...

luckyniss által

81.2K 1.1K 75

Több

1. Wildan Argian Hadi
3. Wildan Tampan
4. Wildan Pengecut
5. Shaby Bingung
Numpang Promo/Open PO 🎉 Ternyata Cinta
Info Pindah Lapak (Penghapusan)

2. Sabrina Alea

2.8K 218 3
luckyniss által

Halooo ..

Semoga suka dengan cerita ini yaa ..

Happy Reading ..



Wildan sedang duduk dibalik meja kerjanya. Sedang membaca salah satu proposal penawaran kerjasama oleh sebuah perusahaan retail yang cukup besar. Kacamata yang membantunya untuk membaca itu bertengger indah di hidung mancungnya.

Wildan yang tengah serius dan fokus memang terlihat dua kali lipat lebih tampan dari biasanya. Membuat siapapun yang melihatnya menahan nafas beberapa detik. Bahkan Asti yang sudah bersuami, sekuat mungkin meningkatkan imannya agar tidak goyah ketika melihat pesona bos-nya itu.

"Masuk." Ucap Wildan setelah mendengar bunyi ketukan pintu ruangannya.

"Pagi Pak Wildan. Mahasiswi yang akan magang sebagai sekretaris Bapak sudah datang." Ucap Asti setelah menahan nafas beberapa detik.

" Kebetulan sekali, banyak proposal yang harus di analisis."

"Baik Pak."

Asti langsung keluar ruangan, memanggil mahasiswi magang itu untuk masuk ke dalam ruangan Wildan.

Mata Wildan melotot dari balik kacamatanya. Ketika melihat gadis sinting kemarin sore itu, ikut masuk bersama Asti.

"Selamat pagi Pak, perkenalkan saya Sabrina Alea. Biasa di panggil Shaby. Saya dari Universitas TriDHarma Fakultas Ekonomi semester 5. Saya akan magang di perusahaan milik Bapak selama dua bulan ke depan. Mohon bantuannya Pak, Terima kasih."

Setelah mengucap kalimat perkenalan itu, gadis bernama Sabrina itu masih menyunggingkan senyum percaya dirinya. Namun beberapa detik berselang, senyumnya memudar, terganti dengan raut wajah pias melihat wajah owner tempat ia magang itu.

***

"Tolong tempatkan dia di divisi lain yang sesuai dengan bidang pendidikannya. Saya tidak jadi membutuhkan Assistant, Sekretaris atau apalah namanya itu."

"Loh kenapa Pak?"

"Gakpapa As."

Wildan meninggalkan meja Asti lalu pergi ke pantry, ia butuh minuman segar untuk membasahi tenggorokannya. Ia bisa saja meminta Bi Marni untuk membuatkannya. Tapi Wildan sedang menghindari ruang kerjanya sendiri karena ada gadis sinting itu disana. Terpaksa ia mengungsi sementara di pantry.

Sementara itu di ruang kerja Wildan, sesaat setelah Wildan meninggalkan ruangan, Shaby meraih tote bag nya mencari kartu nama yang diberikan Wildan kemarin. Setelah menemukan apa yang ia cari, ia membaca kartu nama itu dengan seksama.

Tolol. Kenapa gak sadar dari kemarin. Shaby mengumpat dalam hati ketika membaca lebih detail kartu nama tersebut. Wildan Argian Hadi lalu di barisan bawahnya tertulis, Owner and Founder Argian Brothers Furniture.

"Si Bos pergi daritadi gak balik-balik. Apa do'i kesel sama gue yah?"

Shaby merasa serba salah, disatu sisi ia merasa senang diberikan kehormatan untuk magang sebagai sekretaris Bos. Apalagi Bos-nya setampan itu. Namun ia juga merasa bersalah karean ternyata Bos-nya itu laki-laki kemarin sore yang menabraknya. Dan ia sempat berlaku tidak sopan.

Di hari pertama ia magang hanya dihabiskan untuk merutuki kebodohannya itu. Selain itu Shaby juga merasa bisa mati karena kebosanan berada disana. Wildan meninggalkannya tanpa memberi tugas apa-apa. Jadi ia bingung harus melakukan apa.

Menit demi menit terlewati, Akhirnya Jam menunjukkan pukul 12 siang. Shaby bersorak riang karena akhirnya jam istirahat tiba. Tanpa ia tahu dibalik pintu Wildan mendengar sorakan nya yang berasa di stadion ketika nonton pertandingan bola.

Wildan mengurungkan niatnya membuka pintu. Kini ia bersandar pada dinding sehingga posisinya berada tepat didepan pintu. Memikirkan apa yang gadis itu katakan kemarin tentang Dimas yang melihatnya memeluk Kanaya.

***

"Jadi lo di jadiin Assistant si bos itu?" Tanya Rahayu saat mereka menghabiskan makan siang yang ia dapatkan dari kantor.

"Hmm." Jawab Shaby seraya menganggukan kepalanya dengan antusias. Tanpa mengeluarkan sepatah kata karena mulutnya tengah mengunyah makanan.

"Katanya ganteng ya?" Tanya Rahayu yang akrab disapa Ayu itu.

"Hmm." Jawab Shaby lagi dengan gerakan yang sama seperti sebelumnya.

"Beruntung banget sih lo Shab." Kata Ayu lagi dengan antusias.

"Oh jelas .. " Jawab Shaby bangga, ia menepuk pelan sebanyak tiga kali ujung dada sebelah kirinya dengan tangan kanan yang terkepal.

Lalu kedua gadis muda itu menghabiskan waktu makan siang mereka di halaman belakang kantor dengan membicarakan Bos ganteng kebanggan kantor tempat mereka magang itu. Tentang Wildan yang tampan, baik, rendah hati, ramah, tidak sombong, dan single.

Setelah 60 menit terlewati, mereka kembali masuk ke dalam kantor. Mereka berpisah di meja kerja Ayu. Ayu sendiri ditempatkan pada bagian keuangan.

Para staff tidak mempunyai ruangan untuk setiap divisinya, mereka menempati satu ruangan besar di lantai dua yang terdiri dari kubikel yang berderet rapi. Sedangkan lantai satu di isi dengan receptionist dan beberapa ruangan yang berfungsi untuk menerima tamu, juga ruang meeting, serta ruang pameran produk yang sedang dipasarkan.

Shaby berjalan menuju ruangan Wildan, namun Asti menghentikan langkahnya.

"Sabrina."

"Iya Bu Asti." Jawab Shaby dengan riang.

"Hmm begini Sabrina. Mulai siang ini kamu bisa membantu di divisi HRD. Saya baru ingat kalau konsentrasi kejuruan kamu Manajemen SDM bukan?"

Shaby terdiam sesaat mendengar perkataan Asti. "Hmm begitu ya bu?" Balas Shaby dengan memaksakan senyum.

"Iya, kebetulan salah satu staff HRD sedang cuti hamil. Jadi saya membutuhkan kamu. Meja kamu ada di sebelah sana." Tunjuk Asti pada kubikel yang bersebelahan dengannya.

Mendapat perintah itu Shaby hanya bisa menurut pasrah. Ia melangkah gontai menuju ruangan Wildan untuk mengambil tas dan perlengkapan kerjanya disana. Lalu pindah menempati kubikel milik divisi HRD.

***

Sudah satu minggu sejak kejadian pindah divisi mendadak itu. Namun pikiran Shaby tidak pernah terlepas dari Wildan. Apa mungkin Wildan marah padanya karena bersikap tidak sopan waktu itu. Padahal Shaby sudah berniat untuk meminta maaf. Tapi Shaby sudah keburu dipindahkan oleh Bu Asti.

Wildan juga tidak terlihat batang hidungnya. Kata Bu Asti, Wildan sedang stand by di pabrik yang berlokasi di Jepara.

Jam telah menunjukkan pukul delapan malam. Ayu sudah pulang dari pukul lima sore tadi, sesuai dngan jam keluar kantor. Namun Shaby masih duduk di halte bis yang berjarak seratus meter dari kantor.

Menunggu adalah hal yang paling ia benci. Shaby terbiasa di antar jemput oleh supir keluarganya atau kekasihnya. Shaby tidak berani menggunakan angkutan umum, bahkan taxi online sekalipun. Inginnya Shaby sih, membawa kendaraan sendiri, namun dilarang keras oleh Papi-nya.

Tidak lama kemudian sebuah Ekspander hitam berhenti tepat disampingnya. Keluarlah sosok laki-laki muda dengan kaos hitam dan celana jeans menghampiri Shaby yang menampakkan wajah sebal.

"Sayang. Aku gak terlambat kan jemput kamunya?" Ucap Genta seraya menyelipkan sejumput surai panjang Shaby ke belakang telinga.

"Hmm." Sahut Shaby dengan wajah menunduk seolah merajuk.

"Maaf ya sayang." Ucap Genta lalu menggiring Shaby ke mobil dan membukakan pintu mobil untuknya.

"Kamu selalu terlambat jemput aku. Aku tuh udah selesai dari jam 5 sore, sekarang udah jam 8. Kamu bilang kamu mau jemput jam 6. Udah tiga jam aku nunggu kamu Ta." Ujar Shaby ketika Genta sudah berada di balik kemudi.

"Iya aku minta maaf ya sayang." Genta meraih lengan mungil kekasihnya itu, lalu mengecupnya.

"Besok aku minta jemput sama Pak Didin aja deh."

"Loh kenapa?"

"Abisnya kamu jemputnya selalu ngaret kayak gini."

"Kamu kan tau Jakarta macetnya kayak apa. Apalagi jam pulang kantor. Jangan samain aku kayak supir kamu lah. Lagipula sampai kapan kamu bersikap manja kayak gini?"

Shaby menoleh cepat pada Genta ketika mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Genta. Menatap Genta dengan tatapan kecewa.

Genta yang sadar akan hal itu, menepikan mobilnya ke sisi jalan. Ia sadar telah melakukan kesalahan. Shaby benci disebut manja, meski kenyataannya Shaby memang sangat manja.

"Sayang, maaf."

"Aku yang salah, aku memang manja. Mulai besok aku mau bilang Papi. Aku mau bawa mobil sendiri."

"Jangan."

"Kenapa?"

"Kamu mau Papi kamu maksa kita buat putus lagi. Kayak waktu dulu aku bonceng kamu pakai motor, dan akhirnya aku beli mobil ini? Satu kali aja kamu gak selalu pentingin ego kamu sendiri. Kamu gak lihat semua pengorbanan aku sampai hubungan kita sejauh ini?"

Shaby tidak menjawab apa-apa. Matanya menatap lurus jalanan ibu kota. Yang Shaby tangkap dari kalimat Genta adalah, seolah Genta menyerah.

Menyerah dengan hubungan mereka yang absurd itu. Meski sudah berjalan satu tahun, Shaby menyadari ada yang salah dari hubungan mereka. Seperti ada yang mengganjal. Bukan karena ia meragukan perasaan Genta padanya, maupun sebaliknya.

Atau semua memang salah Shaby yang selalu ingin dimengerti, tanpa mau mengerti kekasihnya. Shaby yang pemaksa. Shaby yang terlalu manja hingga semua keinginannya wajib dituruti oleh Genta?

Shaby yakin sekali kalau Genta seratus persen menyayanginya. Begitupun Shaby, ia amat menyayangi kekasihnya yang masih satu kampus dengannya itu. Namun ia merasa hubungannya dengan Genta tidak akan lama. Apalagi hingga saat ini Papi-nya tidak merestui hubungannya dengan Genta.


TBC

SalamHangat#Niss

Olvasás folytatása

You'll Also Like

970K 45K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
832K 11K 32
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
6.2M 319K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
8.3M 517K 34
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...