Finders Keepers, Loosers Weep...

By nauraini

109K 16.6K 1.5K

Kata orang hidup gue ini nggak ada progresifnya sama sekali. Stuck aja terus di satu titik. Enak aja! Kalau s... More

Prolog
[1] Pemborosan!
[3] Lorong Rusuhhhhh!
[4] Kenapa Gue Mulu yang Kena, Sih?!
[5] Berantakan Minggu Pagi Gue!
[6] Nongkrong? Ngapain Sih? Balik!
[7] Jangan Ngajak Adu Bitter!
[8] Looks Like My Metabolism Ain't Worked Well!
[9] Galau Boleh, Otak Jangan RIP Dong!
[10] Semakin Kaya Referensi, Semakin Pretensius?
[11] Diplomasi Salah Sasaran!
[12] Sambaaat Terosss!
[13] Taruhan, Sekotak Pizza dan Film Klasik
[14] Cocoklogi & Perawan Suci Salah Petuah
[15] Yang Begini Nih Korban Hegemoni!
[16] Bocah Dajjal Minta Dihajar!
[17] Everything is at Sixes and Sevens!
[18] Too High Too Handle, Lah!

[2] Toa Banget Sih!

7.4K 1.2K 38
By nauraini

"Mbak Nir, siniiiii...."

Buset bocah toa abis!

Nir... Nir... Berasa Nirvana. Atau Nir... fana? Itu lebih bener sih.

Gue cuekin si Gilang toa itu dengan pura-pura nggak denger. Plis ini baru hari kedua dari project Kalimantan itu resmi diomongin dan i haven't doing any progress yet, so... mending nggak cari masalah dengan gabung ke meja mereka. Apalagi di sana ada Rafadhan itu. No, thanks.

Keinget gimana ngakaknya Mbak Siska karena gue kesulut emosi kemaren. Bukan apa-apa sih sebenarnya sampai gue harus merasa tersinggung banget, cuma coy, mukanya si Rafadhan itu asli nyebelin banget! Ngomongin tentang pemborosan budget dan ada intensi meremehkan kalau ngundang media itu nggak perlu karena isu yang mau mereka bawa ke konferensi itu adalah topik yang seksi bagi negara. Otomatis bagi media juga. Excuse me?

"The... Woy! Sini!"

Nah ada penyelamat di saat gue bawa baki makanan dan nyari-nyari tempat duduk kosong. Makan siang kantor selalu ramai. Apalagi kalau awal weekdays gini. Orang-orang jadi males keluar karena kerjaan lagi banyak. Dan gue termasuk yang males keluar karena kerjaan gue masih banyak.

Gue menghampiri gerombolan konsultan livelihood yang menduduki meja panjang.

Orang-orang yang udah kenal sama gue lebih sering manggil gue Thea dibanding Nirmala. Nirmala Thea. Itu nama gue.

"Mana geng COE lo?" Mbak Fasty langsung nanya. Mbak Fasty sama Karin ternyata memisahkan diri dari obrolan seru orang-orang livelihood yang membawa topik research mereka ke meja makan. Jiwa muda Mbak Fasty dan Karin menolak terkontaminasi topik berat saat jam makan. Makanya mereka semangat banget waktu gue gabung. Walaupun dalam satu meja panjang itu tidak ada pemisah, obrolan santai kami yang menjadi jurang pemisah.

"Pada makan di luar, Mbak. Gue ada meeting habis lunch jadinya males keluar."

"Gue denger-denger lo nanganin project Pak Her ya?"

Gue yang lagi konsen makan ikan langsung tergugah, "Hahaha bener-bener ya dinding ESRI bertelinga."

Mbak Fasty sama Karin langsung ketawa.

Awalnya nih awalnya... kami ngomongin Pak Herdanu yang habis pulang conference dari Belgia trus bawa banyak oleh-oleh dan semua lorong konsultan dapet. Ujung-ujungnya.... "Leader-nya Pak Her apa Mas Rafa buat even Kalimantan, The?"

Mas... Rafa? Seketika gue pengen ngakak. Sebenernya umum banget sih di kantor ini manggilin mas atau mbak dibanding kak, bang, kang, teh, sis atau sebutan lain. Lebih sering juga manggil nama langsung. Terutama kalau sama yang TKA (Tenaga Kerja Asing). Cuma ya karena ini si Rafa jadi aneh aja. Kemaren, gue sengaja manggil 'pak'. Tersinggung kali ya dia. Makanya dia bilang belum apa-apa gue udah dendam sama dia.

"Buat even Mas Rafa, Mbak. Kalau research masih dipegang Pak Her kayaknya. Ya beliau sebagai principal scientist. Tim Leader-nya si Jeremy, kan?"

Mbak Fasty mengangguk. Trus si Karin langsung nyaut, "Mujur lo Mbak bisa ketemu sama Mas Rafa melulu. Mode intim."

Anjir. "Hahahaha... Kampret! Kagak lah. Bisa digaplok Pak Her sebelah kanan, Mbak Siska sebelah kiri gue ntar."

"Ya elah kaku bener! Sekalian gebet Mbak mumpung lo jomlo, doi juga."

Buset! Tahu-tahunya lho dia kalau si Rafa jomlo.

Gue langsung ngakak, "Rin ah elah! Yang modelan begitu mana mau sama gue."

"Heeehhh lo kenapa denial mulu sih, Mbak? Coba dulu kaliiiii. Nggak bosen sendiri mulu?"

Mohon maaf, Karin butuh kaca?

Gue cuma mengedikkan bahu menanggapi usul ngawurnya Karin. Nggak Mbak Siska, nggak Mbak Widya, nggak Mbak Fasty sama Karin pada bilang begitu. Lah emang sekalinya ngerjain project sama yang masih lajang harus gue gebet gitu orangnya? Teori super ngasal emang.

Mereka berdua langsung kasak-kusuk lagi. Baru tahu gue kalau si Rafa ini cukup menjadi topik yang menarik buat mereka. Gue aja selama hampir dua tahun kerja di sini kayak antara sadar dan nggak sadar ada dia di kantor ini. 'Geng bule lokal' kalau kata anak-anak COE. Tapi gue nggak pernah beneran merhatiin siapa aja yang dimaksud. Paling sadarnya cuma sama Alex karena dia sering banget ke lorong gue buat ketemu Mas Yanuar. Makanya Mbak Fasty sama Karin sampai heran pas gue segitu meyakinkannya kalau emang sebelumnya nggak sadar ada Rafa eksis di dunia ini.

Dan 'geng bule lokal' ini emang jadi salah satu pemandangan menyegarkan di kala lunch. Karena yang muda pada kumpul terutama yang dari Blok Timur. Bloknya orang konsultan.

Emang sih bisa dibilang kantor ini agak kerontang anak muda. Makanya 'geng bule lokal' yang nggak gue tahu siapa aja orang-orangnya ini sangat outstanding kalau di cafetaria. Padahal sesepele kumpulan yang muda duduk bareng, makan, ngerokok di satu meja sama anak COE langsung disebut 'geng'.

Dan kumpulan konsultan itu entah kenapa emang lebih well-dressed dibanding anak COE yang kebanyakan bodo amat sama penampilan. Sounds weird i know, karena background kita komunikasi. Tapi percayalah, COE yang isinya anak Web, Multimedia, Design, Konten, Event nggak pernah serapi orang konsultan. Kecuali bos-bos besar semacam Mas Anggit, Team Leader atau Direktur COE.

Lagipula di COE juga nggak banyak anak mudanya. Sekalinya ada, rata-rata di jari manis udah ada tanda paten. Gue juga heran, apa jaman sekarang cowok gantian yang punya trend pengen nikah cepet? Sekalinya ada yang bening anak multimedia sama design, eh... udah pada bercincin. Sisanya bapak-bapak semua yang kalau makan siang pada bawa bekel trus makan di pool sekalian berenang. Geng bapak-bapak banget emang, nyempetin olahraga di kala istirahat.

Tapi bener sih, obrolan makan siang kalau bareng cewek-cewek biasanya kebanyakan yang dibahas ya drama korea, tempat nongkrong, cowok, fashion. Dan 'Mas Rafa' adalah topik obrolan menarik siang ini bagi Mbak Fasty sama Karin.

"Mbak, kalau yang lagi barengan sama Rafa selain Gilang itu siapa namanya?" tanya gue ke Mbak Fasty mumpung lagi pada nengok ke meja cowok-cowok di luar. Di area merokok. Ada tiga orang di sana. Persis cowok-cowok yang ikut meeting kemarin.

"Eh siapa namanya, Rin? Itu yang katanya kakak kelas lo kan?" tanya Mbak Fasty ke Karin.

"Oh, Mas Randu. Bukan kakak kelas gue. Cuma satu uni doang. Barengan pas di organisasi kampus dulu."

Oh itu yang namanya Randu. Jadi kemarin akhirnya pas mau bikin job desk, gue inventaris nama-nama yang akan jadi tim dari mereka dan dari COE. Tahunya si Alex sugar daddy masuk juga ke dalam tim. Dari mereka ada enak orang, nggak termasuk Pak Her. Ada Rafa, Gilang, Alex, Randu, Sari sama Mbak Ira yang merupakan team support assistant mereka. Ditambah tim dari COE. Kalau dari COE akan banyak yang terlibat walaupun tim intinya gue, Mbak Siska sama Mas Yanuar.

"Emang belum meeting, Mbak?" tanya Karin kepo.

"Udah kemaren sih cuma gue lupa namanya."

Si Karin berdecak, "Lo ya Mbak kebiasaan emang susah banget nginget nama orang. Lo dulu pas nangangin project kita juga nggak hapal-hapal sama si Bambang. Dipanggilnya cuma mas... mas gitu doang. Padahal kan si Bambang ada di grup juga."

Gue menggaruk kepala yang nggak gatal trus cengengesan. Ya habis... emang susah.

"Barusan Mbak Fasty juga lupa sama Randu. Padahal kan kalian satu blok Timur," gue menunjukkan aksi membela diri.

Mbak Fasty ikutan gelagat gue, "Familiar gue sama mukanya karena sering ke ruangan Pak Her. Cuma lupa namanya. Sex appeal-nya kurang sih jadi nggak kena radar gue."

"Kampret bener lo, Mbak!"

Mbak Fasty ketawa trus masih mau nyambung omongannya, "Kalau macam si Rafa sama Alex tuh nggak boleh lolos dari radar. Yang bawa angin surga di Blok Timur kalau mereka udah seliweran."

"Najis!" seru gue sama Karin barengan.

Trus kita ketawa-ketawa lagi. Masih pembahasan dari Mbak Fasty tentang betapa menariknya seorang Alex kalau lagi ngerokok sambil menggelung kedua kemejanya.

"Mampus si Gilang mau ke sini kayaknya!" si Karin langsung heboh. Ketahuan emang ini anak naksir sama Gilang karena sedari tadi nyeletuk kalau Gilang juga ganteng kalau lagi ngerokok. Entah beneran naksir apa cuma buat seru-seruan doang.

Gue lirik sekilas bocah yang gayanya agak messy ini beneran menuju ke arah meja kami setelah menaruh baki piring kotor ke tempatnya. Gue pengen ngakak waktu si Karin pura-pura minum dengan anggun. Old school banget sihhh!

"Hai, young ladies," sapanya terlalu ramah dengan senyum tiga jarinya. Young ladies? Mbak Fasty langsung defensif dengan tawa. Karin sok-sok anggun cuma dengan senyum sekilas trus minum lagi. Awas kembung, Rin!

Gue rasa Gilang ini emang tipe orang kelewat ramah sama semua orang. Semuanya ditanyain kabar satu-satu. Termasuk gue. Emang dalam sehari bakalan ada kejadian sebesar apa sih? Baru juga kemaren ketemu!

"Lang, mana oleh-oleh dari lapang?" tanya Mbak Fasty.

"Bawa kopi doang gue, Mbak. Lo mau?" tanyanya lagi. Kedua tangannya yang bertumpu di meja dan tubuh yang condong ke depan langsung bikin Karin keselek. Anjir, gue dosa nggak sih kalau gue ngakak?

"Duh Rin... Pelan-pelan dong minumnya. Keselek kan jadinya."

The hell, Gilang! Dia langsung ambil tisu di meja dekat Karin dan menyapukannya ke ujung bibir Karin. Padahal nggak ada sisa air sama sekali yang keluar dari mulutnya. Wah... Bener-bener ini si Gilang! Flirty abis! Wajah Karin langsung merah banget dan gue sama Mbak Fasty langsung senggol-senggolan tangan di atas meja.

Begitu Karin udah stay cool lagi, Gilang ngobrolin tentang pengalaman dia di lapang. Gue masih diem aja ngelanjutin makan gue yang nggak kelar-kelar karena Mbak Siska bawel banget di WhatsApp daritadi nanyain update partisipan media workshop di Filipina. Kebiasaan banget doi tuh! Makan siang tetap aja kerja jadinya ganggu gue mulu!

"Theeee... Ini nih Dedek Gilang nanyain Mbak Nirmala mau kopi nggak?" Mbak Fasty nanya gue.

"Nggak minum kopi item gue. Thanks for offering." Gue lanjutin makan lagi.

"Mbak Nir kok lo belum bikin grup juga sih? Tadi ditanyain sama Mas Rafa."

"Ntar kalau Communication Strategies udah jadi biar sekalian ada bahasan."

"Padahal nggak apa-apa tahu bikin aja dulu. Kita kan bisa saling mengenal dulu. Kan baru pertama kali even kami ditangani sama Mbak Nirrrr...."

Apa sih ini bocah!

"Iya ntar gue bikin."

Gue udah selesai makan dan harus segera balik ke meja. Mbak Siska nanyain akses ke Evenbrite buat media workshop. Ini mbak-mbak pasti minta dikasih tahu detilnya, makanya nggak bisa cuma dijelasin dari WhatsApp.

"Mbak, Rin, gue duluan ya. Mbak Siska mulai demanding nih."

Si Gilang yang nyamber, "Gue kok nggak dipamitin?"

Elah bocah!

"Iya lo juga."

"Juga apa?"

"Gue duluan."

"Oke Mbak Nirrrr hati-hati. Gue tunggu invitation grupnya ya."

"Hmmm...."

"Besok kalau gue ajak gabung jangan sombong ya Mbak."

Gue beneran udah ngangkat baki dan bodo amat sama omongan ini bocah. Gue baru tahu dari Mbak Siska kalau si Gilang ini emang baru lulus kuliah sarjana. Dulunya dia pernah intern di sini pas lagi summer break. Entah kepribadiannya yang kelewat ramah ini hasil dari counter culture atau emang orangnya ramah.

"Mbak, ada yang lupa!" kata Gilang lagi. Toaaaaa banget! Sampai ada beberapa yang lagi di dekat etalase makanan pada ngelihatin. Ini anak beneran nggak ada sungkan-sungkannya sama orang-orang lebih berumur yang ada di dalam cafetaria. Genggeus banget!

"Mas Rafa nanti sore mau nyamper lo." Informasi tambahannya. Suaranya makin toa. Orang-orang makin ngelihatin dia sama gue.

Ini bocah bener... bener!

= F I N D E R - L O O S E R =

Semoga nggak bosen ya hehehehe. Ditunggu banget feedback-nya kalau ada yang perlu diperbaiki hehe. Maklum udah lama banget nggak nulis, tata bahasa sama kosa kata jadi amburadul gitu. Maaf ya kalau masih banyak typo dan kalimat nggak efektif hehe. Please let me know ya.


August 5th, 2018

Continue Reading

You'll Also Like

439K 25.7K 30
Story Kedua Neo Ka🐰 Duda Series Pertama By: Neo Ka Gayatri Mandanu itu ingin hidup simpel, tidak ingin terlalu dikekang oleh siapapun bahkan kadang...
761K 77K 35
Pernikahan Rhea dan Starky hanya berlangsung selama tiga tahun. Meskipun mereka telah dikaruniai seorang putra, ternyata Starky belum juga bisa usai...
1.6M 175K 66
TAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes "Kita kapan akan bercerai?" - Aliyah, istri. "Kamu ajakin saya kumpul kebo?" - Jesse...
694K 1.9K 22
WARNING!!! IAM COMEBACK AWASSS BASAHH!! Jangan Dibaca semuanya sesat Sudah ada peringatan!!! kalau bermaksud me-REPORT cerita gw mending skip