HOLDER : Elsewhere (END)

By pockynop

368K 55.9K 3.2K

BOOK 2 after HOLDER : DOTW (Fantasy + Magic) Perjalanan Carina dengan rencana gilanya berlanjut saat dirinya... More

Prolog
BAB 1 - Penjara
BAB 2 - Rapat Besar
BAB 3 - Activating
BAB 4 - Siksaan
BAB 5 - Rencana Gila
BAB 6 - Ruang Bawah Tanah
BAB 7 - Penyerangan
BAB 8 - Finding Her
BAB 9 - Restart
BAB 10 - Kebenaran
BAB 11 - A Piece
BAB 12 - Hint
BAB 13 - Aku Menemukanmu
CAST!
BAB 14 - When They Meet
BAB 15 - Hatimu Masih Mengingatku
BAB 16 - Ingatan
BAB 17 - Dua Hati
BAB 18 - Kenangan yang Hilang
BAB 20 - NAMA
BAB 21 - Keputusan
BAB 22 - Dia Kembali
BAB 23 - Terabaikan
BAB 24 - Kisahnya
BAB 25 - Ramalan Kuno
BAB 26 - Dua Belas Kunci
Bab 27 - Karena itu Kau...
Bab 28 - Extension
Bab 29 - Libra
Bab 30 - Jiho dan Sera
Bab 31 - Mexico & Canada
Bab 32 - Serangan
Bab 33 - Busan
Bab 34 - Track Finder
Bab 35 - Garis Depan
Bab 36 - Hilang Kendali
Bab 37 - The Last Key
Bab 38 - Golden Sword
Bab 39 - Kakak
Bab 40 - Heartache
Epilogue

BAB 19 - Move On

9.5K 1.1K 35
By pockynop

Blush! Wajah Jiho memerah sempurna saat menyadari apa yang terjadi padanya.

“A-Ashley!” Sera menatap Ashley panik, kemudian ia buru-buru bangun dari posisinya yang menimpah tubuh Jiho. “Ini tidak seperti yang kau pikirkan!”

Ashley masih menatap ke arah mereka berdua dengan tak percaya, “Memangnya kau tahu apa yang kupikirkan?”

“Kau salah paham! Aku dan Jiho tidak seperti itu! Itu sebuah kecelakaan!” Sera berusaha menjelaskan pada sahabatnya itu.

“Oke, aku mengerti. Sekarang waktunya makan malam.” Ashley mengangguk dengan ekspresi aneh lalu berjalan melintasi ruang tengah menuju dapur asrama.

“Ashley! Kau tidak mengerti! Dengarkan aku! Hey!” Sera langsung mengejar Ashley yang berjalan cepat di depannya, sementara Jiho masih belum bergerak sedikit pun dari posisinya. Otaknya sangat lambat bekerja saat ini. Ia masih tak bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi. Pikirannya kosong seketika.

Perlahan ia menyentuh bibirnya. Ia masih bisa merasakan dengan jelas bibir lembut Sera yang tadi menempel di bibirnya. “Lembut sekali.” Gumamnya masih terkejut dengan wajah memerahnya.

“Apa yang kau lakukan di situ?” Daniel yang saat itu melintas di ruang tengah terheran-heran saat melihat Jiho yang terlentang di sofa sambil melamun serta menyentuh bibirnya.

“Kau tak makan?” tanyanya lagi saat Jiho hanya menatapnya dengan bingung.

Ia bangkit dari posisinya kemudian berjalan ke arah Daniel seraya mengangguk pelan dengan tampang bodohnya, “Aku makan.”

“Apa sesuatu baru saja terjadi?” Daniel memandang curiga pada Jiho.

Jiho sontak langsung menoleh ke arahnya, “Apa maksudmu?”

“Wajahmu sangat merah.”
Jiho memenyentuh wajahnya seraya berdeham, ia tak bisa membalas perkataan Daniel.

“Sesuatu pasti baru saja terjadi.” Ulang Daniel dengan yakin.

“Berisik!” Jiho mendelik kearahnya kemudian berjalan cepat meninggalkan Daniel menuju ruang makan.

***

Seperti yang diperkirakan Jiho, suasana canggung terjadi di ruang makan saat ia dan Sera bertatap muka.

Karena itu ia lebih memilih meja makan satunya bersama Daniel dan yang lainnya. Jiho kembali menghela napas pasrah ketika menyadari bahwa Alvis dan Arvis ternyata berada di meja makan yang sama sepertinya.

Si kembar itu saling melempar tatapan kebencian satu sama lain, sedangkan Carina berada di antara kedua orang itu.

“Jangan hiraukan mereka, atau kau bisa terseret juga.” Tegur Elena yang berada di sebelah kanannya seakan mengerti apa yang dipikirkan Jiho.

“Siapa yang bertugas memasak hari ini?” Daniel menatap menu makanan yang berada di hadapannya dengan wajah berbinar-binar.

“Aku!” seru Ashley dari meja makan satunya lagi seraya mengangkat satu tangannya. Ia duduk berdampingan dengan Sera, Charlie dan Brian.

Daniel tersenyum lebar dan mengangkat ibu jarinya ke arah Ashley dengan mengangguk-angguk mantap. Ia sangat menyukai makanan yang dibuat Ashley.

Jiho yang mendengarnya hanya menggeleng-geleng pelan memaklumi tingkah Daniel yang memang langsung berubah jika melihat makanan.

Dengan tenang Jiho mulai mencicipi kuah sup di hadapannya dan mulai makan seperti yang lainnya. Sampai sesaat kemudian Carina mulai terbatuk-batuk dan wajahnya memucat.

Arvis dengan sigap langsung memberinya minum sementara Alvis menatapnya dengan cemas.

Awalnya mereka kira Carina hanya batuk karena tersedak, dan akan berhenti ketika ia minum. Tapi ternyata ia tak berhenti terbatuk-batuk sehingga Jiho dan Alvis saling berpandangan seakan mengerti maksud satu sama lain, kemudian berinisiatif kembali mencicipi satu persatu hidangan di hadapan mereka dengan cepat.

“Ebi!” Ucap Jiho saat mencicipi sup ikan di hadapannya. “Ada ebi di dalam supnya!”

“Ayo ke rumah sakit!” Alvis langsung menarik lengan Carina yang membuat Arvis kembali menarik lengan Carina yang satunya.

“Ada apa? Kenapa ke rumah sakit?” tanya Arvis tak mengerti.
Perhatian mereka kembali teralih pada Carina yang mulai kesulitan bernapas.

“Ini bukan waktunya berdebat! Cepat bawa dia!” teriak Daniel mulai panik saat melihat wajah Carina semakin pucat.

“Jelaskan padaku dulu, apa yang terjadi padanya?!” Arvis masih terus menahan Alvis yang ingin menggendong tubuh Carina.

“Carina alergi udang! Kau tak tahu itu padahal sudah dua tahun tinggal bersamanya?!” teriak Alvis akhirnya seraya menarik paksa tubuh Carina dan menggendongnya.

Dengan cepat Jiho dan Daniel berlari mengikuti Alvis yang membuka portal ke rumah sakit Central, sementara Arvis yang masih terkejut hanya bisa terdiam di tempat duduknya.

“Kenapa diam saja Arvis! Ayo kita juga ke sana!” desak Charlie meminta Arvis membuka portal yang sama agar dirinya, Sera, Ashley dan Brian bisa ikut menemui Carina.

Arvis mengangguk dengan gamang lalu menuruti permintaan Sera.

***

“Ini semua salahku. Masakanku yang telah membuatnya seperti ini.” Ashley menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi cemas. Berharap bahwa Carina akan baik-baik saja.

“Ashley, jangan menyalahkan dirimu begini. Ini sebuah kecelakaan.” Sera mengusap lembut punggung Ashley yang duduk di sebelahnya.

“Apa yang dikatakannya benar. Padahal kita telah tinggal bersamanya lebih dari dua tahun, tapi kita tak mengetahui hal ini.” Keluh Brian membuat Arvis yang mendengarnya membenarkan dalam hati.

Jiho dan Daniel duduk dengan gelisah. Mereka sama sekali tak berhenti menatap pintu ruangan tempat Carina berada, berharap Alvis akan keluar dari ruangan itu memberikan kabar baik.

Setelah menunggu lebih dari tiga puluh menit semua orang langsung berdiri ketika Ms. Kate keluar dari ruangan.

“Bagaimana keadaannya?!” Arvis bangkit dan langsung menghampiri wanita itu dengan panik.

Ms. Kate menatap Arvis agak lama, menyadari bahwa Arvis memiliki wajah yang sama persis seperti kembarannya. “Ia baik-baik saja. Untunglah kalian cepat membawanya kemari.”

“Kalian boleh masuk, tapi jangan membuat kegaduhan.” Katanya lagi seakan-akan mengerti keinginan orang-orang di hadapannya itu.

“Tentu Miss, kami tak akan melakukannya.” Jawab Jiho lalu masuk bersama yang lainnya.

“Bagaimana keadaannya?” tanya Daniel pada Alvis yang duduk di samping kasur tempat Carina terbaring.

“Ia akan baik-baik saja, Miss Kate sudah menyuntikkan obat untuk menekan reaksi alerginya. Tapi, ia masih sulit bernapas dan memerlukan oksigen untuk membantunya bernapas.”

Daniel dan yang lainnya bernapas lega mengetahui bahwa Carina baik-baik saja, tapi sesaat kemudian Daniel kembali berdecih kesal saat melihat Alvis terus menggenggam tangan Carina yang tak sadarkan diri.

“Kau tak mau melihatnya?” tegur Sera saat melihat Arvis hanya terdiam dan berdiri di dekat pintu.

“Aku tahu kau sangat khawatir padanya, kau harus melihatnya.” Brian mendorong punggung Arvis agak kuat agar laki-laki itu mau berjalan mendekat ke arah tempat Carina terbaring.

Dengan segenap keberanian dan rasa bersalahnya Arvis maju mendekati Carina.
Hatinya sakit ketika ia melihat saudara kembarnya kini tengah menggenggam tangan gadis yang juga ia cintai.

Ia hanya bisa menahan  emosinya yang bercampur aduk dan beralih menatap wajah pucat Caria yang terbaring lemah di hadapannya.

Dadanya sesak ketika melihat gadis itu tak berdaya dan  kesakitan seperti ini. Ia kini berpikir betapa bodohnya dirinya selama dua tahun ini karena tak mengetahui apa pun tentang Carina. Yang ia lakukan hanyalah memberitahunya kebohongan dan ingatan palsu.

Ia bahkan tak tahu makanan apa yang Carina sukai, warna apa yang ia sukai, atau makanan apa yang tak bisa ia makan…

Seperti saat ini, ia tak tahu bahwa Carina memiliki alergi parah terhadap udang yang bisa saja membahayakan nyawanya.

Setelah melihat keadaan Carina dan mengetahui kalau gadis itu kini telah membaik, seluruh penghuni asrama meninggalkan Alvis dan Arvis di ruangan itu agar mereka bisa berbicara empat mata.

“Kau… sama sekali tak tahu?” Alvis memandang saudara kembarnya.

Arvis hanya diam, tapi Alvis telah mengetahui jawabannya dari ekspresi Arvis saat ini.

“Bagaimana bisa? Dua tahun itu waktu yang lama, Arvis.” Keluh Alvis tak habis pikir.

“Memangnya sekali pun kalian tak pernah makan udang sehingga tak mengetahuinya?”

Jawabannya adalah tidak.

Mereka hidup di pinggir kota yang jauh dari laut. Bahkan ikan saja mereka sangat jarang memakannya.

“Beritahu aku, semua tentangnya.” pinta Arvis dengan suara pelan.

Alvis menatapnya sebentar lalu bangkit dari kursi yang berada di sebelah kasur tempat Carina terbaring menuju sofa panjang yang ada di sisi lain ruangan. Arvis mengikutinya tanpa berkata-kata.

“Apa pun itu?” Alvis menatap saudara kembarnya yang langsung menjawab dengan anggukan.

“Carina suka warna ungu, makanan kesukaannya donat, ia lemah terhadap cuaca dingin…” Alvis mulai bercerita dengan wajah yang melunak.

Baru kali ini Arvis melihat ekspresi saudara kembarnya yang seperti itu selama hidupnya.

Tatapan matanya hangat, suaranya yang lembut, wajah kakunya benar-benar berubah saat membicarakan tentang Carina. Wajahnya yang dingin, kaku, dan datar kini telah menghilang.

Arvis merasa gelisah, hatinya dilanda dilema. Kini ia luluh saat melihat adik kembarnya yang terlihat sangat bahagia saat membicarakan gadis yang sama-sama mereka cintai. Ini pertama kalinya ia melihat Alvis benar-benar bahagia dan tersenyum tulus selama hidupnya.

***

Bab bonus untuk kalian yang telah ikut PO sebagai hiburan selagi menunggu OPEN PO selesai 😂😂😂

Lanjutannya silahkan baca di versi buku yaaa wkwkwk

💕💕💕💕😘😘😘

Yuk yang belum ikut PO

Continue Reading

You'll Also Like

102K 8.8K 29
Selena tak pernah menyangka jika kalung yang selama ini diberikan sang ibu justru membawanya kembali bertemu dengan sosok-sosok yang berpengaruh atas...
38.1K 10.9K 49
Crescencia, seorang perempuan berparas rupawan, memiliki sifat keras kepala, dan introvert. Dia adalah salah satu perempuan yang sama sekali tidak pe...
354 50 17
Ganendra Langit samudra, seorang lelaki tampan dan tegas, Ia adalah pemimpi geng motor bernama cardion.Ia tak suka di usik di ganggu dan di atur atur...
2.9M 184K 46
[Part lengkap] Blur : Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang...