My Love is on Paper

By nunakaktus_

1.4M 52.1K 1.2K

Nasha yang terbiasa hidup bebas kesana kemari berkeliling Indonesia karena hobi jalan-jalannya ternyata diam... More

Part 1 - Berlibur ke Bali
Part 2- Perjodohan
Part 3 - Dalam diamku
Part 4 - Pre wedding
Part 5 - Selembar kertas cinta
Part 6 - Ketabahan Hati
Part 7 - Hari yang dinanti
Part 8 - Keikhlasan
Part 9 - ini pernikahan ku
Part 10 - Merindu kah dia?
Part 11 - Tempat baru
Part 12 - Dalam diam Nasha
Part 13 - Cemburu?
Part 14 - Kedatangan umi
Part 15 - Mimpi buruk
Part 16 - Pengakuan
Part 17 - Itu istriku
Part 18 - Bubur ayam
Part 19 - Gara-gara bubur
Part 20 - Childish
Part 21 - Hadiah
Part 22 - Sepatu Putih
Part 23 - Mantan lagi?
Part 24 - Makhluk tidak peka
Part 25 - Alasan
Part 26 - Luka lama
Part 27 - Bahagia
Part 28 - Dear mantan
Part 29 - Ke baperan Nabil
Part 30 - Pelangi
Part 31 - Bunga Mawar
Part 32 - Restart
Part 33 - Sebuah Awal Baru
Part 34 - Posesif
Part 35 - Dunia Lain TSB
Part 36 - Rahasia di balik lensa
Part 37 - Punya Masa lalu
Part 38 - Bayangan lalu
Part 39 - Zaman jahiliah
Part 41 - Kedatangan Rasya
Part 42 - Bimbang
Part 43 - Serakah
Part 44 - Semprotan merica
Part 45 - Super
Part 46 - Laa taghdob
Part 47 - Fitnah
Part 48 - Akhirnya baikan
Part 49 - Pindah
Part 50 - Tidak yakin?
Kabar baik
Open PO
MLIOP + (OPEN PO)
Hallo
SURAT TERBUKA!

Part 40 - Sembunyi di balik kata

17.9K 866 16
By nunakaktus_

Bersembunyi di balik kata-kata yang kau rangkai dalam kebohongan yang tersusun begitu manis. Seakan semuanya nyata benar adanya.

•••

Derap kaki terdengar menggema di koridor rumah sakit. Bau obat menyeruak begitu memasuki ruangan ini. Ruangan Instalasi gawat darurat. Beberapa pasien tengah di tangani dokter yang jaga malam itu.

Sebuah mobil ambulans baru saja tiba. Suasana begitu mencekam ketika dari ambulans itu keluar pasien perempuan. Wajahnya tidak terlihat jelas karena cairan berwarna merah dengan bau amis itu -- darah. Terlihat pasien sudah tidak sadarkan diri. Petugas ambulans segera memberitahukan keadaan pasien pada sang dokter yang menangani, dokter itu adalah Arya. Segera Arya memberikan pertolongan pada pasien itu semampu yang dia bisa. Suasana IGD saat ini cukup hectic padahal beberapa waktu lalu ruangan ini damai. Namun karena salah seorang tenaga medis tak sengaja mengucapkan kalimat haram di IGD membuat suasana kacau.

Dari arah yang sama, Nabil datang dengan raut wajah cemas. Netranya menyapu setiap sudut ruangan, mencari-cari sosok istrinya, Nasha. Sekitar satu setengah jam yang lalu dia mendapat kabar bahwa Nasha di bawa ke rumah sakit. Kala mendengar itu hati Nabil langsung gelisah.

Nabil baru pulang dari Singapura bersama Cindy, Eka, Vino dan Yazid. Mereka liburan ke universal studio sebagai perayaan ulang tahun Cindy.

Nabil memeriksa satu per satu pasien, tapi tidak kunjung ditemukan. Hingga Nabil membuka tirai penghalang menampilkan sang dokter tengah berjuang.

"Dua ratus joule," titah sang dokter.

Beberapa kali dokter itu terus menambah tegangan pada alat peng-ngejut jantung.

Tuttt.. Suara panjang dari alat desifibilator itu menggema. Dokter sudah berusaha sekuat tenaga akan tetapi Allah penentu hidup dan mati seseorang.

"Pasien meninggal pada pukul 20.15 WIB," begitu sang dokter mengumumkan kematian pasien.

Dari cela tirai penghalang Nabil melihat baju yang di kenakan pasien tadi persis dengan milik Nasha.

Apa mungkin itu Nasha? Pikir Nabil yang menduga-duga. Kakinya seakan di tarik oleh bumi sulit untuk melangkah. Cemas, takut menyelimutinya.

Perlahan dia memberanikan diri membuka tirai itu. Perawat yang bertugas menatap Nabil tegas.

"D-dia.. Nasha?" perawat itu menatap Nabil dengan tatapan penuh tanya.

"Pasien yang bernama Nasha Arnia Misael?" sura Nabil bergetar saat mengucapkan nama istrinya.

Nabil membuka kain penutup wajah pasien tadi. Pertahanannya yang hampir hilang kembali lagi. Nabil menarik nafas lega, bukan, itu bukan Nasha. Dia tersenyum lalu meminta maaf pada perawat.

Si perawat bergeming beberapa saat. "Ganteng-ganteng kok gitu, stres kali," komentar perawat itu. "Drama banget."

•••

Nabil membuka ruang rawat VIP. Sebuah ruangan mewah dengan di lengkapi beberapa fasilitas. Nabil memasuki ruangan itu, dilihatnya sosok Nasha terbaring tak berdaya di atas dinginnya ranjang rumah sakit. Dengan selang infus yang terpasang di tangannya. Matanya terpejam rapat.

Nabil terperanjat kala sebuah tangan kekar menyentuh pundaknya.

"Dia dehidrasi," ucap Alan.

Nabil menoleh, "Seharian kemarin dia mabok sama Mai," mata Nabil membulat kala mendengar ucapan Alan itu. "Wes, tenang bro. Bukan mabok minuman atau duda. Dia mabok keripik setan level lima. Beberapa bungkus dimakan sampai akhirnya dia mules-mules terus bolak-balik kamar mandi."

"Biasanya kalo Nasha sampai nyentuh itu keripik level lima, pasti ada yang mengganggu pikirannya." lanjut Arsalan.

Nabil tampak bergeming. Entah kenapa perkataan Alan barusan terdengar sinis di telinga Nabil. Seakan di tunjukkan padanya. Padahal Alan bicara untuk dirinya sendiiri.

Nabil memperhatikan tubuh Nasha dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sungguh melihat Nasha demikian seakan mengiris hatinya.

"Baru pulang kerja?" tanya Maida sinis. "Suami-able banget, saking khawatirnya denger istri sakit, pulang kerja langsung ke rumah sakit, gak peduli capek," nyinyir Maida.

Maida bosan menunggu Nasha yang lama di toilet. Dia duduk di atas mobil sambil menghitung mobil yang terparkir, kurang kerjaan. Arsalan? Dia sibuk main game online.

"Alan."

"Hmm. "

"Hp aku mana?" cemas Maida.

"Tau, " jawab Alan tidak peduli.

"Ih, Arsalan! Serius ini kagak ada."

"Nuduh gue nyolong, gue cekek lu, pake cinta, ha ha ha. "

"Tau, ah. Dimana..." Maida tampak berpikir dimana terakhir kali dia memegang ponselnya.

Dalam hitungan ketiga, Maida berlari meninggalkan Arsalan yang masih heran dengan kelakuannya.

"Woy! Mau kemana?" teriak Alan. Diparkiran ini hanya ada Arsalan dan Maida. Sementara temannya yang lain sudah pulang terlebih dahulu.

•••

Cindy sedang menikmati makanannya bersama Nabil dan Eka. Mereka asyik berbincang-bincang.

Nabil hendak memotong daging milik Cindy. Dia begitu manis di hadapan Cindy. Tiba-tiba lagu dari animasi pororo terdengar nyaring.

"Ka, angkat telepon, berisik," kata Cindy.

"Enggak ada telepon masuk, Nabil kali."

Nabil juga sama, lalu ponsel siapa? Mata Nabil tampak melirik sekitar. Dia melihat ponsel tergeletak di bawah kakinya. Ketika Nabil hendak mengambil ponsel itu, deringnya berhenti berbunyi.

"Ini punya orang ketinggalan," kata Nabil. Namun ketika ponsel pintar itu berada di genggamannya. Mata Nabil membulat sempurna, melihat nama dan foto yang tertera di layar ponsel itu. Foto Nasha yang menggendong Maida. Di layar itu juga tertulis nama pemanggil "Ibu muda-ku"

"Angkat, Na. Siapa tahu dia orang yang nyari ponselnya," ucap Cindy sambil menatap Nabil lembut.

"Hah?"

"Sini biar aku aja," Cindy mengulurkan tangannya.

Bukan tangan Cindy yang menerima ponsel itu. Tapi, Maida dari arah belakang merebut paksa ponselnya. Mata Maida memancarkan amarah melihat hal yang tidak pernah ia duga.

"Ini punya gue," tegas Maida.

Nabil kaget, melihat Maida di hadapannya. Apa Nasha juga bersamanya?

"Tadi jatuh mba, " ucap Cindy yang membuat Maida jijik.

Maida tersenyum kecut, "Bilang makasih jangan?" tanya Maida.

Cindy mengangkat kedua alisnya, kenapa wanita ini sewot padanya. Padahal mereka baru pertama kali berjumpa.

"Makasih, deh. Eh, sori gue ganggu makan romantisnya. Si mas-nya manis banget sampai potongin daging," nyinyir Maida.

"Klise memang," gumam Maida. Lalu pergi dari hadapan mereka.

Setelah kepergian Maida, Nabil tampak mendunduk malu. Dia ketahuan oleh sahabatnya istrinya. Mereka begitu dekat, mungkin nanti Maida akan memberi tahu kehadiran Nabil disini.

•••

Maida tampak mengumpat, dia kesal melihat kelakuan pria jaman sekarang. Apa ini yang di katakan Nasha, jumlah wanita lebih banyak dari jumlah pria. Mungkin itu sebabnya banyak pria yang tidak cukup dengan satu wanita.

Sampai di parkiran, Nasha bersedekap menanti Maida. "Lama, dari mana sih?"

Bukannya menjawab, Maida malah memeluk erat Nasha. Seakan memberi kekuatan.

"Kamu kenapa? Lepasin, sesak nih, aku gak nafas."

•••

Mungkin itu sebabnya, perilaku Maida pada Nabil seperti sekarang. Sewot, bahkan tatapan tidak suka selalu Maida berikan pada Nabil.

"Lebih baik anda pulang saja, capek 'kan kerja," sinis Maida.

Nabil hanya bergeming, dia salah, dia tahu kesalahannya yang membuat Maida demikian. Bahkan sudah Maida peringatkan jauh-jauh hari. Jika sampai Nabil menyakiti sahabatnya ini, tidak segan-segan Maida akan bertindak.

Nabil sudah mempersiapkan permintaan maaf untuk Nasha, saat Nasha bangun nanti.

Di tengah suasana ini, Nasha sadar. Dia membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk. Beberapa kali matanya berkedip.

Maida yang melihat itu segera mendekat. Dia menangis sambil memeluk Nasha. "Aku khawatir, Nash."

Nasha tersenyum, matanya melihat Nabil yang berdiri tidak jauh darinya. "Kamu kapan pulang? " tanya Nasha.

Maida menatap Nasha tidak suka, melihat Nasha yang masih lembut pada Nabil.

"Baru beberapa menit yang lalu."

Arsalan menarik Maida menjauh, untuk memberi waktu Nabil dan Nasha. Awalnya Maida sempat menolak, tapi dengan gigihnya Arsalan tidak menyerah.

"Apaan sih, lu," sewot Maida ketika sudah berada di luar ruangan.

"Lu, ngapa sewot mulu perasaan."

Maida memilih pergi dari hadapan Arsalan. Dia jika kesal pada satu orang pasti akan merembet ke yang lain.

Sementara itu, di dalam ruangan. Nabil duduk di tepian ranjang Nasha menatapnya penuh kasih.

"Kenapa kamu gak denger ucapan aku, hm? Sekarang sakit baru tau rasanya makan keripik itu."

Nasha terkekeh, "Maafin aku, aku kalo lagi pusing suka gitu."

"Pusing kenapa? Karena aku? "

"Emangnya kamu kenapa? "

Nabil bergeming, apa Maida tidak memberi tahu Nasha soal kejadian tempo hari.

"Karena aku ganteng," ucap Nabil dengan pedenya.

•••

Sudah tiga hari semenjak kepulangan Nasha dari rumah sakit. Nabil sampai menyewa asisten rumah tangga untuk membantu keperluannya. Dia tidak ingin Nasha repot-repot membersihkan rumah, memasak, dan beberapa pekerjaan lainnya.

Mungkin sebagai penebus rasa bersalahnya, sudah membohongi Nasha.

Seperti saat ini Nabil meminta Nasha menemaninya menonton televisi. Sedangkan di dapur, bi Esih tengah menyiapkan makan siang.

Bi Esih bekerja dari pukul lima pagi sampai pukul empat sore. Dari mulai menyiapkan sarapan, mencuci pakaian, menyiapkan makan siang, mencuci piring dan bebenah rumah di kerjakannya.

Nabil berbaring di pangkuan Nasha.

"Jangan gini, gak enak di liat bi Esih," cicit Nasha.

"Sama istri sendiri, gak salah," kata Nabil lalu mengganti saluran televisi.

"Berita mulu, bosen ih. Bukan nonton tv ini mah," keluh Nasha karena sedari tadi Nabil terus menonton berita.

"Biar wawasan makin luas."

"Males aku nonton berita, pencitraan sama sensasi."

"Kamu nontonnya acara gosip, sih, " Nabil mencubit pipi Nasha gemas.

Kesal karena pipi bulatnya selalu di cubit, Nasha membekap Nabil dengan bantal kursi. Nabil meronta-ronta minta dilepaskan. Beberapa detik kemudian barulah Nasha melepaskannya.

"Kamu mau bunuh saya? " kata Nabil dengan nafas ter-engah-engah. Nabil bangkit dari tidurnya. "Suka nyibit pipi, aku gak suka."

"Tapi aku suka."

Ketika Nasha hendak pergi, Nabil menarik tangan Nasha membuatnya kembali mendaratkan bokongnya di atas sofa.

"Temani aku," Nasha terpaksa menuruti permintaan Nabil.

•••

Nabil tengah pergi berjamaah shalat asar. Sementara itu Nasha dan Maida tengah sibuk dengan urusannya masing-masing.

Ponsel Nabil berdering, sampai Maida merasa kesal karena ponsel itu tidak hentinya terus berdering.

"Angkat, ih, berisik," ungkap Maida.

"Itu privasi Nabil, Mai."

"Privasi-privasi, gimana kalo penting atau siapa tau dari cewek lain," nyinyir Maida.

"Hush."

Maida memutar bola matanya malas. Kemudian melanjutkan bermain game online.

"Nas, beli pizza yuk? "

"Teraktir," kata Nasha tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel pintarnya itu.

"Gue lagi ngirit," jawab Maida.

"Apaan ngirit ngajak beli pizza."

"Kan minta di bayarin," kata Maida sambil memperlihatkan senyumannya itu.

"Pizza sunda aja kalo gak punya duit, mah."

"Hayu! Dimana?"

"Itu depan mini market."

Maida menautkan kedua alisnya, sejenak dia berpikir. Di mini market depan apa ada yang jual pizza. Maida pikir tidak ada. "Apaan, kuya! Di depan mini market mang dudih dagang gorengan."

Nasha terkekeh. "Iya, kan. Mang Dudih jual gorengan, ada bala-bala. Itu pizza sunda."

Maida mencebikkan mulutnya, "Gak lucu, sumpah, " katanya kemudian beranjak sambil membenarkan kuncir rambutnya.

"Mau kemana?" tanya Nasha melihat Maida mengenakan jaket denim.

"Cabut, nyari donasi pizza," ucap Maida asal.

"Siapa?"

"Arsalan!" jawab Maida semangat.

Mereka berjalan keluar dari apartemen. Berhubung malam minggu, Maida yakin, si jomblo Arsalan pasti ada di studio miliknya. Karena memang studio itu dekat dengan tempat nongkrong kekinian yang pasti banyak cewek mondar-mandir.

"Nabil gimana kalo dia nyari?" Nasha khawatir.

"Kan, udah ninggalin note juga."

"Tapi--"

"Aduh Nash, jangan taat amat jadi istri. Dia juga belum tentu. Lagian zaman sekarang, banyak istri yang kelayapan tanpa izin suami. Banyak istri yang melanggar."

"Karena itu, Mai. Jangan contoh yang buruknya."

"Ya.. Terus?"

"Aku tunggu, Nabil. Kamu duluan aja."

"Hah?"

Nasha tersenyum, kasian banget sih! Segitunya dia taat. Ikuti syariat islam. Enggak keluar tanpa izin suami. Padahal lakinya sendiri, hmm.

Dalam benaknya Maida memikirkan Nasha. Ia menatap Nasha sendu. Sungguh tidak ingin rasanya melihat Nasha begitu.

"Woy! Bengong, sana duluan aja. Nanti aku kalo di kasih izin kesana naik taxi," kata Nasha.

"Kalo enggak?"

"Ya.. Kamu malam mingguan sama Arsalan," ucap Nasha lalu tertawa.

"Najis. Udah deh, gue duluan. Nyusul ya."

Setelah itu Maida pergi dengan menggunakan taxi online yang sudah di pesan.

Nasha kembali ke apartemen. Dia berdiam di balkon memandangi kota Bandung yang sangat cantik. Beberapa bangunan dan rumah yang lampunya menyala seakan menambah kecantikan kota itu.

***

Mobil yang membawa Maida menembus jalanan kota Bandung. Baru beberapa meter dari apartemen tempatnya tinggal. Tepat di simpang jalan, netra Maida menangkap sosok Nabil tengah berbincang dengan wanita yang di jumpainya beberapa waktu lalu, Cindy.

Maida menatap marah. "Berengsek!"

Sopir online yang tengah fokus pun mengalihkan pandangannya mendengar umpatan Maida.

"Bukan sama bapak kok," kata Maida yang sadar akan ucapannya.

Continue Reading

You'll Also Like

474K 17.4K 43
Kisah cinta yang memberikan rasa bahagia,hingga maut memisahkan... Seorang Alvaro Habibi yang mampu menaklukkan hati seorang dokter,yang begitu angg...
104K 6.8K 22
"Hestama berhak tahu kalau ada bagian dari dia yang hidup di dalam rahim lo, Run." Cinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian...
676K 24.7K 32
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
19.3K 398 17
Alvino Bratawijaya, anak kedua dari keluarga kaya raya Bratawijaya yang juga merupakan ketua geng motor "X-Riders". Ia bersekolah di Willson High Sch...