari Alkohol hingga minyak urut. Dan dengan perangai ini, Anto yakin bahwa ustadz tersebut akan mengobatinya.

"Kamu duduk disini, dan tunjukkan bekas pukulan saya tadi" ucap ustadz tersebut dengan tegas sambil melihat kearahnya dengan pandangan yang berbeda, tampak seperti ada rasa bersalah di mata lelaki tersebut.

Anto kemudian duduk di kursi yang ada di depan ustadz tersebut setelah sebelumnya meletakkan tasnya sembarangan dan kemudian melipat kain lengan panjangnya. Dia kemudian menunjukkan bekas pukulan rotan yang tampak luka dan mulai membiru itu kepada ustadz tersebut, dan ustadz tersebut hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ini akibatnya kalau kamu menentang saya. Lagian kenapa juga kamu harus menjawab-jawab seperti tadi, ingin sok jagoan" ucap ustadz tersebut sambil menatapi luka tersebut. Diapun mengambil Alkohol dan membasahi sebuah kapas,"Ya, kenapa juga ustadz mencurigai kami demikian. Aji sudah mengatakan yang benar, dan rekan sekelas saya juga pasti mengatakan hal yang sama, dan buat apa pula ustadz sama menuduh kami melakukan hal yang tak pernah terpikir oleh kami. Siapapun tak akan suka jika dituduh demikian, makanya saya menjawab-jawabi ustadz tadi" ucap Anto menjelaskan.

"Tapi kau tidak perlu sampai sekencang itu berbicara tadi. Jika kamu menjelaskannya dengan baik, ustadz juga tidak akan langsung memukulmu seperti tadi. Kau pikir rekanmu tidak mengatakan hal yang sama? Mereka juga mengatakan hal yang sama, namun dengan sangat sopan, layaknya seorang santri berbicara. Kau tadi berbicara seperti manusia barbar, siapa yang tidak naik pitam seperti itu" ucap ustadz tersebut sambil mengoleskan cairan alkohol ke kulitnya.

Cairan Alkohol itu lantas membuat kulit Anto terasa sangat pedih dan diapun mengaduh,"Tahan sebentar, bentar lagi juga sakitnya hilang" ucap ustadz tersebut.

"Maafkan saya ya ustadz, saya tidak sadar bahwa saya sangat tidak menghormati ustadz tadi" ucap Anto sambil menunduk tak berani menatap ustadz tersebut.

"Hmm, sudahlah. Jangan kau pikirkan lagi, lain kali cobalah untuk sopan sedikit kepada orang yang lebih tua dan juga gurumu. Karena tanpa mereka, hidupmu tak akan pernah terarah. Sebentar lagi ustadz akan mengurut tanganmu ini, supaya tidak terlalu membiru seperti ini. Kau tahan sebentar ya sakitnya" ucap ustadz tersebut sambil membuka minyak urut yang berada di kotak tersebut.

"Baik ustadz" ucap Anto sambil menatap mata ustadz tersebut.

Tangannya kemudian dibalur dengan minyak urut oleh ustadz tersebut dan mulai diurut dengan kencang. Hal ini membuat Anto kemudian mengaduh pelan sambil menatap mata ustadz tersebut dengan sangat dalam. Ekspresi di wajahnya juga sudah tidak bisa ditahan olehnya karena rasa sakit yang dirasakan olehnya, dengan mengatupkan giginya, dia mencoba menahan rasa sakit yang dirasakannya.

Tanpa disadari tangannya yang diurut itu terlalu dekat dengan paha ustadz tersebut yang terlihat sangat besar di depan matanya. Melihat peluang ini, Anto kemudian berpura-pura untuk merasa sangat sakit hingga tangannya itu dapat mengelus paha kekar ustadz tersebut sambil matanya tetap menatapi ustadz tersebut.

Pijatan demi pijatan dirasakan oleh tangannya yang sekarang ini mulai merasa baikan. Begitu juga dengan dengan elusan demi elusan yang semakin intens dimainkan oleh jari-jari tangannya. Entah sengaja, tidak peduli atau memang menikmati, ustadz ini tampaknya tidak mencoba menepis tangan Anto yang semakin intens mengelus pahanya.

Dan kemudian, tangan Anto mengelus pangkal paha ustadz tersebut dengan sengaja. Dapat dirasakannya ada sebuah benda yang mengeras di balik celana tersebut, yang Anto yakin benda tersebut adalah kelamin milik ustadz tersebut. Dan ketika tangan Anto mengelus pangkal pahanya, ustadz tersebut langsung melepaskan tangan Anto dan berhenti mengurut tangannya.

Anto hanya tersenyum melihat ustadz tersebut. Ustadz tersebut lantas membereskan kotak obatnya dan langsung meninggalkan Anto yang tersenyum-senyum melihat gelagat ustadz tersebut,"Kok keras punya ustadz?" ucap Anto dengan pelan tanpa angin dan tanpa hujan.

Ustadz tersebut hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Anto tersebut, dia hanya meneruskan menyimpan kotak obatnya itu tanpa memperdulikan Anto yang sudah cengengesan lantaran menemukan salah satu yang sejenis dengannya di tempat seperti ini. Terlebih, lelaki ini sangatlah gagah dan juga tampan.

"Sudah, kamu pergi saja sana. Lukamu pasti akan sembuh nantinya, jangan khawatir" ucap ustadz tersebut tanpa berani melihat Anto.

Anto yang menyadari bahwa ustadz tersebut merasa terganggu dengan godaannya itu langsung berdiri dan mengambil tasnya,"Baiklah ustadz, saya akan pergi dan beristirahat karena kebetulan sudah waktunya makan siang. Tapi sebelum saya pergi, saya ingin tau nama ustadz terlebih dahulu" ucap Anto.

"Namaku Gofur" ucapnya.

"Nama yang indah" ucap Anto kepada Gofur sambil menatapnya dengan tatapan yang lembut, dan sesaat kemudian dia langsung pergi meninggalkan Gofur dengan senyum yang masih mengembang.

"Oh, namanya Gofur ternyata" ucap Anto dalam hati sambil berjalan menuju kamarnya yang berada di seberang.

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

20K 479 4
⚠️Warning : Cerita Sesama Jenis!!⚠️ Dimas (Top) merupakan seorang pria straight yang mandiri, gagah, dan juga perkasa. Namun ia kesulitan menemukan p...
63.1K 1.6K 30
Kisah seorang Anak yg tidak sengaja melihat suatu "kejadian" yg merubah hidupnya, hingga mencintai Bapak/Ayahnya sendiri. Cerita ini hanya fiktif bel...
82.6K 1.7K 5
Sejak Adrius dan Yanuar dipanggil ke Sekolah karena anak-anak mereka terlibat suatu perkelahian antar murid, dua Bapak Gagah itu jadi saling kenal...
1.5M 78.3K 41
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...