Lagu untuk Nada [COMPLETED]

By Puputindah96

122K 7.5K 941

[Hanya sebatas cerita remaja.] SELESAI (25-07-18) Beautiful cover from @J_eliza_L Ito hanya Ito dan Nada hany... More

1. Pertemuan
2. Bad Day
3. Kuku-kuku
4. Pertama
5. Godain Tante
6. Tentang Ito
7. Takdir
8. Laper
9. Murid Baru
10. Teh Manis
11. Satu Kelompok
12. Sial Memang
13. Jones
14. Pertengkaran
15. Nikah Muda
16. Mengulang Perkenalan
17. Nilai Merah
18. Menanti
19. Ito Tobat
20. Terkuak
21. Hukuman
22. Gara-gara Ito
23. Ito Sial
24. Ceroboh
25. Film Horor
26. Toko Buku
27. Lukisan
28. Lomba Bernyanyi (1)
28. Lomba Bernyanyi (2)
29. Hari Baik/Buruk
30. Bully
31. Bukan Salah Sybil
32. Kecewa
33. Dekat
34. Futsal (1)
34. Futsal (2)
35. Geram
36. Nada Sakit
37. Macan
38. Serba Salah
39. Turnamen Basket
40. Merindu (1)
40. Merindu (2)
41. Jangan Bermain Cinta
42. Truth Or Dare
43. Galih dan Ratna
44. Geladi Kotor
45. Drama Manis (1)
45. Drama Manis (2)
46. First Kiss
47. Taruhan Bola
48. Uang Jajan
49. Ulang Tahun Nada (1)
49. Ulang Tahun Nada (2)
50. Kecewa atau Cemburu (1)
50. Kecewa atau Cemburu (2)
51. Pergi Dan Mungkin Tak Kembali
52. Karma
54. Munafik (1)
54. Munafik (2)
55. Mata Bengkak
56. Tiket Konser
57. Dan Terjadi
58. Tangisan
59. Perkelahian
60. Jangan Sedih
61. Kenyataan Pahit
62. Terlambat Sadar
63. Akhir yang?
Epilog
Good Bye and Thankyou
ITONADA

53. Base Camp

1.2K 69 0
By Puputindah96

Semenjak Nada bermusuhan dengan Ito, ia berangkat sekolah bersama ayahnya. Walaupun harus berangkat lebih pagi dari biasanya tapi tak mengapa. Justru itu ia malah mempunyai banyak waktu untuk mengerjakan PR dadakan di sekolah. Berhubung juga karena Nada sudah tidak lagi belajar dengan Ito, sekarang ia jadi malas mengerjakan PR di rumah, atau bisa dibilang kebiasaannya dulu kembali lagi.

Nada melempar asal tasnya di meja. Lalu ia mulai duduk di kursinya, dan mencari buku pelajaran Bahasa Indonesia. Seingatnya saat terakhir kali pelajaran, Bu Diana memberikan PR. Dan benar saja setelah ia lihat, ternyata ada tugas untuk membuat teks anekdot.

Nada membuang napas kasar. Untuk tersenyum saja ia tidak bisa apalagi ingin membuat orang lain tersenyum. Gadis itu akhirnya memilih copas dari google, daripada ia membuat teks anekdot tapi malah menjadi cerita horor nantinya.

Tak lama kemudian, Nada merasa ada seorang laki-laki yang duduk di sampingnya. Ia masih serius menyalin teks tersebut sehingga tidak terlalu memperhatikan keadaan sekitar.

"Morning Nada," ucap Kevin di samping Nada.

"Kevin, ngapain pagi-pagi di kelas gue?" tanya Nada mendelik.

"Mau kasih lo ini," ujar Kevin seraya menyodorkan setangkai bunga mawar merah pada Nada.

Nada terdiam. Ia tak mengerti apa tujuan Kevin memberinya bunga.

"Buat apa Vin, gak ada yang spesial di hari ini?" tanyanya linglung.

"Ini memang bukan untuk hari yang spesial Nada, tetapi ini untuk orang yang spesial," ujarnya sambil tersenyum manis.

Nada merasa aneh sebenarnya dengan gelagat Kevin. Namun, Kevin kan sudah banyak menolongnya, jadi mungkin dia tidak perlu memasang curiga.

"Thanks," Nada mencomot bunga itu dari tangan Kevin. Lalu dengan cepat ia menyimpannya di dalam laci meja. Nada sebenarnya tidak terlalu suka dengan bunga, apalagi dengan baunya. Anggap saja ia wanita aneh. Tetapi memang begitu kenyataannya.

"Oh ya Vin, ini topi lo," Nada mengambil topi itu dari dalam tas, lalu menyodorkan pada si empunya.

Kevin menerimanya dengan senang. Lalu ia bergerak dari posisi duduknya.

"Ya udah Nad, gue ke kelas dulu ya, nanti waktu istirahat bareng gue, biar gue jemput di kelas," ucapnya lagi.

Mata Nada berkerling dan tanpa sadar ia mengangguk. Kevin beranjak dari kursinya, bersamaan itu Echa dan Aurel mulai memasuki kelas. Mereka berdua melongo melihat keberadaan Kevin di kelasnya. Apalagi ia kesini untuk menghampiri Nada.
Lantas Echa dan Aurel langsung mendekati Nada.

"Kak Kevin ngapain kesini Nad?" tanya Echa.

Nada menatap malas dua temannya itu. Ia sebenarnya enggan menjawab, tetapi mereka pasti akan terus memaksanya.

"Gak ngapa-ngapain, dia cuma kasih gue bunga terus gue balikin deh topinya," ucapnya enteng.

Aurel merengkuh wajah Nada dengan kedua tangannya. "Cuma kata lo Nad, ngasih bunga itu cuma?" Aurel geregetan.

Dengan paksa Nada melepas tangan Aurel dari wajahnya. "Emang kenapa sih? Ada yang salah?" tanyanya enggan.

"Kalau dia gak ada rasa sama lo, ngapain dia repot-repot ngasih bunga ke elo Nada." Echa ikut-ikut geram. Sedangkan Nada hanya memandangnya dengan wajah cengo.

"Gini deh Nad, kalo lo sekarang sama Kak Kevin terus Kak Ito gimana?" tanya Aurel mencak-mencak.

Nada memutar bola mata malas. Ia kan sudah pernah bilang jangan pernah mengungkit tentang Ito lagi, tetapi teman-temannya itu tidak ada yang mau mendengar.

"Udah lah gue males, lagian gak usah sebut nama Ito lagi, kuping gue panas dengernya," ucap Nada sedikit sinis. Kemudian ia meraih bulpennya lagi, meneruskan menyalin teks anekdot dari ponselnya.

Echa dan Aurel saling memandang bertanya. Sampai sekarang pun mereka masih tidak tahu ada apa sebenarnya dengan Nada dan Ito.

Bukan Aurel namanya jika ia bisa menahan rasa penasarannya. Ia menutup paksa buku Nada, hingga gadis itu menatapnya tajam.

"Mau lo apa sih Rel?" tanya Nada dengan suara meninggi, karena ia sedang tidak ingin diganggu sekarang.

"Mau gue lo jujur Nad, sebenernya lo sama kak Ito kenapa? Kenapa kalian bersikap seolah-olah gak pernah saling kenal bahkan lebih parah dari itu?" tanyanya dengan sorot mata tajam.

Nada menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin menceritakan semua kejadian itu pada mereka. Karena baginya itu semua sudah tidak penting lagi sekarang.

"Nad, gue sama Aurel cuma minta lo cerita kalau lo ada masalah, ya kita sebagai temen yang baik pengen bantu lo juga Nad," tambah Echa dengan nada suara merendah berbeda dengan Aurel yang menyentak.

Nada mendongakkan kepalanya menghadap sahabatnya itu. "Gue gak apa-apa, dan gue harap kalian hargain keputusan gue buat gak nanya-nanya Ito lagi, karena mulai sekarang gue udah gak peduli lagi semua tentang dia."

Aurel mengeras, ia masih tidak terima. "Lo tuh suka gak sih sama Kak Ito?" tanyanya pedas langsung ke intinya.

Nada melengos. "Harusnya lo tahu Rel, karna jawaban gue tadi udah memuat keseluruhan."

Aurel berdecak sebal. Nada memang terlalu keras kepala, dan ia benci orang seperti itu. Namun, mau dikata bagaimana dia juga tetap temannya. Akhirnya dengan menguras banyak tenaga, ia berlapang dada menerima keputusan Nada.

***

Bel istirahat berbunyi. Lantas Ito langsung menahan bahu Cemeng sebelum ia pergi meninggalkan kelas.

"Mau kemana Meng?" tanya Ito.

Cemeng melepas paksa tangan Ito di bahunya. "Gue hari ini ada jadwal nongkrong di base camp, kenapa emangnya?"

"Gue mau gabung dong, bosen gue gitu-gitu mulu," celetuk Ito membuat mata Cemeng melotot.

"Udah gila lo, lo itu anak baik-baik To, gak cocok bergaul sama begundal," titahnya keras.

"Nah lu kan begundal, sama aja bego," sarkas Ito.

Cemeng menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bukan gitu To, kalau lo gabung, bisa-bisa anak baik-baik kaya lo dirusak sama mereka nanti," balasnya lirih.

Ito berpikir sejenak. Cemeng kan memang dekatnya dengan anak kelas 12 yang terkenal urakan, nakal dan lain sebagainya. Namun, tak apalah, berhubung Ito hanya sekadar ingin menambah pengalaman.

"Udah yok cabut," Ito beranjak dari bangkunya, lalu mendorong punggung Cemeng agar ia berjalan duluan.

***

Ito dan Cemeng telah sampai di tempat yang mereka tuju. Yaitu kantin belakang gudang dekat dengan lapangan belakang.

Ito baru sekali memijakkan kakinya di tempat ini. Walaupun sudah hampir dua tahun ia bersekolah, namun, tidak pernah ada niatan sama sekali untuk mendatangi kantin ini. Mungkin karena berhubung juga jika tempat ini dikuasai oleh para anak kelas 12, maka dari itu banyak murid lainnya yang juga tidak pernah ke sini.

Kedatangan Cemeng langsung disambut oleh mereka. Ya, siapa lagi jika bukan Dika dan kawan-kawan. Ito menempatkan diri duduk di kursi panjang. Sedangkan Cemeng menuju tempat rahasia, untuk membahas soal tawuran.

Ito mengamati setiap sisi kantin. Di sini memang hanya didominasi oleh anak kelas 12 saja, mulai dari murid perempuan maupun laki-laki.

Saat Ito masih mengedarkan pandangannya, tiba-tiba saja ada seseorang yang menyodorkan sebatang rokok di hadapannya. Ito memalingkan wajah melihat orang itu. Dan seketika, orang itu duduk di sebelahnya.

"Mau tahu cara ngilangin beban di kepala lo?" tanya Dika membuat alis Ito terpaut.

"Beban gimana maksudnya Bang?"

"Gue tahu lo itu anak baik-baik, dan gak mungkin lo datengin tempat ini kalau gak ada masalah," celotehnya.

"Nih ambil," Dika menyodorkan rokok itu lagi dan diterima ragu oleh Ito.

"Menurut gue rokok itu adalah obat yang paling manjur, buat ngilangin beban pikiran di otak yang selalu bikin pusing," ujarnya sambil menyalakan batang rokok yang dipegang Ito.

"Tenang, ngrokok sekali gak bakalan bikin lo jadi anak nakal," ucapnya terkekeh saat melihat raut wajah Ito yang meragu.

Dika pergi, dan Ito hanya memandangi rokoknya saja tanpa berani untuk mengesapnya. Apa mungkin jika ia merokok pikiran tentang Nada akan hilang?

***

Ternyata Kevin tidak berbohong dengan ucapannya tadi. Sekarang ia tengah mengajak Nada pergi ke kantin yang belum pernah Nada jamah sebelumnya. Apalagi jika bukan kantin khusus untuk anak-anak kelas 12.

Kevin mengajak Nada kesini, karena ia ingin mengenalkan Nada pada teman-temannya. Nada sebenarnya enggan, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya menolak.

Saat sampai di ambang pintu, Kevin teringat jika ia lupa membawa ponselnya, lalu ia menyuruh Nada untuk menunggunya di dalam sebentar. Nada terpaksa menurut, karena sebelum ia bicara Kevin telah berlari meninggalkannya.

Nada duduk di kursi panjang sendirian. Ia sebenarnya takut karena dia hanya satu-satunya murid kelas 10 yang ada di sini. Nada mengedarkan pandangannya mengamati suasana di sekitarnya. Dan matanya tiba-tiba berhenti menyorot Ito yang sedang terduduk sendiri.

Ia tak menyangka jika Ito bisa ada di tempat ini. Dan satu hal lagi yang benar-benar janggal di penglihatannya, yaitu benda berasap yang ada di tangan laki-laki itu.

Nada tidak tahu mengapa, hati dan pikirannya terus-terusan menyuruhnya untuk menghampiri Ito. Nada berusaha keras menahannya, tapi sayang usahanya gagal.

Nada telah berada di hadapan laki-laki itu sekarang. Dan tanpa sepatah katapun ia menyahut rokok itu di tangan Ito, membuangnya ke bawah, lalu mengilasnya dengan sepatu.

Ito yang tadi tidak tahu akan kehadiran gadis itu, sekarang menajamkan mata melihatnya. Ia berdiri menatap Nada penuh tikaman. Nada lalu mendongakkan kepala, menatap tajam balik mata itu. Tatapan mereka beradu. Hingga akhirnya Ito membuka suara dengan nada kebencian.

"Maksud lo apa? Ngapain lo ikut campur urusan gue?" ujarnya membentak, hingga mampu membuat nyali Nada menciut.

Seketika semua orang yang ada di sana menatap ke arah mereka. Bahkan Cemeng dan kawan-kawannya juga ikut menilik.

"Kenapa diem, jawab!" sentak Ito keras. Nada terdiam menatapnya berkaca-kaca. Ia merasa sangat terpukul, karena seumur-umur baru kali ini Ito menyentaknya sekeras ini.

Nada mencoba tegar. Ia membuang semua rasa perdulinya pada Ito.

"Gue cuman gak habis pikir, bisa gitu murid yang katanya teladan tapi malah ngerokok di sekolah-"

"Terus mau lo apa? Lo mau laporin gue?" titah Ito pedas sebelum Nada selesai bicara.

"Laporin sana gue gak takut," Ito bicara sekeras-kerasnya sambil menikam Nada dengan tatapannya.

"KENAPA DIEM, UDAH SANA LAPORIN!" Ito berteriak keras lagi, dan Nada benar-benar hancur melihatnya.

"Kalau lo gak mau lapor mending sekarang lo pergi deh, gue males liyat muka lo!" titah Ito dengan penekanan, namun, Nada hanya mematung melihatnya.

"GUE BILANG PERGI, TULI LO YA?" ujarnya keras, membuat Cemeng kini tergerak ingin mencoba melerai.

Seketika tubuh Nada bergetar. Memandang orang yang sudah tak kenali lagi dia siapa. Ito berubah. Berubah menjadi orang yang sangat asing di matanya.

Kevin datang, lalu ia langsung menggenggam tangan Nada yang bergetar.

"Bacot lo bisa gak lebih lembut sama cewek?" Cerca Kevin keras sambil menatap tajam Ito.

Ito tidak terpengaruh. Ia hanya menatap tajam Nada dan Kevin bergantian. Dan sebelum beranjak, ia menikam mata Kevin dengan tatapannya.

"Kalau lo gak mau pergi, biar gue aja yang pergi," titah Ito lirih, namun, penuh dengan penekanan. Dan selanjutnya ia meninggalkan Nada dan Kevin yang mematung.

***TBC***

Vote dan Komen!
Maaf ya semuanya, kayanya tamatnya gak bisa hari ini deh, tapi minggu depan pasti udah tamat kok.
Oh ya, aku buat cerita baru guys judulnya 'Now Or Never' mampir lah kalau mau.

Continue Reading

You'll Also Like

53.8K 2.9K 42
Untukmu yang bernasib sepertiku Hanya bisa menyimpan sebuah nama Selalu menyimpan rasa rindu dan cinta Namun tak bisa memiliki hati dan raganya Menye...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.1M 64.1K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1M 102K 55
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
27.7K 3.9K 10
[ 5.00 p.m ] usaha yang tak sia sia → IN TIME SERIES ← placebou, 2018