TEMEN?? (END)

By nanawindan

552K 27K 1.2K

Audy dan Deka sudah bersahabat sejak lama, bahkan kedua keluarganya sudah saling mengenal sejak mereka masih... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 0.5
Part 0.6
Part 0.7
Extra Part 1
Sekuel Gita & Chandra; Teman Selamanya
Extra Part 2
Extra Part (Deka&Audy)

Part 19

9.7K 743 21
By nanawindan

Kesehatan Audy berangsur-angsur pulih, dua hari setelah kepulangannya ia sudah kembali tinggal di kamarnya. Suatu kebetulan Audy sakit sebelum libur minggu tenang, sehingga waktu pemulihannya tidak mempengaruhi kegiatan perkuliahan. Teman-teman Audy masih ada beberapa yang menjenguknya di hari pertama setelah ia pulang ke rumah, karena kebanyakan dari mereka datang ketika Audy masih di rumah sakit. El juga datang sekali lagi ke rumah Audy, padahal ketika di rumah sakit ia sudah menjenguk Audy sebanyak dua kali, hal itu membuat Dewi cukup mengenal El dibanding teman-teman kampus Audy yang lain selain Choki.

"Lo pacaran atau diculik Nyai Roro Kidul sih, Ka? Ngilang sampai berhari-hari gitu." seloroh Gita yang mengundang kikikan tawa Seno dan Chandra.

"Tau tuh, kita kekurangan orang buat jagain Audy di rumah sakit. Untung aja ada sodara-sodaranya Audy, ditambah temen-temennya di kelas sama di panitia." tambah Seno. Saudara yang dimaksud adalah para sepupu Audy dari pihak almarhum ayahnya.

"Udah, udah. Yang penting kan Audy udah sembuh sekarang." Chandra melerai.

"Gue minta maaf." Ucap Deka tulus.

"Gak usah melow ah, kayak anak perawan abis dikerjain." Ucap Chandra, lagi-lagi ia mendapat toyoran di kepalanya oleh Gita.

Kelima orang sahabat itu sedang menikmati hari libur di rumah Audy, sudah lama juga tidak kumpul lengkap begitu. Seno bahkan berkelakar bahwa sakitnya Audy membawa berkah yang membuat mereka bisa menyempatkan diri untuk berkumpul full team. Setelah apa yang telah mereka lalui, mereka sepakat untuk tidak menyalahkan satu sama lain mengenai hal yang menimpa Audy. Jika dipikir-pikir semuanya juga salah, atau lebih tepatnya tidak ada yang salah karena masing-masing punya kepentingan lain dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Perlindungan diri sendiri selalu menjadi cara terbaik untuk menghindari segala macam bahaya. 

Seperti Audy contohnya. Audy sadar dalam hal ini dirinya sendirilah yang salah. Sebenarnya ia tidak harus memaksakan untuk pulang sendiri jika memang sudah tidak kuat, tidak masalah jika ia harus merepotkan orang-orang yang ada didekatnya sekalipun mereka sedang sibuk, toh hanya mengantar saja tidak akan memakan waktu berjam-jam. 

Satu-satunya yang sempat menjadi permasalahan di antara mereka adalah absennya Deka yang tanpa kabar sama sekali. Tapi semua sudah lewat, yang terpenting adalah Audy saat ini sudah baik-baik saja. Setidaknya itu menurut Gita, Seno, maupun Chandra. Mereka tidak tahu saja percakapan apa yang terjadi antara Deka dan Audy sebelumnya yang membuat Deka maupun Audy sama-sama emosi saat itu. Deka tidak tahu apakah ia harus senang atau khawatir mengetahui bahwa Audy sama sekali tidak pernah mengungkit hal itu, tetapi yang jelas ia sangat lega hubungan mereka kembali membaik.

Semenjak hari kepulangan Audy dari rumah sakit, Deka tidak pernah lagi menemui Audy hanya seorang diri. Jika tidak bersama teman-temannya yang lain, maka Deka juga tidak akan datang kepada Audy. Bahkan ketika Rahma meminta Deka untuk mengantarkan suplemen tambahan untuk Audy, Deka hanya menitipkannya kepada Bik Esih tanpa menemui Audy langsung. Nadine juga pernah menawarkan diri untuk menjenguk Audy di rumahnya, tapi pria itu malah menyarankan untuk menitipkan salam saja kepadanya, yang tentu saja bukan Deka yang menyampaikannya langsung, melainkan lewat Gita.

Deka tidak mengerti mengapa ia tidak berani bertemu Audy seorang diri, bahkan mempertemukannya dengan Nadine pun Deka tidak siap. Mungkin karena perasaan bersalah yang belum reda di dalam hatinya, dan Nadine juga menjadi alasannya berbuat demikian. Apa lagi Deka belum benar-benar meminta maaf kepada Audy atas perkataannya tempo hari. Sikap sahabatnya itu juga dirasa lebih dingin kepadanya. Jika bertemu pun Audy sudah jarang berbicara kepadanya, ia hanya akan bicara jika benar-benar harus. 

Masa ujian akhir semester membuat Deka dan Audy kehilangan komunikasi. Mereka hanya bertegur sapa sesekali digrup. Deka sudah tidak pernah lagi mengantar jemput Audy karena sekarang Mang Ujang lah yang memegang tugas itu. Mang Ujang sebenarnya adalah supir yang dipekerjakan di toko, baik untuk belanja, mengantar pesanan, atau semacamnya. Tugasnya kini ditambah dengan mengantar-jemput Audy ke kampus atau kemanapun.


"Kalian lama banget sih, yakin deh ini pasti kena macet kalau berangkatnya siang gini." Audy mengomel ketika Chandra, Gita, dan Seno baru sampai di rumahnya.

"Ini nih anak berdua, udah bangunnya pada kesiangan, ditambah si Seno belum packing. Jadinya gue sama Chandra bungkusin bajunya dulu." Gita tidak kalah sewot. Seno hanya menjulurkan lidah ketika Gita menunjuk dirinya dan Chandra bergiliran.

Masa ujian telah berakhir. Itu artinya waktu liburan panjang telah tiba. Dan kini kelima orang sahabat itu akan merealisasikan rencananya untuk berlibur di rumah Eyang Audy di Bandung. Meskipun Audy sempat drop, tidak menghalangi niat mereka yang sudah 'ngidam' menikmati suasana berlibur di kota Bandung. Namun, ada beberapa perubahan dari rencana awal karena kondisi kesehatan Audy, dari yang tadinya berniat untuk melakukan perjalanan dengan kereta api ala-ala backpacker, akhirnya mereka memutuskan untuk membawa mobil Chandra.

"Deka belum dateng?" tanya Gita.

"Dia kesini kalau kalian udah nyampe katanya." Audy menjawab acuh-tak acuh.

Gita sebenarnya merasa ada yang berbeda dari sikap Audy terhadap Deka, maupun sebaliknya. Ia yakin ada sesuatu yang salah di antara mereka berdua. Gita bisa menebak bahwa itu pasti berhubungan dengan kejadian Audy sakit tempo hari, tetapi ia belum mau menanyakannya langsung kepada Audy, terakhir kali mereka membahas antara Audy dan Deka, temannya itu terlihat sangat terganggu dan enggan.

"Apa sekarang kita samperin aja ya? Sekalian berangkat." usul Audy.

"Dih, tega banget lo! Kita masih nguap gini main berangkat-berangkat aja!" protes Chandra yang didukung dengan aksinya dan Seno yang lagi-lagi menguap.

"Lagian udah pada dibilangin, alarmnya nyalain! Biar jam setengah enam bisa langsung berangkat. Ini udah hampir jam delapan masih pada nguap."

"Audy! Temennya baru pada nyampe bukannya dibiarin istirahat malah diomelin!" tegur Ibu Audy yang melihat kelakuan anaknya.

"Iya nih, Tan, Audy baru aja sembuh udah semprat-semprot aja kayak nenek-nenek. Mana perut keroncongan lagi." Seno mengadu. Ia sudah tidak peduli lagi dengan Audy yang kini memelototinya.

"Kalau gitu, mending kalian sarapan dulu, Tante udah masak banyak lho!"

"Mau Tante!" sambut Gita dengan girang.

"Nanti aja di jalan, Bu, kan udah diwadahin tadi." Audy keberatan.

"Hush, kamu itu. Kalau yang diwadahin mah ya udah, bisa dimakan lagi nanti kalau kelaperan di jalan. Sekarang kan mau perjalanan jauh, harus punya banyak tenaga. Yuk, ke dalam sarapan dulu!" Ajak Dewi yang tentu saja disambut suka cita oleh manusia-manusia keroncongan itu.


Setelah menempuh perjalanan kurang-lebih 4 jam mobil Chandra akhirnya tiba di pekarangan rumah nenek-kakek Audy. Audy langsung membawa teman-temannya masuk ke dalam rumah berdominan cat putih dan krem yang memiliki pintu dengan kaca dan banyak jendela, khas rumah jaman dahulu. Rumah itu sangat luas dan memiliki banyak kamar, sangat cocok untuk menampung teman-teman yang dibawanya. Belum lagi pemandangan alam di sekitarnya membuat Chandra dan Seno kembali mengantuk dan ingin melanjutkan tidur setelah dibisiki oleh angin sepoi-sepoi.

Perjalanan mereka tidak bisa dibilang lancar karena sempat menghadapi beberapa titik kemacetan, tetapi untungnya tidak separah yang mereka bayangkan. Chandra dan Deka bergantian menyetir mobil ketika Chandra terserang rasa kantuk. Seno duduk di jok paling belakang bisa leluasa tertidur sepanjang perjalanan, sementara Gita paling berisik karena terus mengajak ngobrol ini itu sambil mengomentari apa saja yang ia lihat disepanjang jalan. Sedangkan Audy duduk di samping pengemudi karena tugasnya sebagai penunjuk jalan. 


"Assalamu'alaikum, Yang Uti? Yangkung?" Sapa Audy sedikit nyaring.

"Wa'alaikum salam. Eh, sudah sampai?" sambut hangat wanita berumur yang Gita dan lainnya yakini adalah nenek Audy. Nenek Audy tersebut muncul dari bagian belakang rumah itu.

"Iya Eyang baru aja, Yangkung sama Udin mana?" tanya Audy setelah melepas pelukan hangat dari neneknya.

"Yangkung lagi ada pertemuan RW, baru aja berangkat. Kalau Melvin masih kuliah." jawab nenek Audy dengan suara khas yang menyejukkan.

"Eyang kenalin, ini temen-temen aku." tunjuk Audy kepada teman-temannya.

Masing-masing memperkenalkan diri kepada nenek Audy yang Audy panggil Yang Uti itu. Nenek Audy menyambut semuanya dengan suka cita sambil menunjuk kamar-kamar yang bisa mereka tempati.

"Temannya Audy cantik-cantik dan tampan-tampan ya," puji sang nenek. 

Gita dan yang lainnya hanya tersenyum sipu mendengar pujian tersebut. Mereka masih dalam mode jaim karena baru pertama kali ini bertemu dengan nenek Audy.

"Yang ini, siapa tadi namanya?" tanya nenek Audy kepada Seno.

"Seno, Eyang." jawab Seno sok manis, membuat teman-temannya ingin muntah.

"Ganteng ya, kayak bule." puji nenek Audy lagi-lagi.

"Seno emang keturunan bule, Yang." jawab Audy.

"Oh, ya?"

"Iya, bisa dibilang begitu. Eyang dari eyang saya asli Inggris."

"Pantes. Ganteng banget. Pengen deh Eyang punya cucu ganteng kayak gini. Atau jadi cucu mantunya Eyang aja ya?" 

"Ya, kalau Eyang merestui, saya dengan senang hati aja. Mohon doanya, Eyang!" ucap Seno sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Audy. Semua orang tergelak menanggapi percakapan Seno dan nenek Audy yang menurut mereka absurd tersebut. Ya, semuanya, kecuali Deka tentu saja.

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 126K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
368K 24.2K 46
"Lihat wajah ketakutan kamu, Raine. Aku pastikan akan melihat itu setiap hari." Raine Theoran terpaksa harus menikah dengan putra dari lintah darat...
1.4M 63.9K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
266K 14.4K 29
Dia, Zeano Alvero Fernandez. Cowok dingin dengan sejuta pesonanya. Sifatnya ketus, cuek , dingin membuatnya terkesan cool. Wajahnya tampan , tu...