GURU NGAJI ANTO [ON GOING]

By jsztet

237K 5.3K 398

#1 MenxMen [8/8/2018] Berkisah tentang Anto yang sedang berusaha menjauhi dunia pelangi yang selama ini membu... More

2; Rahasia Ustadz Gofur
3; Dosa Anto
4; Hari Baru di Pesantren
5; Tampannya Ustadz Malik
6; Namanya Gofur Ternyata
7; Tergoda oleh Aji
8; Sebuah Malam

1; Kerinduan Ustadz Malik

54.4K 1K 93
By jsztet




Matahari pagi sudah menyingsing ke tempatnya untuk menghangatkan suasana dataran tinggi malang, yang dimana sekarang para santri sedang melakukan bersih-bersih pagi di area pesantren di kota itu. Beberapa yang dari mereka masih mengenakan sarung yang sama untuk digunakan mereka tidur tadi, sekarang sedang menyapu lantai dan membersihkan area ruangan asrama tersebut.

Di suasana yang sangat dingin seperti ini, santri lainnya kebagian jatah untuk mempersiapkan sarapan serta teh hangat yang akan diminum oleh santri-santri lainnya. Dan sebagian lainnya menyebar ke seluruh penjuru pesantren sekedar untuk membersihkan halaman serta saluran air yang tersumbat oleh guguran daun-daun yang sedari malam berguguran lantaran dinginnya udara di malang ini.

Di ujung sebuah ruangan asrama ini berdiri seorang lelaki yang tegap dan jangkung berkulit agak gelap, para santri disini memanggil dia Ustadz Arifin. Dia adalah pengurus asrama Ibnu Sina, asrama para santri putra junior tinggal di selama nyantren disini. Beda asrama, beda juga pengawasnya. Ada Ustadz Malik yang bertugas sebagai pengurus asrama Al-Falah, ada Ustadz Gofur yang bertugas sebagai sebagai pengurus asrama Al-Kautsar.

Bentuk bangunan asrama ini berbentuk seperti huruf U, dimana Al-Falah dan Al-Kautsar saling berhadap-hadapan. Bangunan di asrama ini tidak menyatu sepenuhnya, namun dihubungkan dengan sebuah jalan yang diberikan atap diatasnya yang membuat para santri maupun Ustadz dapat berjalan dengan nyaman jika hendak pergi ke gedung satu menuju gedung lainnya.

Para Ustadz ini memiliki kepribadian serta talenta mereka masing-masing, Arifin memiliki keterampilan dalam memainkan gitar dan bernyanyi, Malik memiliki keterampilan dalam melukis serta membuat berbagai karya seni lainnya dan Gofur memiliki kemampuan dalam berolahraga. Tak heran, diantara pengurus asrama lainnya, Gofur memiliki badan yang luar biasa menawan. Dengan dada yang besar serta perut sixpack yang selalu ditutupinya dengan pakaian longgar yang sering dikenakan oleh Ustadz, membuat siapapun di dalam asrama tersebut tidak mengetahui bentuk asli tubuhnya.

Namun, diantara mereka bertiga, Malik merupakan ustadz yang paling tampan yang pernah menjadi pengurus asrama Al-Falah. Dengan kulit yang terang, alis mata yang lebat serta senyum yang menawan membuat dirinya menjadi idola bagi kaum hawa dan juga santriwati yang diajar olehnya. Tak jarang dirinya mendapat surat cinta yang entah pengirimnya siapa di meja kerjanya, yang akhirnya dia selalu bakar setelah membacanya.

Sedangkan Arifin merupakan yang paling bijak, sabar dan juga telaten dalam mengurus santri. Tak heran mengapa dia ditunjuk sebagai pengurus asrama untuk santri junior, sebab biasanya, para santri yang belum pernah mengenal dunia pesantren akan sering membuat ulah serta berbagai kesalahan yang membuat pengurus pesantren serta Ustadz ataupun Kyai lainnya menjadi sakit kepala. Untunglah ada Arifin yang selalu dapat menyelesaikan masalah yang selalu berkaitan dengan para santri junior tersebut.

"Assalamualaikum Akhi" ucap Malik menghampiri Arifin.

"Waalaikumsalam, eh ada ente rupanya disini" balas Arifin kepada salam Malik tersebut. Wajah mereka masih tampak seperti wajah bantal yang baru bangun tidur, serta rambut mereka juga masih acak-acakan serta masih terlihat semwraut.

"Sedang mengawas sampeyan?" tanya Malik kemudian.

"Iya, anak-anak baru ini kalau tidak diawasi tidak akan kerja mereka. Namun, Alhamdullilah sudah ada kemajuan dibandingkan hari pertama-lah" balas Arifin.

"Huhh, untung saja aku kebagian jatah santri tahun kedua, jadi aku tidak perlu pusing sepertimu mengurusi santri baru seperti ini" ucap Malik.

"Akhi harus bersyukur. Bagaimanapun bentukan santrinya, mereka tetaplah murid kita yang harus kita arahkan dan kita bimbing ke jalan Allah" balas Arifin dengan senyum tegas yang mengembang di bibirnya.

"Benar kata Akhi, semoga para santri ini nanti kelak akan menjadi generasi yang cemerlang yang akan membawa bangsa kita ini maju ya" ucap Malik kemudian.

"Amin. Bagaimana dengan kabar keluarga akhi di rumah? Apakah semuanya sehat? Saya tidak sempat bercengkrama minggu lalu sebab harus mengurusi santri-santri baru ini" kata Arifin sambil mengarahkan Malik berjalan menyusuri lorong asrama ini sambil melihat-lihat pekerjaan dari para santrinya tersebut.

"Alhamdullilah baik-baik saja, cuman kebetulan adik saya si Kahfi kemarin sempat sakit tipes dan harus dilakukan perawatan ke rumah sakit selama beberapa hari. Namun, sekarang sudah membaik kok" ucap Malik kepada Arifin dengan tangan yang sekarang digenggam ke belakang.

"Akhi sudah menemukan calon istri belum? Atau sekarang sedang melakukan ta'aruf dengan siapa nih?" tanya Arifin sambil tersenyum bercanda.

"Ah, Akhi. Saya belum ketemu calon, lagian mana ada wanita yang mau dengan rupa seperti saya. Apalagi dengan pekerjaan saya yang hanya seorang pengajar di pesantren seperti ini. Wanita sekarang sudah banyak maunya" jelas Malik kepada Arifin.

Untuk sesaat Arifin berpikir, ucapan Malik ini sebenarnya terlalu merendah. Sebab apa yang dikatakan oleh dirinya itu jauh dari apa yang dimiliki olehnya sekarang, Malik yang berwajah tampan itu merupakan seorang keturunan Arab yang tergolong berada, dia memiliki tubuh yang cukup atletis sebab olahraga yang sering dilakukan olehnya, dada bidang serta perut yang rata juga seringkali tercetak di baju yang ngepas yang sering dipakainya ketika mengajar.

"Ah, ente terlalu merendah jadi orang. Wajah seperti nabi Yusuf ini masa tidak bisa mendapatkan calon sih" ucap Arifin kepada Malik.

"Hahaha, terlalu berlebihan kamu menyebut saya seperti nabi Yusuf. Kalau salah satu gundiknya ya mungkin. Lantas, ente sendiri kepada tidak menemukan calon sampai sekarang" balas Malik.

"Ya, mungkin belum takdir saya menikah sekarang. Belum dipertemukan dengan si dia-nya" ucap Arifin sambil tertawa kecil dan menggeleng-gelengkan kepala.

"Bukannya si dia-nya ente sekarang lagi jalan sama ente sekarang" balas Malik sambil menatap Arifin dengan lembut.

"Ah, ente ngomong apasih?" ucap Arifin kemudian sambil tersenyum membuang muka kearah santri yang sedang bekerja di lapangan yang luas.

Malik hanya bisa menatap Arifin dengan senyum yang terkembang di bibirnya, mereka berdua sekarang sedang menatap kearah yang sama dimana para santri sedang menyelesaikan membersihkan lapangan pagi itu, "Oh, iya. Aku dengar ente dapat kamar baru ya, ada ruang televisinya lagi. Benerkah yang aku denger itu?" tanya Malik kepada Arifin.

"Iya, benar. Alhamdullilah Kiai Jafar merenovasi kamar saya ketika liburan kemarin, saya kira cuman direnov sedikit saja, eh tau-taunya sampai dikasih tivi di kamar" ucap Arifin.

"Wah benarkah? Aku bisa lihat tak?" tanya Malik kepada Arifin kemudian.

"Boleh, kenapa tidak? Ente mau lihat sekarang memang?" tanya Arifin balik.

"Ya, boleh kalau ente mau menunjukkannya sekarang" ucap Malik kemudian.

"Yuk, mari" ucap Arifin kemudian sambil mengajak Malik menuju kamarnya. Kamar Arifin berada di paling ujung gedung tersebut, dimana kamar tersebut baru saja direnov oleh pemilik yayasan, Kiai Jafar. Sebab struktur bangunan tempat Arifin tersebut sudah mulai rusak.

Kamar tersebut yang sebelumnya di cat warna krem berubah menjadi cat yang berwarna putih, dengan pintu yang dapat dikunci dari luar ataupun dalam. Di kamar itu baru saja diisi oleh Kiai Jafar dengan tivi layar datar yang dapat digunakan oleh Arifin untuk mendengarkan siaran dakwah atau berita lainnya yang mungkin dapat diajarkan oleh dirinya kepada santrinya kelak.

Kamar itu cukup luas, sebab dapat menampung sebuah kasur yang cukup besar yang muat hingga dua orang di dalamnya, dua buah kursi tamu dan meja kecil, serta meja komputer yang lengkap dengan rak-rak buku serta bangku yang digunakan untuk duduk. Tak lupa pula, hiasan berupa kaligrafi dua kalimat syahadat serta kabah berada di ruangan itu.

"Wah, bagus juga ruangan kamarmu sekarang" puji Malik kepada Arifin.

"Ya, begitulah. Begini saja sudah lebih dari cukup sebenarnya, dan terasa agak berlebihan" ucap Arifin sambil menutup pintu kamarnya itu.

"Mereka juga membangun kamar mandi di dalam? Berarti kau tidak perlu mengantri lagi dong kalau harus pergi mengajar" ucap Malik.

"Yahhh, bisa dibilang begitulah. Tapi kalau ente mau numpang mandi ya silahkan, asal izin saja dulu sama saya" ucap Arifin kepada Malik sambil duduk di kasurnya.

Malik yang sedari tadi melihat-lihat kamar mandi Arifin berbalik ke arah Arifin yang sekarang membelakangi dirinya. Diapun naik keatas ranjang dan segera memeluk Arifin dari belakang, dan tanpa basa-basi dia mencium pipi Arifin sambil tangannya meremas dada Arifin yang lumayan bidang itu,"Aku kangen kamu mas" ucap Malik kepada Arifin dengan lembut.

Arifin kemudian lantas berdiri dari tempat tidurnya, melepaskan tangan Malik yang sebelumnya dikalungkan di lehernya. Arifin hanya diam dan tak berkata apapun, dia lantas berjalan menuju pintunya. Dan diapun menguncinya.

Arifin kembali menuju kearah Malik yang sekarang sedang duduk di tepi kasurnya tersebut, dia dapat melihat Malik tersenyum lembut melihat dia berjalan kearahnya. Lantas, diapun duduk di samping Malik sambil tetap menatap lelaki itu dengan seksama. Setelah ditatapi beberapa saat, Arifin memegang dagu Malik dan mengarahkan bibirnya kearah Malik. Dia lantas mengecup basah bibir Malik yang berwarna ceri tersebut,"Aku juga kangen kamu sayang" ucap Arifin kemudian.

Penasaran dengan cerita selanjutnya? Jangan lupa di voment sama follow aku ya, sama kasih komentar kalian tentang apa yang bakalan terjadi sama Arifin dan Malik. See you dicerita berikutnya.


Continue Reading

You'll Also Like

62.4K 1.6K 30
Kisah seorang Anak yg tidak sengaja melihat suatu "kejadian" yg merubah hidupnya, hingga mencintai Bapak/Ayahnya sendiri. Cerita ini hanya fiktif bel...
47K 1.5K 19
Untuk hadiah ulangtahunnya, Tama memiliki tugas menyeleksi cowok-cowok kekar yang akan menjadi ajudan baru ayahnya. Tak ada syarat. Tak ada batas. Ta...
641K 13K 25
Menjalin hubungan dan menghabiskan waktu Pak Sudana mengisi hari-harinya tinggal bersama Dimas di paviliun yang mereka kontrak bersama. Hari demi har...
81.4K 1.7K 5
Sejak Adrius dan Yanuar dipanggil ke Sekolah karena anak-anak mereka terlibat suatu perkelahian antar murid, dua Bapak Gagah itu jadi saling kenal...