The Truth

By cayamby

126K 16K 1.7K

Alasan utama Uchiha Menma masuk Fakultas Farmasi adalah karena ingin menyembuhkan; mengobati kakaknya yang te... More

Intro
1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
13
14
15

6

5.9K 928 89
By cayamby

"Sekarang istirahatlah," Karin mengarahkan si remaja bersurai pirang agar berbaring di ranjang.

Narutoㅡsi remaja pirangㅡmenurut; merebahkan tubuhnya dan menarik selimut hingga dada. Dia menatap perempuan dewasa di sebelahnya dengan shappire birunya yang agak meredup, "Teme, neechan?" Ia bermaksud bertanya dimana si 'Teme'.

Si gadis Uzumaki tidak menjawab. Dia cuma menatap iris biru yang masih memandangnyaㅡmenunggu jawaban atas pertanyaan barusan. Karin tidak tahu ... tidak mengerti. Saat ini perasaannya kacau. Sangat! Mereka baru kembali dari Rumah Sakitㅡsesuai yang disarankan oleh sensei yang memeriksa Naruto sebelumnya, Karin mengikuti dan ... dan mendengar sesuatu yang benar-benar mengejutkan. Ketika di perjalanan sesungguhnya ia merapal doa dalam hati agar apa yang dikatakan oleh sang sensei tidak benar. Hanya kesalahan diagnosa. Namun ....

Sensei dari Rumah Sakit Konoha memberitahu hal yang sama. Mereka sangat terkejut terhadap keadaan Naruto. Beberapa kali dilalukan tes, hasilnya tetap sama; Naruto positive hamil. Kandungannya berusia tiga minggu. Masih sangat muda dan rentanㅡdi tambah umur si remaja yang memang masih anak-anakㅡini ... ini sesuatu ... ah, Karin tak sanggup berpikir lagi. Hari ini ... dia sukses sport jantung!

Karin menghela sebentar, "Aku akan menghubunginya. Kau tidurlah."

Melihat anggukan dari Naruto, sekali lagi si gadis Uzumaki menghela napas lalu beranjak dari kamar yang ditempati si remaja pirang. Menutup pintu dan menyandarkan punggung di sana. Menarik napas dalam-dalam kemudian menghembus kasar. Matanya memerah dan segera cairan bening menumpuk di kantung mata. Karin terisak.

Naruto ... remaja lelaki itu sudah seperti adik baginya. Karin sangat menyayanginya. Mengetahui kondisi si pirang tentu membuatnya terpukul. Kakak mana yang akan tertawa bahagia mendengar kabar jika adiknya hamilㅡdi luar nikah dan masih remaja? Dia menangis. Merasa gagal menjaga dan mengawasi si pirang. Siapapun orang yang tega menjadikan adiknya seperti ini, Karin tidak akan memaafkannya. Dia akan mengutuk orang itu. Naruto ... Naruto yang seperti itu; tega sekali!

Menghapus kasar buliran bening yang sempat mengalir, dia berdiri tegap. Berusaha tegar. Dia mengambil langkah meninggalkan kamar si pirang dan berjalan menuju ruangannya sendiri yang tidak terlalu jauh. Menutup pintunya dan duduk di tepi ranjang. Mengeluarkan sebuah alat komunikasi modern; ponsel kemudian mendial sederet angka yang tersimpan di Buku Telepon.

"Moshi-moshi, Sasuke-san ...," ia menyapa seseorang di seberang telepon. Si pemuda Uchiha. Sasuke; yang ia tahu adalah teman dekat Naruto, "Ada ... ada yang ingin ku sampaikan."

[Ya?]

"Tadi Naruto pingsan dan kami memanggil sensei kemari. Tapi, sensei itu menyarankan agar membawa Naruto ke Rumah Sakitㅡ"

[Parah?] Si remaja Uchiha menyerobot.

"Bukan begitu ...," Karin menggigit bibir, "Sensei itu dan sensei di Rumah Sakit menyatakan ... Naruto ... Narutoㅡ" ia sungguh tak kuasa menahan isak dan air mata yang kembali menguasai, "ㅡmereka mengatakan jika Naruto hamil."

[Nani?!]

Karin sudah menduga si pemuda Uchiha pasti terkejut juga. Dia menarik napas kembali, mencoba menenangkan diri. "Mereka sudah melakukan tes berkali-kali dan hasilnya sama; Naruto hamil. Tiga minggu! Akuㅡaku ... apa kau tahu mengapa hal ini terjadi?"

Tidak ada jawaban dari seberang.

Si gadis Uzumaki menunggu. Hingga tiga puluh detik terlewati, masih belum ada sahutan dari Sasuke.

"Sasuke-san?"

"Aku akan datang malam ini." Hanya ini. Singkat. Lalu sambungan telepon putus.

Sasuke ... pasti khawatir. Apa yang Karin pikirkan. Dia tidak memikirkan kemungkinan lain yang bisa terjadi mengenai pelaku yang menghamili Naruto. Dia percaya pada si raven dan mengira bila Sasuke menyayangi Naruto sebagaimana dirinya juga. Setelah telepon di putus, Karin menyimpannya. Mengeringkan wajahnya yang dialiri air mata lagi.

Dia masih punya banyak pekerjaan. Nanti akan mengajak Sasuke bicara lebih banyak dan berunding dengan pengawas-pengawas Panti Asuhan serta sang Ibu Kepala.

**

Sejak siang Naruto menolak makan. Apapun yang di suguhkan, di tawari, di iming-imingiㅡdi tolak. Beberapa kali Karin membujuk pun tak mempan. Si pirang benar-benar tak ingin menyentuh makanan. Padahal dia tak sarapan, tak pula makan siang. Malam ini menolak juga. Membuat beberapa pengawas Panti Asuhan yang bergantian menjaganya pusing. Terlebih Karin.

Belum reda kesedihannya atas keadaan si pirang, di tambah remaja lelaki itu tak mau makan. Hanya berbaring seharian di ranjang. Sesekali bertanya mengenai Sasuke yang ia panggil 'Teme' dengan suara parau.

Karin meletak mangkuk berisi makanan di atas nakas di sebelah ranjang. Menghela napas panjang sembari memandangi Naruto yang entah menatap apa di langit-langit kamar. Remaja bersurai pirang itu menolak mengarahkan pandangannya pada si gadis Uzumaki yang menawari makanan. Bertingkah cuekㅡseakan Karin tak ada. Mengabaikan si gadis berambut merah.

"Naruto!" pintu menjeblak terbuka bersamaan dengan sebuah suara memanggil si pirang, di susul napas putus-putus si pelaku keributan mendadak.

Karin serta Naruto langsung mengarahkan pandangan ke arah pintu. Di sana berdiri seorang pemuda berambut raven dengan napas tersendat-sendat. Si pirang segera bangkitㅡmelupakan tubuhnya yang lemah karena tidak mendapat nutrisi hari iniㅡkemudian turun dari ranjang. Menghampiri si raven dan menghambur ke pelukan pemuda itu.

Meski napasnya belum teratur, Sasuke dengan senang hati menyambut si pirang. Membalas pelukan itu dan mendekap tubuh Naruto. Diam-diam mendaratkan kecupan singkat di leher tan remaja belasan tahun tersebut. Sasuke sambil mengatur pernapasan menggiring si pirang yang masih memeluknya ke arah ranjang kemudian mendudukkan Naruto di tepinya.

Melepas pelukan Naruto lalu berjongkok di hadapan remaja berambut pirang itu. Iris blue shappire bertemu onyxs milik si raven. Senyum tipis terukir di sudut bibir Sasuke, "Karin-nee bilang kau sakit," ia mulai berkata setelah napasnya normal, "Apa sekarang sudah lebih baik?"

"Naruto tidak makan seharian ini, bagaimana mungkin dia baik-baik saja." Karin menyahut dari belakang punggung si pirang.

Naruto menoleh sebentar ke belakang untuk memberikan tatapan sengit, namun tak berpengaruh pada si gadis Uzumaki. Lalu menghadap ke arah Sasuke lagi, dia menggelengkan kepala, "Naru lapar, tidak."

Si raven menghela, "Meskipun begitu kau harus tetap makan. Kalau kau sakit, aku tidak akan mau bermain denganmu."

Raut muka Naruto berubah sedih. Satu-satu teman yang ia miliki hanya Sasuke. Jika si raven tak mau bermain dengannya, dia tidak punya teman lagi. Naruto tidak mau! Kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat. Menggeleng kuat-kuat, menolak pernyataan Sasuke barusan.

Sepertinya hanya Sasuke yang bisa membujuk si pirang. Karin menghela lega kemudian mengambil mangkuk berisi makanan yang tadi ia letak di atas nakas dan bangkit dari kursi yang di duduki. Menghampiri si raven yang masih berjongkok di depan Naruto dan menyerahkan mangkuk yang dipegang. "Ku serahkan padamu," katanya.

Sasuke mengangguk dan Karin meninggalkan kamar ini. Tinggallah si pirang dan si pantat ayam. Si raven berpindah ke sisi di sebelah Naruto, "Kau harus makan supaya cepat sembuh, ne?"

Naruto tampak menimbang-nimbang. Menatap makanan di mangkuk lalu matanya beralih pada Sasuke. Tak ingin mengecewakan si ravenㅡdan ... agar Sasuke masih mau berteman dengannyaㅡNaruto mengangguk, mengiyakan. Seulas senyum tersungging di bibir tipis pemuda Uchiha menyebabkan bibir si pirang ikut melengkung.

"Nah, ayo makan." Sasuke menyendok bubur yang ada di dalam mangkuk. Menyodorkan ke mulut si pirang yang perlahan terbuka. Menerima suapan dari si raven.

..

Menghabis waktu satu jam menyuapi Naruto makan kemudian mengeloni remaja pirang itu agar mau tidurㅡSasuke ingin dia istirahat agar. Setelah memastikan Naruto benar-benar terlelap, si pemuda Uchiha pelan-pelan keluar dari kamar dan menutup pintu. Ia menghela sebentar kemudian berjalan meninggalkan kamar yang hanya ditempati oleh si remaja bersurai pirang.

Tujuan langkah Sasuke adalah ruang utama Panti Asuhan; atau bisa dikatakan ruang tamu. Di sana sudah ada Karin dan beberapa pengawas Panti serta sang Kepala. Mereka menempati kursi yang ada yang mengitari sebuah meja persegi panjang yang di atasnya telah tersedia gelasㅡmungkin berisi teh atau suguhan normal; kopi,entahㅡdi hadapan masing-masing. Sasuke mengambil tempat di kursi yang hanya muat untuk satu orang yang sepertinya memang di khususkan untuknya. Menundukkan kepala sebentar sebagai salam.

"Ha ...," sang Kepala Panti menghela napas.

Entahlah ..., situasinya nampak cukup tegang. Sasuke tidak mengerti kenapa semuanya berkumpul di sini seakan menyidang dirinya. Melirik seseorang yang paling ia kenal diantara semua pengawasㅡyang dekat dengan Narutoㅡsi gadis bermarga Uzumaki yang terlihat suram. Ada apa sebenarnya? Dia sengaja datang malam ini karena mendengar kabar tak mengenakkan dari Karin sore tadi.

ㅡmereka mengatakan jika Naruto hamil.

Sasuke ingin mengkonfirmasi pernyataan Karin itu; yang ia dengar lewat telepon. Siapa yang dimaksud mereka? Dan ... bagaimana mungkin Naruto ... hamil? Naruto adalah laki-laki. Dia tahu betul. Tidak mungkin si pirang yang berjenis kelamin laki-laki bisa hamil. Tidak ada teori yang menjelaskan hal tersebut.

Si raven berdeham, "Karin-neechan ... tolong jelaskan kondisi Naruto yang sebenarnya," katanya memulai pembicaraan.

Si gadis Uzumaki belum menjawab. Matanya menatap hampa ke meja di hadapannya. Ia menarik napas lalu menghela kemudian menengadah dan mengarahkan tatapan ke arah si pemuda Uchiha yang juga tengah memandangnya. "Tadi pagi Naruto pingsan dan kami memanggil sensei ...," putus sejenak, "Sensei itu menyarankan untuk membawa Naruto ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan yang lebih detil. Lalu ...."

"Lalu?"

Sorot Karin beralih; ia kembali memandang meja di depannya, "Mereka melakukan pemeriksaan sampai tiga kali dan hasilnya tetap sama. Naruto ...," kenyataan yang belum dapat diterima oleh si gadis Uzumaki. Sesak kembali menghantam dada, tak sanggup mengucap bagaimana keadaan sebenarnya si remaja yang telah ia anggap adik. Karin sungguh menyesali keadaan Naruto!

"Neechan?" Sasuke memanggil. Penasaran atas kalimat Karin yang menggantung.

Sang Kepala Panti menghela napas, menarik perhatian semua orangㅡkecuali Karinㅡyang ada di ruang utama. "Hasil pemeriksaan menyatakan Naruto positive hamil tiga minggu."

Pernyataan dari sang Kepala Panti bagai hujaman pedang tepat ke jantung Sasuke. Antara percaya dan tidak. Naruto hamil ...? Tiga minggu? Oh, apa mereka sedang merencanakan sesuatu? Mengerjai dirinya, misalnya? Sasuke berharap apa yang dia dengar barusan adalah sebuah lelucon. Namun ... ketika tak sengaja matanya melirik ke arah Karin; si gadis Uzumaki makin tertunduk. Bahunya berguncang, menyiratkan gadis itu tengah emosionalㅡmenahan atau sedang menangis.

"Tu-tunggu dulu ...," respon si pemuda Uchiha setelah membaca keadaan sekitar, "Bagaimana mungkin Naruto hamil? Naruto laki-laki." Yah, kenyataan ini telak. Tak mungkin berubah dalam sekejap.

Kepala Panti meletakkan sebuah amplop berlabel Rumah Sakit di atas meja di depan si pemuda Uchiha. Tidak perlu banyak bicara untuk menjelaskan kondisi objek pembicaraan mereka. Isi di dalam surat sudah cukup menjelaskan semua.

Sasuke ragu-ragu mengambil amplop itu. Mengambil lipatan kertas di dalamnya dan melembari. Onyxsnya menyusuri tiap-tiap kalimat di dalam surat itu hingga ke bagian kesimpulan yang menyatakan jika Naruto dinyatakan positive mengandung dan kondisi kandungannya cukup rentan. Di balik surat pernyataan tersebut terlampir resep obat yang mesti dikonsumsi oleh Naruto. Dua diantaranya Sasuke ketahui adalah vitamin dan penguat kandungan.

"Tidak mungkin ...." si raven bergumam. Masih sangsi. Cuma itu respon yang ia berikan. Tidak tahu mesti bagaimana menanggapi hal ini. Terkejut? Jelas. Sedih? Senang? Entahlah.

"Sasuke-san!" Suara Karin memecah keheningan yang terjadi, membuat si pemuda Uchiha memberi perhatian padanya. Air mata si gadis Uzumaki telah merembes ke kedua belah pipinya. "Kau ... apa kau tahu siapa yang telah berbuat setega ini pada Naru?"

Sasuke tersentak. Tiba-tiba detakan jantungnya meningkat. Bayang-bayang kebersamaan dengan Naruto terproyeksi di depan mata. Sewaktu mereka berdua, serasa dunia milik bersama. Tidak peduli pada keadaan sekitar. Pun ia sering lepas kendali dan menyerang si pirang. Sasuke tak akan membantah bila ia sering menjamah Naruto ..., tapi bukan untuk kepuasan sepihak. Diaㅡmerekaㅡmelakukannya atas dasar perasaan masing-masing. Sasuke jelas mencintai si pirang. Entah bila si pirang. Dan ... pemuda Uchiha ini telah menemukan akar permasalahan mereka kini.

Si raven menelan saliva sedikit susah. Melipat surat pernyataan dari Rumah Sakit dan memasukkan kembali ke dalam amplop. Dia meletak amplop tadi ke atas meja. Menautkan kedua tangan kemudian duduk dengan tegap. Menghadap sang Kepala Panti serta Uzumaki Karin.

"Aku akan menikahi Naruto."

Kalimat si pemuda Uchiha mengejutkan semua orang di ruang utama. Mereka memandang pemuda berusia sembilan belas tahun itu dengan mata melotot. Apa yang baru saja dia katakan?

"Apa maksudmu?" Sang Kepala Panti bertanya.

Sasuke mencoba menahan degupan jantungnya yang berlebihan. Onyxs kelam miliknya menatap serius sang Kepala Panti kemudian beralih pada Karin yang nampak heran dan tak mengerti. Semua orang tentu tak bisa memahami apa maksud si raven karena mereka berasumsi jika Sasuke dekat dengan Naruto hanya sekedar saja, tak mengetahui jika hati si pemuda Uchiha terpilit si pirang. "Akulah penyebab kehamilan Naruto."

Suatu pernyataan yang sekali lagi mengejutkan semuanya.

"Bayi di kandungan Naruto adalah bayiku," tambah Sasuke.

tbc

Hai, maap yah. Baru update. Habisnya di kantor lagi ruwet. Ada yang resign; ada yang berantem. Bikin pusing. Belum lagi nge-training anak baru plus kerjaan yang ditinggalkan mereka yang out, juga kerjaan caya sendiri. Hiksyuuu~ T.T

Ini juga di ketik, di sela-sela istirahat. Mumpung lagi ada acara di kantor, caya bisa agak bebas dari kerjaan, hohoho~ /dideathglare si boss/

Yosh, maap typo yah. Semoga suka~ tengkiyuuuu~ muah!

Continue Reading

You'll Also Like

111K 9.1K 85
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
794K 82K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
277K 21.7K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
1.2K 181 10
Kehidupan sehari-hari dalam Rumah Tangga Gavin Saktya Maheswara dengan Rindu Nadhifah Arwinata. Pasutri yang menikah karena bosan pacaran. #Dewasa