Bunga Iris dan Takdir

By hanyapisang

77.4K 11.5K 2.1K

Iris Art University adalah salah satu universitas seni ternama di Seoul, Korea Selatan. Salah satu tempat yan... More

PROLOG
Apa Kabar?
Teman?
Bendera Perang?
Tuan?
Canggung?
Kabar Buruk?
Kehadiranku?
Pindah?
Spekulasi?
Kesan Pertama?
Choi Seungcheol: Takdir, Sial!
Choi Seungcheol: Double Sial!
Setuju?
Jatuh Cinta?
Nyaman?
Mengobatiku?
Tidak Berbakat?
Jengkel?
Tawaran Perdamaian?
Pernyataan Cinta Soonyoung?
Cemburu?
Kemungkinan?
Alasan?
Kepastian?
Fokus?
Tanpa Kabar?
Tidur Bersama?
Sialan?
Berbicara?
Bagaimana?
Special Story I
Berbeda?
Move On?
Kencan?
Hai?
Pesan?
Orang Luar?
Milikmu?
Mengejutkan?
Power Bank?
Akhirnya?
Satu Menit?
Lee Jihoon: Dua Orang Bodoh
Choi Seungcheol: Hah!
Choi Seungcheol: Drama!
Harga Diri?
Bekas Ciuman?
Payung sebelum Hujan?
Yang Terbaik?
Special Story II: Never Have I Ever...
Deal?
Harga Diri? #2
Sudah Saatnya?
Hangat?
Pulanglah?
Keras Kepala?
Spesial Story III Seungcheol: Urgent! Help Mee!!!
Spesial Story III Seungcheol: Urgent! Help Mee!!!
Ragu?
Berbicara? #2
Special Story IV Seungcheol's Birthday

Special Story II: Lets Play A Game!

650 112 23
By hanyapisang

LIFE IS MORE FUN IF YOU PLAY GAMES

(My Uncle Oswald oleh Roald Dahl, penulis ter-ter-ter-terfavoritku sejak dulu ketika masih kecil sampai dengan saat ini♥)

--------------------------------------

(Cerita ini hanya untuk selingan dan tidak ada kaitannya dengan kelanjutan cerita...)

"Aku pikir tidak akan ada lagi ujian yang sangat menyusahkan seperti pelajaran matematika ketika aku masuk universitas seni seperti ini," Jeonghan menggerutu pelan dengan tangan yang memegang lembaran tebal kertas tepat di depan mukanya. "Dan kemudian seolah menunjukkan rasa humornya, Tuhan memberikan padaku mata kuliah tata rias!" "

"Jangan khawatir," Seungcheol yang duduk di belakang Jeonghan di atas tempat tidurnya, sementara Jeonghan duduk di atas karpet lantai tepat di antara kedua kakinya, dengan penuh konsentrasi tetap melanjutkan tugas mengeringkan rambut laki-laki itu menggunakan hair dryer. Sekuat tenaga ia berusaha untuk tidak tersenyum atas keluhan Jeonghan barusan. "Kau sudah pasti akan lulus mata kuliah tata riasmu karena dulu berhasil melewati ujian praktik tengah semester."

"Dengan nilai yang sangat pas-pasan!" Jeonghan menyahut. Sambil menghela napasnya dramatis, ia kemudian meletakkan kepalanya di atas paha kanan Seungcheol, memandang wajah laki-laki di atasnya itu dengan raut memelas. "Ujian ini satu-satunya yang bisa membantuku sedikit memperbaiki nilai kelas tata riasku..." Jeoghan melirik sekilas kertas-kertas di tangannya. "Demi Tuhan! Bagaimana mungkin aku bisa menghapalkan nama-nama peralatan makeup sebanyak ini!"

Refleks Seungcheol ikut meringis mendengar keluhan Jeonghan. Tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini untuk membantu karena dirinya sendiri tidak tahu menahu soal peralatan makeup.

"Masih ada cukup waktu kalau kau mulai segera menghapalnya," menundukkan kepala memandangi wajah Jeonghan, Seungcheol berusaha menjadi pacar yang baik dengan memberikan semangat pada kekasihnya yang sedang memberengut frustasi. "Ujianmu besok jam 3 sore. Kenapa kau tidak datang ke Seungkwan sekarang dan memintanya untuk membantumu belajar?"

"Seungkwan sedang menginap di tempat Vernon dan rencananya besok dia akan berangkat ke kampus dari sana," Jeonghan semakin terlihat murung. "Apa yang harus aku lakukan?"

"Apalagi yang bisa kau lakukan?" Seungcheol merespons pertanyaan Jeonghan, yang menurutnya sudah jelas sekali jawabannya, dengan pertanyaan retorik. Perlahan tangannya mulai mengusap-usap lembut kepala Jeonghan yang berada di atas pahanya. "Mengeluh seperti ini tentu saja tidak akan membuat nilai tata riasmu dengan ajaib menjadi tinggi."

Mendengar pernyataan Seungcheol, Jeonghan hanya terdiam dengan kening berkerut sehingga keheningan terjadi di antara mereka hampir dua menit lamanya. Jeonghan sedang berpikir. Menurutnya apa yang dikatakan Seungcheol memang benar...

Tiba-tiba dengan suara keras Jeonghan menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya cepat hampir seperti sebuah dengusan, sebelum kemudian balas menatap Seungcheol dengan raut muka yang lebih tenang. "Aku sudah memutuskan kalau lebih baik aku tidak usah belajar sama sekali daripada membuang tenaga tanpa hasil."

"Hah?" Seungcheol mengerjapkan matanya, benar-benar dibuat bingung dengan perubahan sikap Jeonghan yang tiba-tiba seperti ini. "Dan nilai kelas tata riasmu?"

"Biarkan takdir yang menentukannya," jawab Jeonghan enteng. "Yang terpenting adalah besok aku tidak membiarkan lembar jawabanku kosong. Aku akan menjawab pertanyaan-pertanyaannya dengan apapun yang terpikirkan di otakku dan kemudian pasrah dengan apapun hasilnya."

"Bukankah kata-kata seperti 'pasrah' diucapkan setelah kau berusaha untuk belajar terlebih dulu?"

"Aku sudah berusaha untuk belajar..." Jeonghan mengerucutkan bibirnya, bersikap sok imut. "...hanya saja aku menyadari lebih cepat bahwa hal itu adalah perbuatan yang sia-sia dalam kasusku kali ini."

Usapan tangan Seungcheol sejenak terhenti. "Kau tidak lagi mengkhawatirkan nilaimu?"

"Sesuai dengan perkataanmu, tidak akan ada gunanya kalau aku mencemaskan dan hanya mengeluhkannya sekarang. Dan karena itu aku akan menyimpan tenagaku untuk kecemasanku besok di saat ujian sudah tiba."

'Aku bilang mengeluh tidak akan ada gunaya adalah jika kau hanya mengeluh dan mencemaskan nilaimu tanpa melakukan usaha apapun. Aku tidak pernah menyuruhmu untuk melupakan ujianmu begitu saja!' Seungcheol sedikit mengomel di dalam hati. Kali ini dialah yang dibuat frustasi oleh sikap Jeonghan. Bagaimana mungkin kekasihnya ini menangkap perkataannya dengan maksud lain?! "Setidaknya bacalah dulu kertas-kertas itu!"

"Tentu saja aku akan membacanya," sergah Jeonghan, dengan sangat tenang menanggapi pandangan menegur dari Seungcheol. "Tetapi aku akan melakukannya besok dua jam sebelum ujian dimulai. Sudah kukatakan, malam ini, aku akan menyimpan tenagaku supaya bisa kumanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan mengarang bebasku besok."

Seungcheol memutar bola matanya, memutuskan tidak akan ada gunanya lagi berdebat dengan Jeonghan yang keras kepala dan sedang sedikit tidak rasional seperti ini. "Terserah padamu saja. Sekarang kau menyingkirlah dariku!" Seungcheol menyuarakan perintahnya diiringi dengan decakan bibirnya. "Berbeda denganmu aku masih ada tugas yang harus kukerjakan sekarang."

Dengan berat hati serta muka yang cemberut, Jeonghan mengangkat kepalanya dari paha Seungcheol dan kemudian bangkit dari posisi duduknya. "Persiapan festival?"

"Yup," Seungcheol ikut berdiri. Lalu tanpa aba-aba dengan singkat ia mengecup bibir Jeonghan yang cemberut sebelum mendudukkan diri di depan laptop yang ada di atas meja belajarnya. "Ada sedikit yang harus kukerjakan untuk laporan yang akan kuserahkan besok siang pada ketua pelaksana," tambahnya dengan nada menggoda. "Tunggulah satu jam saja dan kemudian aku milikmu."

"..."

BUG!

Tiba-tiba agak keras Jeonghan memukul kepala Seungcheol menggunakan gulungan tebal kertas yang ada di tangannya. "Kau memang milikku!" katanya cepat dengan muka yang sudah bersemu merah, bahkan sebelum Seungcheol sempat memprotes atas tindakan pemukulan kepalanya. "Kapanpun itu!"

Tentu saja setelah mendapatkan perlakuan, yang menurutnya 'provokatif' dari Jeonghan, Seungcheol segera mengabaikan laptop yang saat ini sedang dalam proses membuka lembar kerja microsoft excel. Dengan seringai yang tersungging di bibirnya, ia kembali bangkit untuk menghadap ke arah Jeonghan, meraih lengan laki-laki itu dan begitu cepat menarik tubuh di depannya untuk mendekat. Ia kemudian melingkarkan kedua lengannya memutari pinggang Jeonghan.

"Bagaimana dengan tugasmu?" tanya Jeonghan dalam gumaman yang dapat dengan jelas didengar oleh Seungcheol karena posisi tubuh mereka yang tidak berjarak, tepat sebelum bibir Seungcheol akan menempel pada bibirnya.

"Aku memutuskan akan mengerjakannya besok," balas Seungcheol juga dengan bisikan serak yang menggoda, menjadikan napasnya dengan lembut menyapu area bibir Jeonghan. "Dua jam sebelum batas waktu yang diberikan ketua pelaksana padaku."

Dan kali ini Jeonghan memutuskan akan menjadi pacar yang penurut dengan tidak memprotes apapun, baik perkataan atau perbuatan Seungcheol. Dengan sangat kooperatif ia sedikit membuka bibirnya, menyambut bibir Seungcheol yang datang padanya.

Dan kemudian membalas kecupan demi kecupan yang diterimanya dari laki-laki itu...

***

(Berjam-jam sete—TIDAK! Maksudnya... hanya sekitar dua setengah jam setelahnya...)

"Kenapa Soonyoung tiba-tiba memintamu untuk pergi ke kamar Seokmin?" tanya Seungcheol keheranan.

"Aku tidak tahu," jawab Jeonghan sambil lalu. "Kita akan mencari tahu apa yang dimau olehnya setelah sampai di sana."

"Kenapa dia juga memintamu untuk membawaku turut serta?" lagi-lagi Seungcheol masih mengajukan pertanyaan untuk laki-laki yang tengah berjalan tergesa bersamanya menyusuri koridor lantai tiga. "Apa mungkin dia sedang bertengkar dengan Jihoon?"

"Aku juga tidak tahu."

"Apa ada suatu pembicaraan penting dan rahasia yang ingin dia lakukan dengan kita?"

"Mungkin saja."

"Kenapa Soonyoung tidak langsung saja mengutarakan maksudnya lewat telepon?"

"Entahlah."

"Kalau dia ada perlu dengan kita bukankah seharusnya dia yang datang ke kamar kita atau meminta kita pergi ke kamarnya? Kenapa harus ke kamar Seokmin?"

Jeonghan mengendikkan pundaknya sambil menggumamkan "hm" dengan raut sedikit terganggu.

"Apa mung—"

"Demi Tuhan, Seungcheol!" mulai jengkel, Jeonghan menyela sambil memutar bola matanya kesal, bertepatan dengan saat mereka berdua berhenti di depan pintu kamar Seokmin. "Sama sepertimu aku juga tidak tahu-menahu dengan apa yang diinginkan Soonyoung. Jadi kenapa kau tidak ketuk saja pintunya sekarang dan tanyakan langsung padanya apa yang dia inginkan dari kita?"

Menanggapi nada jengkel dari Jeonghan, Seungcheol mengernyitkan kening menunjukkan kejengkelan yang sama. "Kenapa kau tiba-tiba marah padaku?"

"Karena kau membuatku kesal!"

"Kau tidak merasa kesal padaku lima menit yang lalu!" balas Seungcheol dengan nada sedikit mengejek. "Kau malah terlihat begitu menikmatinya tadi dan... oh! Apakah aku sudah mengatakan kalau bibirmu sedikit bengkak saat ini?"

'Dasar Choi Seungcheol sialan!' Diingatkan dengan apa yang baru saja terjadi lima menit yang lalu, sebelum Soonyoung menghubunginya dan memintanya datang bersama Seungcheol ke kamar Seokmin, segera saja wajah Jeonghan bersemu merah dengan mata yang mendelik ke arah lawan bicaranya saat ini. Dalam hati ia mengumpati Seungcheol yang mulai membawa-bawa topik yang tidak seharusnya dikatakan di tempat umum, di mana ada kemungkinan orang mendengar percakapan mereka.

'Haaah!'

Memilih untuk tidak lagi menanggapi Seungcheol, Jeonghan akhirnya mengetuk pintu di depannya. Tidak menunggu waktu lama pintu kemudian terbuka dan memperlihatkan Seokmin berdiri di hadapan mereka.

"Apa Soon—"

"Masuklah!" dengan penuh semangat Seokmin memotong perkataan Jeonghan sembari membuka pintu lebih lebar. Menggeser diri ke samping ia mempersilahkan tamunya untuk masuk, sebelum kembali menutup pintu dan menguncinya rapat.

Jeonghan terlihat penuh keheranan ketika sudah berada di dalam kamar. Dengan nada yang menggantung ragu ia bertanya, "Kalian juga di sini...?"

Seungcheol, yang berdiri di samping Jeonghan, juga ikut mengernyitkan keningnya bingung. Alih-alih mendapati Soonyoung yang menyapa mereka seperti dugaan awalnya, di dalam kamar Seokmin, Seungcheol melihat beberapa kepala menoleh dari segala sesuatu aktivitas mereka untuk melihat dirinya dan Jeonghan yang baru saja tiba.

'Jisoo―tentu saja bisa dimaklumi keberadaannya di sini mengingat ini adalah kamarnya juga―, Jihoon, Wonwoo, Mingyu, Soonyoung...' Seungcheol mengabsen dalam hati nama-nama orang di depannya dengan cepat. 'Kemudian ditambah Seokmin. Mengapa mereka semua berada di sini?'

"Sekarang tamu undangan sudah terkumpul semuanya!" belum sempat Seungcheol mengutarakan dengan lantang pertanyaan yang ada di benaknya, Seokmin memberikan pengumuman. "Sayangnya ada beberapa yang tidak bisa hadir bersama kita saat ini. Minghao masih berkutat dengan tugas essay yang harus ia kumpulkan besok pagi, Junhui tentu saja membantu Minghao mengerjakannya. Vernon dan Seungkwan malam ini tidak di asrama. Sedangkan untuk Chan aku sengaja tidak mengundangnya."

Mingyu tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya, tanpa sadar mewakili pertanyaan yang juga ada di benak teman-temannya yang lain. "Kenapa?"

Seokmin menambahkan cengiran lebar jahil di wajahnya saat menjawab, "Soalnya apa yang akan kita lakukan ini tidak untuk anak-anak di bawah umur."

"Chan pasti akan menyanggahmu dengan berkata bahwa dia tidak lagi anak-anak di bawah umur karena telah melewati batas minimal usia yang diperbolehkan menonton film dewasa di beberapa negara," sahut Soonyoung terlihat bersungguh-sungguh, menghasilkan tawa lolos tidak hanya dari Mingyu, tetapi juga dari Jeonghan dan Jisoo, serta senyuman geli singkat dari Jihoon dan Wonwoo.

"Aku juga sering mendengarnya," Jisoo membenarkan di sela-sela tawa kecilnya. "Chan akan protes kalau mendengarmu menyebutnya anak-anak di bawah umur."

"Chan tidak akan protes karena dia tidak ada di sini," sergah Seokmin sambil memutar bola matanya, merasa bahwa topik obrolan ini tidak terlalu penting untuk dibicarakan. "Lupakan tentang Chan dan kedewasaannya karena yang ingin aku bahas sekarang adalah alasanku dan Soonyoung meminta kalian datang ke sini."

"Itulah yang aku tanyakan sejak tadi," Wonwoo menggerutu pelan, tetapi tidak cukup pelan sehingga masih bisa samar-samar didengar oleh yang lainnya. "Tapi kau malah menyuruhku tutup mulut dan diam menunggu."

"Aku tidak mau menjawabnya karena tadi kita masih harus menunggu kedatangan teman-teman yang lain," Seokmin merasa perlu untuk membela diri. "Aku tidak mau kalau harus menjelaskannya berulang-ulang dan satu-satu kepada kalian."

"Sangat tidak efisien," Soonyoung menyahutkan persetujuannya.

"Cepat katakan saja apa yang sedang kalian rencanakan!" sergah Seungcheol sedikit memerintah. "Aku tidak punya banyak waktu. Sebentar lagi aku harus melakukan pengecekan rutin."

"Tenang lah!" Seokmin sama sekali tidak terlihat terganggu dengan kerutan tidak sabar dari Seungcheol. Dengan senyum lebar yang melintang di bibirnya, ia mengacungkan jari jempolnya ke arah ketua asramanya itu. "Aku sudah meminta Chan untuk menggantikan tugasmu malam ini. Tapi tentu saja dengan imbalan besok kau harus mentraktirnya makan."

Garis kerutan semakin terlihat di kening Seungcheol. "Tap—"

Seketika Seongcheol tidak melanjutkan protesnya. Karena dengan cepat Jeonghan memegang lengannya, mengisyaratkan kepadanya untuk tetap tenang dan tidak memperpanjang masalah ini.

Jeonghan melintangkan senyum simpulnya sambil bertanya, "Jadi kegiatan 'dewasa' apa yang sudah kalian rencanakan?"

Seokmin dan Soonyoung saling berpandang penuh arti dengan senyum tersungging di bibir masing-masing untuk beberapa saat, membuat enam oramg lainnya menatap mereka dengan penasaran.

"Sebelum kami jelaskan, kalian duduklah dulu membentuk sebuah lingkaran!" Soonyoung memberikan instruksi sambil mendahului yang lain duduk bersila di atas lantai yang ada di antara tempat tidur Jisoo dan tempat tidur Seokmin.

Tanpa disuruh dua kali teman-temannya yang lain juga mengikuti apa yang dilakukan Soonyoung. Mereka duduk melingkar dengan formasi: Soonyoung, Jisoo, Wonwoo, Mingyu, Jeonghan, Jihoon, Seungcheol, sementara Seokmin sedang mengambil sesuatu di bawah meja belajarnya.

Beberapa saat kemudian dengan membawa sebuah kotak yang atasnya ditutup dengan kain berwarna gelap, Seokmin ikut bergabung bersama yang lainnya, memaksa mendudukkan diri di antara Jisoo dan Soonyoung. Setelah itu diikuti oleh tatapan ingin tahu dari beberapa pasang mata, kecuali Soonyoung yang kini menyunggingkan senyuman was-wasnya, ia meletakkan kotak tersebut tepat di tengah-tengah lingkaran.

"Aku dan Seokmin meminta kalian ke sini karena ingin mengajak kalian bermain," mulai menjelaskan maksudnya Soonyoung lalu berucap dengan nada yang dibuat sedikit dramatis. "Dan permainan kita ini nantinya akan melibatkan... ini!"

Bersamaan dengan itu Seokmin membuka penutup kain di atas kotak tersebut sehingga memperlihatkan isinya.

Kaleng.

Bir.

Tidak hanya satu, tetapi berkaleng-kaleng bir.

"Tidak!" Seungcheol lah yang pertama kali bereaksi dengan keras. "Kau tahu bahwa minum-minuman keras di area asrama itu menyalahi aturan?!!"

Jeonghan mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju.

"Bagaimana kalau kita sampai ketahuan menyelundupkan bir ini ke dalam asrama?!" Jisoo ikut mengutarakan protesnya. "Aku tidak mau terkena masalah. Aku tidak akan ikut permainan kalian jika harus berhubungan dengan bir-bir ini!"

Jihoon memicingkan matanya, tatapan tidak setujunya sangat jelas terlihat ketika menatap Soonyoung dan Seokmin. Ia berpikir bahwa mereka berdua sedang tidak waras dan sepenuhnya setuju dengan apa yang dikatakan Seungcheol dan Jisoo barusan.

Seperti sudah menyiapkan diri untuk respons yang didapatnya akan seperti ini, Seokmin segera memelaskan raut wajahnya. "Oh, ayolah! Kita tidak akan ketahuan selama tidak ada satupun dari kita yang mengatakannya kepada orang lain selain yang ada di dalam kamar ini. Jika penghuni asrama yang lain tidak ada yang tahu, maka pengurus juga tidak akan pernah tahu."

"Menurutku tidak akan ada salahnya jika kita melanggar sekali saja peraturan asrama," Soonyoung dengan takut-takut ikut berusaha membujuk teman-temannya. "Kita sudah menjadi mahasiswa senior, dan selama ini tidak pernah sekalipun bersama-sama melakukan sesuatu yang seru seperti ini di sini. Setidaknya untuk sekali saja kita harus membuat sebuah kenangan yang nanti ketika tua akan dikenang dan ditertawai kekonyolannya."

"Melanggar peraturan bukan sebuah hal yang konyol dan patut ditertawai," ujar Jihoon mencemooh.

Soonyoung yang mendaptakan balasan tajam dari Jihoon, hanya bisa meringis kecut.

"Setuju!" sambar Seungcheol. "Terlebih lagi aku adalah ke-tu-a-as-ra-ma. Salah satu tugasku adalah memberikan sanksi kepada penghuni yang melanggar peraturan di sini, termasuk kalian semua. Jadi bagaimana mungkin kalian malah memintaku untuk bergabung melakukan pelanggaran?!"

"Haha.." Jeonghan tidak bisa menahan sedikit tawa lolos dari mulutnya ketika mendengar ironi yang baru saja dikatakan oleh Seungcheol, yang kemudian mengundang juga sebuah ringisan geli dari Jisoo dan Mingyu.

"Karena kau adalah ketua asrama makanya kami mengajakmu turut serta," rayu Seokmin masih tidak mau menyerah, mengabaikan reaksi dari ketiga temannya itu. "Kaulah yang memantau segala sesuatu yang terjadi di dalam asrama. Karena itu selama kau berada di pihak kami, hampir seratus persen apa yang kita lakukan ini aman dan tidak akan ketahuan."

Seungcheol hanya bergeming dengan kerutan tajam di alisnya.

Untuk beberapa saat, sekitar tiga puluh detik, tidak ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara.

Kemudian Mingyu berdehem.

"Menurutku tidak ada salahnya jika kita melakukan permainan yang berhubungan dengan bir itu di sini," ujar Mingyu di luar dugaan, membuat Jihoon mengernyit heran ke arahnya. "Maksudku aku yakin bahwa ini bukan pertama kalinya kita minum minuman beralkohol seperti ini, jadi kalian pasti sudah menyadari batas aman masing-masing sehingga bisa mengontrol diri..." Mingyu lalu terkekeh sambil melanjutkan, "Lagipula akan sayang sekali jika bir sebanyak itu dibiarkan begitu saja."

"Kalau aku mau-mau saja melakukan permainan konyol apapun itu asal masih bisa diterima akal sehat dan tidak terlalu berlebihan," sahut Jisoo sembari mengangkat pundaknya tak acuh. "Aku tidak pernah ada masalah dengan melakukan hal-hal yang melanggar peraturan."

Seokmin kembali menyunggingkan senyumnya, merasa ada harapan bahwa rencananya bersama Soonyoung akan tetap bisa terlaksana. "Berarti kesimpulannya yang mau melakukan permainan ini ada empat orang, dan kemungkinan yang menolak ada tiga orang," kemudian dengan pandangan penuh harap ia menolehkan kepalanya untuk menatap Jeonghan yang belum mengatakan pendapat apapun mengenai ide ini. "Dan bagaimana denganmu Jeonghan?"

'Oh, ayolah Jeonghan... aku mohon katakan iya...'  Seokmin merapalkan berulang-ulang kata-kata itu di dalam hati. Jujur saja ia sangat berharap Jeonghan akan menyetujui rencananya.

Menurut Seokmin, laki-laki cantik itu bisa menjadi kunci sukses terlaksananya permainan yang ingin ia mainkan bersama teman-temannya yang ada di sini. Kalau Jeonghan ada di pihaknya, Seungcheol akan lebih gampang terbujuk asalkan Jeonghan yang membujuknya. Dan kalau Seungcheol ikut bermain bersama mereka, mereka tidak perlu mengkhawatirkan keamanan dalam melanggar peraturan asrama. Begitu juga dengan Jihoon. Selama ini sudah terbukti bahwa Jihoon akan lebih banyak mendengar dan menuruti kata-kata Jeonghan dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.

Dan untuk Wonwoo... mau tidak mau kalau semuanya setuju, Wonwoo juga akan setuju. Meskipun 'selalu melakukan hal-hal yang benar' adalah prinsipnya, Wonwoo adalah tipe orang yang memiliki rasa solidaritas tinggi terhadap teman-temannya.

Jeonghan terlihat berpikir dengan sangat serius, sementara tujuh pasang mata menatapnya dengan tatapan yang mengandung maksud berbeda-beda. Ada yang menatapnya dengan tatapan tidak sabar, ada yang menatapnya dengan tatapan was-was, dan juga tatapan penuh harap.

"Sebenarnya besok siang ada ujian yang tidak memungkinkanku untuk minum banyak-banyak," kata Jeonghan membuat Seokmin melengkungkan bibirnya ke bawah karena kecewa. Tetapi kemudian dengan senyum yang tiba-tiba mengembang Jeonghan menambahkan, "Bagaimana kalau kalian jelaskan dulu peraturan dan cara bermainnya sebelum aku memutuskan akan ikut atau tidak?"

Seokmin dan Soonyoung seketika menyunggingkan seutas senyuman lagi. 'Masih ada harapan!' pikir mereka berdua.

Sementara itu Jihoon dan Seungcheol sama-sama mendelikkan matanya ke arah Jeonghan untuk melayangkan protes terhadap sikapnya barusan. Namun dengan santainya Jeonghan membalas kernyitan mereka dengan cengiran tidak tahu malunya.

Soonyoung berdehem untuk menarik perhatian semua orang yang ada di ruangan kepadanya. "Jadi permainan ini dinamakan 'Never Have I Ever'. Cara bermainnnya sangat mudah, yaitu secara bergiliran salah satu dari kita akan menyebutkan sesuatu yang tidak pernah dilakukan. Kemudian apabila kalian pernah melakukannya maka kalian harus meminum satu teguk bir ini. Contohnya ketika aku mengatakan 'aku tidak pernah sikat gigi sebelum tidur...' dan jika di antara kalian ada yang pernah sikat gigi sebelum tidur maka orang itu harus meminum seteguk bir."

"Kunci utama permainan ini adalah kejujuran," tambah Seokmin dengan senang. "Dan kalian bisa menanyakan hal apapapun! A-pa-pun!"

"Berarti bisa dipastikan bahwa siapa yang meminum lebih banyak bir adalah yang kalah," Mingyu mengangguk-anggukan kepalanya pertanda mengerti sebelum menoleh ke arah Wonwoo yang berwajah begitu tenang, hampir tidak berekspresi. "Wonwoo, kau ingin melakukannya?"

Tidak biasanya Wonwoo kemudian menyunggingkan senyum tertariknya. "Tentu saja. Sepertinya akan menyenangkan."

"Aku tidak sabar untuk membuat mereka semua mabuk!" seru Mingyu bersemangat, terlebih karena Wonwoo juga tertarik untuk bermain.

"Dan juga mengetahui rahasia-rahasia kecil mereka," sambung Wonwoo ikut bersemangat. "Permainan ini bahkan lebih seru daripada 'truth or dare' pada umumnya."

Beberapa orang yang ada di dalam kamar tersebut dalam diam mengamini perkataan Wonwoo. Permainan yang cukup menarik. Bagaimanapun ini adalah kesempatan mereka untuk bisa mengetahui rahasia dari teman-temannya yang lain. Saking bersemangatnya untuk membongkar rahasia teman-temannya, sampai-sampai tidak ada yang memikirkan bahwa rahasia mereka sendiripun punya kemungkinan untuk dibongkar.

Sedangkan di sisi lain Jihoon mulai merasa cemas. Dia mempunyai firasat bahwa dirinya tidak akan bisa lolos dari permainan ini. Dan kecemasannya tersebut lebih karena Jihoon bukan peminum yang baik, atau lebih tepatnya dia hanya pernah meminum beberapa teguk minuman beralkohol yang jika dihitung tidak lebih dari jari-jari di satu tangannya selama hidupnya. Tentu saja dirinya takut nantinya akan mempermalukan diri sendiri di depan yang lainnya.

Melihat ekspresi-ekspresi tertarik dari hampir semua teman-temannya, Seokmin dan Soonyoung saling menatap dengan senyum percaya diri yang semakin mengembang di bibirnya. Tidak sia-sia mereka bersusah payah menyelundupkan berkaleng-kaleng bir ini ke dalam asrama.

"Jadi apa kau akan ikut Jeonghan?" Soonyoung bertanya untuk memastikan.

Jeonghan kembali mengernyitkan keningnya terlihat berpikir. Hanya saja kali ini tidak membutuhkan waktu lama Jeonghan menganggukkan kepalanya dengan senyum jahil yang lagi-lagi terpasang di bibirnya. "Sepertinya akan menarik. Aku ikut!"

"Dan bagaimana dengan ujianmu besok siang?" Jisoo berbaik hati mengingatkan temannya tersebut.

"Akan kupikirkan besok," jawab Jeonghan enteng. "Sejak awal aku juga tidak ada niatan untuk belajar. Tidak akan berdampak banyak pada ujianku besok."

Sementara Jisoo dibuat tidak bisa berkata-kata, Seungcheol seperti sebelumnya memutar bola matanya mendengar jawaban nakal dari kekasihnya itu. "Apa kau yakin mau ikut?" kali ini gilirannya yang bertanya ragu. "Mabuk sebelum ujianmu besok menurutku bukan ide yang baik."

"Tentu saja aku yakin," Jeonghan menyahut, masih dengan nada enteng yang sama. "Sama sepertimu aku bukan peminum yang buruk. Kalau tidak minum terlalu banyak, tidak akan berdampak banyak padaku keesokan paginya. Lagian melanggar peraturan sebenarnya bukan hal yang baru untukku. Jadi tidak akan masalah jika aku melakukan pelanggaran lagi untuk sesuatu semenarik ini."

Tidak lebih dari dua detik, dengan suara lemahnya  dan juga sebuah helaan napasnya, Seungcheol tiba-tiba mengumumkan, "Kalau Jeonghan ikut, aku juga ikut."

Bersamaan dengan Jeonghan yang menghadiahi sebuah cengiran lebar pada Seungcheol yang dibalasnya dengan ekspresi cemberut, Soonyoung sedikit ternganga terkejut. Ia tidak terlalu mempercayai dengan apa yang baru saja didengarnya dari mulut Seungcheol. 'Segampang itu? Seungcheol mengubah pikirannya secepat itu setelah pidatonya mengenai tugas ketua asrama? Bagaimana mungkin?! !'

Memang tidak tahu malu, Seungcheol seakan lupa dengan pernyataan menggebunya mengenai tanggung jawab seorang ketua asrama. Tentu saja Seungcheol tidak akan menyia-nyiakan kemungkinan untuk mengetahui hal-hal baru tentang Jeonghan. Meskipun sepertinya menarik, ia tidak terlalu peduli dengan rahasia teman-temannya yang lain karena informasi tentang Jeonghan lebih penting baginya. Dan itu saja sudah cukup menjadi alasan untuknya melupakan tugasnya sebagai ketua asrama.

Ah! Apalagi dalam permainan nanti ia juga punya kesempatan untuk bisa menggoda Jeonghan... melihat pipinya menjadi merah karena malu...

'Jeonghan, kau memang hebat!' Seokmin membatin dengan kagum. Seperti dugaan awalnya, Jeonghan akan dengan mudah membuat Seungcheol memutuskan untuk ikut, meskipun Seokmin sendiri tidak begitu tahu penyebabnya. 'Untunglah kau juga mempunyai jiwa yang nakal di balik parasmu yang seperti malaikat itu!'

Mingyu yang ikut senang dengan keikutsertaan Jeonghan dan Seungcheol tiba-tiba menoleh ke arah laki-laki imut yang sampai saat ini masih mengunci mulutnya rapat-rapat. "Jihoon, kau juga akan ikut?"

"Uhm..." Jihoon benar-benar terlihat ragu. "Sepertinya aku akan melewatkannya saja. Aku tidak terlalu suka minum..."

Soonyoung adalah orang yang paling terlihat kecewa mendengar jawaban Jihoon barusan. Permainan ini tidak akan seru lagi untuknya kalau Jihoon tidak terlibat di dalamnya. Tetapi bagaimana caranya membujuk Jihoon supaya bersedia turut serta?

"Mengapa kau tidak mencoba terlebih dulu untuk ikut?" Jeonghan yang sepertinya mengetahui dilema yang dihadapi Jihoon berusaha untuk memberikan saran. Ia tidak ingin melewatkan kesempatan bersenang-senang tanpa sahabatnya itu. "Jika kau merasa tidak kuat atau tidak nyaman, kau boleh berhenti bermain."

Dengan segera Soonyoung mengangguk-anggukkan kepalanya menyetujui. "Ya, kau bisa melakukan itu. Lagian hanya ada dua puluh empat kaleng bir, dan kalau kau beruntung kau bahkan bisa bermain tanpa meneguk sedikitpun bir ini."

Tentu saja itu hanya omong kosong. Jihoon tahu kalau tidak mungkin ia bisa melakukan permainan ini tanpa menegak sedikitpun bir. Tetapi jika melihat tatapan penuh harap dari teman-temannya, terlebih lagi tatapan mendesak dari Soonyoung, ia jadi sangat susah untuk berkata tidak. Karena itu dengan helaan napas pasrah seperti Seungcheol sebelumnya, Jihoon akhirnya menyetujui untuk ikut bermain bersama dengan yang lainnya. "Baiklah, aku ikut."

"Bagus!" sahut Soekmin  bersamaan dengan sorakan senang dari Soonyoung.

***

Memang benar sebuah pengibaratan yang kurang lebih mengatakan bahwa jika kau bergaul dengan penjual minyak wangi maka kau akan mendapatkan bau harum darinya. Tetapi jika kau bergaul dengan pandai besi, kau akan mendapatkan bau asapnya yang tidak sedap.

Setelah Soonyoung selesai membagi masing-masing satu kaleng bir di hadapan delapan orang yang sedang duduk melingkar, termasuk dirinya, mereka kemudian bersama-sama mengucapkan janji untuk bersikap jujur selama permainan. Sebenarnya pengucapan janji tersebut tidak ada dalam bagian permainan, tetapi entah kenapa Seokmin bersikeras untuk mereka supaya melakukannya.

Giliran pertama akan dimulai dari Jisoo. Lalu sesuai dengan formasi duduk akan dilanjutkan oleh Wonwoo, kemudian Mingyu, Jeonghan, Jihoon, Seungcheol, Soonyoung, Seokmin, dan begitu seterusnya.

"Baiklah ayo kita mulai!" Mingyu berseru dengan semangat. "Silahkan Jisoo..."

...

(*Part 2 ditunggu dua hari lagi ya~ ♥)

***

Semoga kalian menikmatinya dan terima kasih sudah bersedia membaca cerita ini :)

Cerita ini kutulis berbulan-bulan yang lalu (tepat satu hari setelah aku dan beberapa shabatku melakukan permainan Never I Have Ever (hanya saja waktu itu kami menggunakan minuman 'halal' racikan temanku yang rasanya seperti jamu. Pahiiiiit sekali ! T.T ), dan tanpa sadar terabaikan begitu saja. Setelah tadi melihat-lihat draft cerita, baru ingat kalau ada cerita ini, jadi kupost saja O.O

Maaf jika dijumpai banyak typo juga kerancuan kata, frasa, atau kalimat. Bagi yang sudah mulai merasakan tanda-tanda kejenuhan, dipersilahkan untuk menjauh dari sini dan mencari tempat yang lebih aman(?)! O.O?

Seperti biasanya terima kasih untuk yang sudah bersedia mengapresiasi ff a la kadarnya ini~^^

Noeranaa^^

Continue Reading

You'll Also Like

42.2K 3K 47
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
50.5K 4.6K 45
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
425K 4.5K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
75.6K 6.7K 41
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...