Finders Keepers, Loosers Weep...

By nauraini

109K 16.6K 1.5K

Kata orang hidup gue ini nggak ada progresifnya sama sekali. Stuck aja terus di satu titik. Enak aja! Kalau s... More

Prolog
[1] Pemborosan!
[2] Toa Banget Sih!
[3] Lorong Rusuhhhhh!
[5] Berantakan Minggu Pagi Gue!
[6] Nongkrong? Ngapain Sih? Balik!
[7] Jangan Ngajak Adu Bitter!
[8] Looks Like My Metabolism Ain't Worked Well!
[9] Galau Boleh, Otak Jangan RIP Dong!
[10] Semakin Kaya Referensi, Semakin Pretensius?
[11] Diplomasi Salah Sasaran!
[12] Sambaaat Terosss!
[13] Taruhan, Sekotak Pizza dan Film Klasik
[14] Cocoklogi & Perawan Suci Salah Petuah
[15] Yang Begini Nih Korban Hegemoni!
[16] Bocah Dajjal Minta Dihajar!
[17] Everything is at Sixes and Sevens!
[18] Too High Too Handle, Lah!

[4] Kenapa Gue Mulu yang Kena, Sih?!

6.2K 1.1K 54
By nauraini

Pagi-pagi mau bikin communication strategies jadinya gue harus punya dopping kopi. Ah sedap. Apalagi kalau kopi gratisan tapi enak. Terima kasih Mbak Widya yang baik hati ngasih gue Tuku pagi-pagi gini. Kan jadi semangat kerja.

Mbak Siska yang baru datang langsung nyeletuk, "Wih Tuku, tuh!"

"Udehhhh Mbak lo dengan pressed juice sehat dan segar lo aja jangan ngelirik kopi. Nanti kembung. Biar yang muda yang punya selera." Mbak Siska emang langganan jus yang dijual anak kantor. Gue mau sok-sokan ikut langganan, tapi mahal. Mending kopi, teh sama susu gratis yang disedian kantor aja.

Mbak Siska yang punya ritual pagi: datang, taruh tas, trus ke kamar mandi cuci tangan. Pas mau ke kamar mandi ngelewatin gue, harus banget nyela, "Kelarin tuh comms strat. Gue lihat dulu sebelum lo kirim."

"Siap, Bos!"

"Biar nggak dikomenin soal konten sama Mas Rafa lo itu."

Gue langsung cemberut nama itu disebut. Aduh... Masih pagi The, jangan biarkan kopi Tuku ini hanya menjadi dopping yang percuma. "Gue udah minta quotasi ke Mbak Mala kemaren Mbak soal editor. Ya gue nyesuaiin kesesuaian budget yang mereka buat. Cukupnya ya buat tiga konten web, fotografer sama videografer. Mana gue tahu kalau mereka mau lima, yang dua konten mau in house sama editor kita sendiri? Si Rafa nggak ada ngomong."

"Lah lo apa-apa udah nggak harmonis duluan sama dia."

Gue lagi yang salah. Bener-bener dah.

"Mbak, toilet dulu sono gih lo. Bikin Tuku gue mubazir aja."

Untung closure checklist kemaren belum cc ke Pak Herdanu. Di ToR sama budget mereka nggak bilang kalau mau produksi lima konten web untuk pra dan paska acara. Apa gue lupa Rafa pernah ngomong secara lisan?

Entahlah. Ntar gue obrolin lagi aja sama Bapak Rafadhan Yang Terhormat itu. Mending gue earthing dulu sekarang. Pagi gue udah lumayan stres karena sok jadi karyawan teladan masuk jam 9 eh taunya malah ngadepin komen si Rafa pagi-pagi. Padahal semalem baru bisa tidur jam 3 karena nontonin House of Cards di Netflix.

Mumpung masih ada setengah jam lagi menuju jam 10, mending gue ngabur dulu. Sebelum bos-bos besar pada dateng. Seengaknya mereka lihat PC gue nyala dan ada tas di kursi, jadi mereka tahu gue udah dateng. Dan Mbak Widya nggak bisa protes kalau gue ngelayap kemana dulu.

"Kall, kantin nggak?" tanya gue ke Kallista.

Dia menggeleng, "Nggak, Kak. Udah sarapan gue tadi. Ini transkrip video gue belum kelar. Hari ini diminta sama Mbak Siska."

"Oalah oke deh. Gue kantin dulu ya."

Gue langsung cabut ke kantin sama anak database, Vio. Doi ini sepantaran gue dan umur kerjanya sebelas duabelas sama gue jadi gue paling akrab sama dia. Geng COE yang disebut-sebut sama Mbak Fasty kemaren salah satunya ya dia. Lainnya ada Mbak Tata, Mbak Utie, Mbak Marinka dan kami berdua. Geng-geng anak muda. Mbak Tata sih mama muda. Mbak Utie baru aja nikah. Tiga lainnya masih complicated.

"Bahagia nih gue hari ini. Tanggal gajian, banyak diskonan," kata Vio terlalu bersemangat.

Gue bahkan lupa hari ini gajian.

"Gincu lagi pasti!"

Terus dia cengengesan, "Temenin gue Sephora yuk!"

Gue langsung defensif, "Ogah! Jangan pernah lo ngajak gue belanja lagi dasar Sagitarius kampret! Gak inget lo berapa jam cuma buat milih Borjuis apa Nyx?"

"Gak... Gak! Sekarang ke Sephora cuma mau beli pensil alis. Kalau lainnya gue udah pakai produk yang ada branding halalnya tuh."

Gue mikir, sejak kapan ini bocah mendadak macam alim begini? "Sejak kapan? Biar apa?"

"Biar gue cepet dihalalin juga."

Udah gue duga. Gue nyesel nanya.

Earthing yang gue maksud itu ngelewatin taman belakang kantor menuju ke kantin. Gue bisa stretching di bawah matahari. Salah satu yang gue syukuri dari kantor ini adalah nggak di pinggir jalan raya banget dan masih banyak pohon gede-gede. Jadi lumayan adem. Apalagi kalau pohon manggis, jambu atau rambutan lagi berbuah. Berasa lagi main ke Taman Buah Mekarsari dibanding ke kantor.

Sampai di kantin gue cuma ngabisin kopi, makan banana cake 1 slice sama makan buah. Nggak lupa minum air putih. Biar tubuh gue isinya nggak cafein semua.

"Itu cowok gue perhatiin makin hari makin ganteng aja. Gila sih!"

Gue mengikuti arah pandang Vio dan menemukan pemandangan menyilaukan, mengiritasi mata maksudnya. "Gue baru ngeh beneran ada dia di ESRI selama ini," kata gue menanggapi omongan Vio.

"Lo kebiasaan sih yang tipe-tipe slimfit lo kira udah bapak-bapak. Emang dasarnya dia rapi aja keleussss. Kalau nyarinya yang make Supreme mah nongkrong aja lo di Kemang Village pasti nemu. Bocah-bocah SMA baru meletek tapi."

Kampret!

Vio masih cuap-cuap tentang geng bule lokal yang ternyata dua di antaranya lagi ngopi di smoking area. Tentu saja yang diomongin barusan si Rafadhan. Satunya ada si Randu. Yang kebayang di kepala gue malah comms strat yang harus gue kelarin hari ini.

"Jadi bawa bekal nggak lo?" tanya si Vio memutus lamunan gue.

"Jadi. Bawa nasi sama sarden."

Vio cuma geleng-geleng. "Template anak kosan banget sih, The. Makan sayur apa?"

"Ini gue nyicil buah," kata gue sambil nyengir. "Ntar kita rampok Mbak Utie aja. Pasti doi bawa rantang lagi. Dikata kantor Taman Safari apa ya? Ngantor berasa piknik. Dasar emang emak-emak muda."

"Biar disayang suami tuh makanya masak banyak. Duit bulanan lancar. Malem bobok enak. Jomlo kayak lo mana ngerti sih? Kelonannya sama guling mulu."

Kampret lagi!

Si Vio ini meskipun nggak punya pacar, tapi temen bobok sih ada. Sikap yang kadang selalu dikonfrontasi sama mbak-mbak. Pasalnya, walaupun seringnya pada males ngurusin urusan pribadi satu sama lain, tetap aja kami peduli. Apalagi Vio sering baper sendiri kalau si cowok teman boboknya ini nggak ada kabar dan dateng kalau ada butuhnya.

Dia kalau baper emang kayak orang kesedot darahnya sih makanya kami-kami agak khawatir. Tapi kalau lagi dateng itu cowok, gila sih mukanya semringah abis. Kami bahas tie dress Cos sama Prada-nya yang baru, dia nyambungnya ke bobok enak mulu. Anjir lah.

Gue rasa sih dia ada perasaan lebih sama itu cowok yang nggak kami tahu gimana bentuknya. Di sosial media pun nggak ada jejak-jejak cowok itu. Padahal mereka sering gateway berdua. Cuma entahlah apa yang ngehalangin mereka buat ngeresmiin. Padahal Vio-nya juga kelihatan ngarep gitu. Buktinya dia udah mulai pakai produk kosmetik halal kayak yang dia bilang tadi. Hahahaha... nggak ding, itu nggak ada hubungannya, ngarang doang gue. Cuma ya gitu, kalau bapernya beneran, masa iya rasanya bohongan?

Pusing emang mikirin masalah Vio.

Gue ngelarin makan semangka gue terus beres-beres dan naruh di dirty dish corner. Lima menit lagi jam 10 soalnya. Vio lagi bikin teh buat dibawa ke ruangan. Boleh nggak sih gue berharap ada donatur baik hati nyumbangin Twinnings di coffee and tea corner? Ini habisan mentang-mentang gratis, kopinya kopi item terus tehnya teh hitam juga. Ya walaupun suplai kafeinnya tinggi, tetap aja suka nggak sinkron sama perut gue. Paling gue campur sama susu atau creamer. Banyak mau emang. Kalau kantor gue di Google baru tuh kemerdekaan bagi kedaulatan pangan pegawai.

Baru aja nih... Baru banget balik badan, udah dikasih kejutan aja gue. Ada si Rafadhan sama Randu yang tahunya mau naruh gelas kopi mereka juga. Gue cuma lempar senyum melihat mereka yang agak kaget juga pas lihat gue.

Gue nggak ngomong apa-apa cuma senyum sekilas terus pengen langsung kabur.

"Nirmala...."

Kampret! Kaki gue kurang cepet nih melangkahnya. Pura-pura nggak dengar aja apa nih?

"Nirmala, tunggu."

Dia ngomong lagi dengan volume yang lebih keras. Gue mana bisa pura-pura budeg kalau gini ceritanya?

"Ya?" akhirnya gue balik badan dengan tampang innocent. "Bapak manggil saya?"

"Kamu mau balik ke ruangan?" tanyanya.

Gue cuma mengangguk.

"Jalan bareng ya. Ada yang mau saya sampaikan."

Gue cuma pasrah mengangguk. Gue lihat Vio agak bengong beberapa detik gitu sambil ngaduk tehnya karena lihat gue barengan sama dua cowok ini. Lebay banget buset si Vio!

"Jadi gimana, Pak?" langsung aja gue mulai. Biar nggak banyak prolog.

"Pak Herdanu minta lima konten tulisan naik ke blog ESRI, udah tahu kan?" tanyanya yang gue jawab anggukan. "Itu di luar video sama publikasi di digital library ya."

"Iya, Pak."

"Saya bisa provide konten publikasi kapan?" tanyanya lagi.

"Sekarang juga bisa. Nanti saya yang forward ke orang web biar diunggah."

"Oke. Habis ini saya share link dropbox ke kamu," jedanya sambil membuka pintu belakang sayap timur. "Lewat sini, boleh?"

Buset! Ini orang bisa gitu ya nyuruh-nyuruh tapi alus gini. Gue cuma mengangguk dan ngikutin dia.

"Kamu makan siang di mana nanti?"

Gue dengar Vio batuk-batuk. Keselek teh apa gimana?

"Di library paling, Pak."

"Oke."

Apa tuh maksudnya oke?

Trus kita diam ketika lewat lorong-lorong orang konsultan.

"Mbak Nirrrr...."

Astaghfirullah! Bocah tuyul kenapa sih toa banget! Semua orang di lorong belakang langsung pada ngelihatin gue. Gara-gara suaranya si Gilang!

Orangnya langsung mundurin kursi dan menghampiri gue. Gue boleh melengos dan lanjut jalan aja nggak sih?

Rafadhan dan Randu langsung duduk di kursinya masing-masing. Tim-tim bioenergi lengkap semua. Gue langsung say hi ke Sari dan Mbak Ira, team support assistant mereka. Trus senyum ke Alex. Jeremy sang team leader ruangannya di atas. Ruangan Pak Herdanu terpisah dengan mereka di ujung lorong.

"The, nanti tek-tokan venue ke gue ya," kata Mbak Ira. "Masalah budget kemaren udah gue jelasin di email ya?" Gue cuma mengangguk. Gue emang baru banget ketemu dia soalnya pas meeting kemaren belum ikut karena masih bahas konten. Belum teknis.

"Iya, Mbak. Nanti sama Mas Yanuar juga."

"Sip!" Mbak Ira mengacungkan jempolnya.

"Mbak Nirrr...."

Ya Allah ini anak masih aja senyam senyum nggak jelas depan gue.

"Apa?"

"Dih... Langsung beda gitu kalau sama gue."

"Apaan, Gilang?"

"Minggu ada acara nggak?"

"Urusannya sama lo?"

"Jawab dulu sih, Mbak!" jawabnya ngotot. Dasar bocah dajjal!

"Ada."

"Apaan?"

"Urusannya sama lo?"

"Ih, apa nggak?" tanyanya maksa.

"Nggak!" gue langsung mengulum bibir karena merasa jawaban yang gue lontarkan terlalu kencang. "Mau tidur seharian. Itu acara gue."

Terus dia ketawa dong!

"Pergi sama gue yuk Mbak?"

Vio batuk-batuk lagi. Kali ini beneran karena minum teh. Dia sok-sokan bersandar di mejanya Sari dan ngobrol berdua, padahal gue yakin lagi nguping.

"Nggak!"

"Temenin gue kondangan."

Apa-apaan sih?!

Emang gue sama dia mendadak tahu kenyataan kalau dia itu saudara sepupu gue atau ternyata dia teman masa kecil gue yang lama menghilang atau dia tahunya tetangga nenek gue di desa apa gimana sih sampai enteng banget mulutnya minta ditemenin kondangan?!!!

Gue masih melongo sambil isi hati gue ngomel-ngomel.

"Ya ya ya?" kata dia.

"Nggak! Ajak aja tuh si Sari."

"Gue maunya ditemenin lo, Mbak! Ke Mulia lho. Banyak makanan."

Muka gue kayak fakir miskin atau anak terlantar yang perlu dipelihara sama negara apa gimana sih sampai dia mikir gue bakal ngeiyain cuma karena acaranya di Hotel Mulia yang terkenal makanan enaknya?!

"Nggak mau, Gilang. Makasih."

"Gue jemput di kosan lo. Gue tahu kosan lo."

Demi apa ini bocah tuyul?!

"Terserah." Gue udah balik mau pergi dan memberi isyarat ke Vio.

"Gue jemput jam 10 pagi ya, Mbak." suaranya makin toa dan orang-orang pada ngelihatin gue. Gue langsung bergegas keluar dari sayap timur.

Begitu keluar pintu utama sayap timur gue langsung buang napas.

"Bocah tadi kenapa?"

"Mana gue tahu?! Gila kali!"

"Nggak dapet sugar daddy, taunya lo ditaksir sugar baby gitu ya?"

= F I N D E R - L O O S E R =

Update depan baru akan dijelaskan tentang background kantornya Nirmala ya hehehe. Ini awal-awal seru-seruan dulu aja (padahal nggak) wkwkwkwk. Jadi karena updatenya pendek-pendek mungkin akan kelihatan alurnya lambat. Tapi enggak kok. Ini karena masih awal aja hehehe. Jangan bosen ya? Wkwk

August 14, 2018

Continue Reading

You'll Also Like

242K 37.8K 50
[BACA SAAT ON GOING. INTERMEZZO PART DIHAPUS 1X24 JAM PUBLISHED] May contain some mature convos and scenes Menurut perjanjian, Robyn hanya boleh be...
201K 10.3K 36
Naksir bapak kos sendiri boleh gak sih? boleh dong ya, kan lumayan kalau aku dijadikan istri plus dapet satu set usaha kosan dia
575K 54.9K 123
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
192K 12.1K 57
Niat hati kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan duda anak 1 yang sialnya masih tampan itu, Herna malah harus terjebak menikahi pria k...