[Sehun Fanfiction] Dear Husba...

By twelveblossom

246K 36.3K 1.4K

Jung Nara: Gadis berusia dua puluh dua tahun memiliki kelainan jantung bawaan yang hidup baik-baik saja setel... More

Prolog
The Day When I Meet You - 1
The Day When I Meet You - 2
The Day When I Meet You - 3
Taken By The Past - 1
Taken By The Past - 2
Taken By The Past - 3
Marriage Scenario - 1
Marriage Scenario - 2
Marriage Scenario - 3
Sometimes He's Angel - 1
Sometime He's Angel - 2
The Way I Love You - 1
The Way I Love You - 2
I'm Okay Even It's Hurt - 1
I'm Okay Even It's Hurt - 2
I'm Okay Even It's Hurt - 3
If You Were Me - 1
If You Were Me - 2
When You and I Become Us - 1
When You and I Become Us - 2
When You And I Become Us - 3
Dealing With You - 1
Dealing With You - 2
Dealing With You - 3
My Eyes On You - 1
My Eyes On You - 2
My Eyes On You - 3
Love, Life, and Lies - 1
Love, Lies, and Life - 2
Hold Back The Tears - 1
Hold Back The Tears - 2
Hold Back The Tears - 3
Heart Of Darkness - 1
Heart of Darkness - 2
Heart of Darkness - 3
It's Too Late To Realize - 1
It's Too Late To Realize - 2
It's Too Late To Realize - 3
[Special Part] Everything For You
[Special Part] Jealousy You
The Last Wish - 1
The Last Wish - 2
The Last Wish - 3
[Special Part] The Half Of You
[Part Terakhir] Baby, Please Hold Me
Epilogue - 1
Epilogue - 2
Epilogue - 3
Epilogue - 4
[Album Foto] Diary Baby Hyunjoo

The Way I Love You - 3

5.4K 954 26
By twelveblossom

Sehun mengajak Nara makan siang untuk kesekian kalinya dalam tiga minggu terakhir. Pria itu meminta si gadis untuk menemuinya di salah satu gerai sandwich yang menjadi favorit Nara di daerah Gangnam dekat kantor mereka. Baru kali ini Sehun mengajak ke tempat yang sederhana. Tak biasanya juga Sehun membiarkan Nara memesankan menu untuknya. Sehun bertingkah sedikit ganjil di mata Nara, ia bahkan ketahuan menatap si gadis lamat-lamat seperti memastikan sesuatu.

“Apa ada yang salah dengan wajahku?” tanya Nara pada akhirnya.

Sehun menggeleng. Ia menegaskan dengan ucapan, “Tidak.”

“Apa ada yang ingin kau katakan?”

“Tidak,” ulang Sehun.

Nara berdeham. “Begini, Oh Sehun aku merasa tak nyaman apabila sewaktu makan ada yang menatapku seolah aku tahanan,” keluh Nara, ia meletakkan sandwich daging sapi miliknya.

Sehun tersenyum. “Aku hanya memerhatikanmu, melihatmu beberapa kali membuatku menyimpulkan kalau wajahmu ternyata tidak begitu mirip dengan Ahra,” ujar Sehun.

“Apa kau baru menyadarinya?” Nara mendengus. “Ahra berkali-kali lipat lebih cantik dariku,” sambung Nara.

“Iya memang benar. Ahra jauh lebih cantik daripada dirimu. Aku jadi merasa bersalah karena menyamakan dia dengan kau,” timpal Sehun yang langsung membuat Nara cemberut.

Gadis itu sama sekali enggan menanggapi. Ia ingin segera menghabiskan makanannya kemudian kabur dari kemungkinan adu argumen dengan lawan bicaranya. Akan tetapi, ia kembali memelankan kunyahannya ketika mengingat perbicangannya bersama Daniel kemarin. Nara ingin tahu kapan Sehun kembali ke London. Ia hanya sedikit penasaran, tidak lebih.

“Em, Oh Sehun,” bibir Nara akhirnya terbuka. Ia menatap Sehun sekilas, lalu arah pandang matanya kembali ke atas piring. Dia menghela napas. “Kapan kau pergi ke London?” tanyanya.

“Besok malam,” jawab Sehun sembari meneguk jus jeruk.

“Daniel berkata padaku, kau tidak akan kembali dalam waktu dekat. Apa itu benar?”

“Iya, ada banyak urusan yang harus kutangani,” jawabnya ringan tanpa menyadari paras Nara yang berubah kelabu. “Kenapa memangnya? Hidupmu pasti akan tenang setelah ini,” lanjutnya.

“Iya, tentu saja hidupku pasti akan baik-baik saja jika kau pergi,” Nara menggantungkan perkataannya. “Berarti ini bisa jadi makan siang terakhir kita, bukan begitu Oh Sehun?”

“Benar, maka dari itu kita mengunjungi tempat makan yang sesuai seleramu. Selama ini, aku berusaha mengajakmu melakukan banyak hal yang biasa Ahra lakukan. Tapi, saat ini―aku menginginkan Jung Nara bukan Jung Ahra untuk menemaniku.”

Tarikan bibir membentuk senyum simpul enggan luput dari paras Nara setelah makan siangnya dengan Sehun beberapa jam lalu. Gadis itu merasa istimewa karena Sehun menghargainya sebagai Jung Nara untuk pertama kalinya. Nara mengingat kebaikan si pria baru saja terkuar sehari sebelum keberangkatan Sehun ke London.

Nara menerima panggilan Sehun melalui ponsel beberapa jam lalu. Pria itu mengirim pesan pada Nara apabila ada beberapa barang si gadis yang tertinggal di apartemennya. Nara sebenarnya dapat mengambilnya kapan pun karena Kang Daniel juga mengetahui passworddari apartemen Sehun. Si gadis memilih untuk berkunjung sepulang kerja agar ia dapat bertemu Sehun sebelum pria itu meninggalkan Seoul.

“Di mana Sehun?” tanya Nara pada Kang Daniel yang membukakan pintu apartemen Sehun.

Pemuda itu tersenyum manis menyapa Nara. “Hyung sebentar lagi sampai, tunggu saja,” lanjutnya sembari memersilahkan Nara masuk.

Nara mengangguk. Ia melepas mantel, lalu meletakkan tas di sofa. Ada tas kertas berukuran besar yang Nara pamerkan kepada Daniel. “Aku membeli beberapa bingkai foto cantik untuk mengganti yang kupecahkan kemarin.”

Daniel mengangguk. “Fotonya dibawa Hyung ke ruang kerjanya, kelihatannya masih belum dipasang. Coba saja lihat di sana, Noona,” balas Daniel sambil lalu, ia melanjutkan menonton film di ruang santai.

“Apa tidak masalah aku masuk ke sana?” tanya Nara pada pemuda berkaus merah marun itu.

Daniel mengangkat bahu cuek, “Aku tidak tahu, tapi itu hanya ruang kerja. Aku rasa boleh saja.”

“Baiklah, lagi pula aku berniat baik,” Nara menyakinkan diri.

Nara melangkah ke ruang kerja Sehun. Gadis itu sedikit gugup. Ia merasa penasaran dengan apa yang ada di ruangan tersebut. Nara membuka engsel pintu yang tak terkunci. Sepasang netranya disambut oleh meja kerja yang terbuat dari kayu tampak kokoh. Ruangan tersebut tidak terlalu besar―kamar tidur milik Ahra jauh lebih luas. Rak-rak yang terdapat buku-buku melapisi dinding bercat cream. Ada jendela besar yang ditutupi kelambu berwarna perpaduan antara hitam serta emas.

Nara membeku sejenak melihat foto yang berukuran lumayan besar terpasang pada dinding, terletak tepat di samping kanan meja kerja Sehun. Sepasang pria dan wanita tersenyum menghadap ke kamera. Si wanita mengenakan gaun pernikahan dan sang pria memakai tuksedo hitam. Sehun abadi di gambar tersebut―tangannya ada di pinggang Ahra. Mereka saling berhadapan. Sehun mengecup kening Ahra. Mereka terlihat bahagia.

Nara tersenyum miris. Tak seharusnya ada nyeri ganjil yang terasa. Dia berusaha menenangkan diri. Sekali lagi. Nara merasa kecemburuan itu ingin melahapnya. Ia mengutuk dirinya sendiri sebab tak seharusnya Nara menyukai pria yang sempat menjadi milik saudarinya.

“Jung Nara,” panggil Sehun yang baru saja memasuki ruang kerja. Pria itu masih mengenakan kemeja dan dasi yang menjadi setelan wajibnya ketika bekerja. “Kenapa kau di sini?’ tanyanya. Ia menarik tangan Nara kasar membuat si gadis berbalik, sekaligus menghadap ke arahnya.

Gadis itu berusaha mengukir paras ramah demi menutupi perasaan aneh yang mulai menyerang. “Foto itu sangat indah. Aku menyukainya,” dusta Nara. “Aku datang untuk mengambil barangku, sekaligus memerbaiki yang sudah kurusak.” Nara menunjuk pigura di atas meja Sehun.

Sehun meraup wajahnya. “Tidak usah, lebih baik kau segera pulang sudah malam.”

Nara menunduk, suasana hatinya mendadak murung. Ia menjungkitkan satu sisi bibirnya membentuk seringai. “Kau akan pergi besok dan tak tahu kapan kembali,” gumam Nara. Si gadis menarik napas. “Seharusnya kau mengucapkan salam perpisahan padaku,” kata Nara, kini matanya menatap Sehun.

Sehun hanya diam.

Nara melepaskan tangan Sehun yang ada di lengannya. Ia duduk di kursi yang terletak di depan meja kerja Sehun. Perlahan-lahan Nara mengganti bingkai yang rusak itu dengan bingkai yang baru. “Melalui foto ini aku dapat merasakan jika kalian menghabiskan waktu dengan baik.”

“Dia adalah kenangan untukku,” ungkap si pria dingin.

Nara menengadah agar dapat menujukkan atensinya pada pria yang kini berdiri di sampingnya. “Kau tersenyum lebar, kau melindungi Ahra dengan sangat baik, dan kau … menyukainya,” ujar Nara sembari mengusap salah satu foto yang memotret Sehun dan Ahra ketika tersenyum. “Apa semua orang yang melihat foto ini juga berpikiran sama denganku?” tanya Nara pada si pria. Bertepatan dengan kalimat yang dikatakan Nara, tangan si gadis tergores kaca dari bingkai yang rusak.

Nara mengernyit. Ia melihat telunjuknya yang berdarah.

Sehun bertindak lebih cepat dari dugaan si gadis. Pria itu berlutut di samping kursi yang dijadikan tempat duduk oleh Nara. Ia menarik jari Nara yang terluka untuk melihat luka itu dalam atau tidak. “Seharusnya kau lebih berhati-hati,” Sehun memperingatkan.

Tangan Nara yang lain menyentuh paras Sehun membuat si pria menengadah―raut mereka berhadapan. Ia mengusap rahang Sehun. “Jangan mudah cemas karena diriku.” Nara memberikan jeda sejenak agar dapat membaca mata Sehun. “Semua hal yang kau lakukan padaku, sangat menyiksaku. Kau membuatku semakin ingin dicintai seperti caramu mencintai Ahra,” tutup Nara sembari menjauhkan tangannya dari wajah Sehun. Ia memalingkan wajah.

Hal yang tak disangka-sangka pun terjadi. Sehun merangkum paras si gadis secara tergesa. Pria itu hanya memandangi wanita di hadapannya, seolah ia sedang menimbang sesuatu. Selang beberapa sekon, Sehun tampak menyerah pada keadaan. Akal sehatnya kalah, dia memilih perasannya.

Sehun pun meniadakan jarak di antara mereka.

Secara sadar Sehun mengecup Nara yang kini ada di dekapannya.

Nara membolakan mata. Itu adalah ciuman pertamanya selama dua puluh dua tahun dirinya hidup … dan rasanya tidak buruk.

Tidak buruk karena Sehun yang mengecupnya.

-oOo-

Terimakasih sudah membaca, kalian juga dapat menghubungi aku melalui:

Line@: @.NYC8880L
Twitter: @.twelveblossom
Blog: twelveblossom.wordpress.com

Continue Reading

You'll Also Like

621 166 30
Story 02. [ Gardenia ] By : @girlRin @Awliyaslv_ β–ͺ︎β–ͺ︎β–ͺ︎β–ͺ︎ Rasanya menyukai seseorang yang begitu sempurna itu benar-benar menyenangkan sekaligus bera...
742K 35.6K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
163K 19.5K 21
"gue gak mau punya pacar anak kedokteran. sibuk maksimal ntar sama aja gue cem jomblo." -ysh "gue gak mau punya pacar anak hi. keluar negeri mulu nta...
777K 79.4K 55
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...