STUPID MISSION

By aghninye

346K 12.9K 258

Nadia, seorang gadis berusia 25 tahun yang mempunyai karir sukses. Ia juga cantik, baik dan banyak lelaki yan... More

PROMOTE
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Puasa
26
27
28
29
30
LEBARAN
Mita dan Wicky
Mita dan Wicky
31
32
Thalita
33
34
35
36
37
38
39
Epilog
CAST
TERIMA KASIH
Terima Kasih Ke Kalian
s p i n o f f

Thalita

5.1K 159 11
By aghninye

"APA KAMU BILANG? PEREMPUAN ITU HAMIL?" teriak Thalita pada seorang lelaki yang kini hanya tertunduk di depannya.

"I-iya, Bu. Perempuan itu hamil. Tadi saya melihat sendiri dia sedang berada di klinik kandungan bersama dengan suaminya."

Thalita melemparkan vas bunga yang ada di depannya ke sembarangan arah. Tak hanya itu, ia melemparkan bantal, buku atau apapun yanv ada di dekatnya untuk menyalurkan rasa marahnya. Beruntung tidak mengenai kepala lelaki itu. Ia benar-benar murka saat tahu bahwa Nadia sedang hamil sekarang.

Ia tak rela jika Arvin dan Nadia bisa hidup bahagia bersama anak mereka kelak. Kini perasaannya pada Arvin bukan lagi sekedar cinta melainkan obsesi untuk memiliki seutuhnya tanpa interupsi dari siapapun. Thalita tak mau melihat Arvin selamanya berada dalam pelukan Nadia tanpa ada celah untuk dirinya.

"Kamu gak akan pernah bisa hidup bahagia sama Arvin, Nadia. Aku gak akan tinggal diam dengan keadaan ini. Gak akan pernah," ucap Thalita penuh dengan keyakinan.

"Lalu apa yang harus kita lakukan, Kak?" tanya seorang lelaki yang baru saja memasuki ruangan mewah di rumah itu. Ya, ini memang rumah Thalita yang di hadiahkan dari pacarnya yang kaya raya itu. Tak heran ia mampu menyewa informan untuk mengawasi setiap gerak-gerik Nadia dan Arvin. Terlebih ia juga dibantu dengan Andra yang kini juga berada di ruangan ini.

"Kamu harus bantu aku, Ndra. Aku gak rela mereka hidup bahagia dengan anak mereka. Aku gak akan pernah rela kalau Arvin jatuh ke pelukan perempuan jalang itu." dengus Thalita sambil menetralkan nafasnya yang memburu karena amarahnya.

"Kakak tenang dulu. Aku janji akan bantu Kakak untuk mendapatkan Mas Arvin lagi." Andra memegang tangan Thalita. "Sekarang aku pulang dulu. Nanti kalau ada kabar apapun aku akan beri tahu Kakak."

"Kita harus cari cara untuk memisahkan mereka secepatnya, sebelum anak itu lahir. Jika tidak, kesempatan aku untuk bersama Arvin akan lenyap." Thalita mulai memikirkan rencana untuk memisahkan Nadia dan Arvin. Andra tak menjawab perkataan Thalita dan memilih untuk berlalu dari rumah mewah bergaya american classic itu.

Belum juga ia mendapatkan ide, sebuah suara yang cukup ia kenal menginterupsi ruangan itu. Siapa lagi jika bukan kekasih Thalita yang kaya raya itu. Dengan cepat Nadia menghapus airmatanya dan berusaha untuk bersikap tenang di depan lelaki tua bangka itu.

"Sayang, apa kabar kamu? Aku kangen sekali dengan aroma tubuhmu itu." ucap si lelaki yang langsung memeluk tubuh ramping milik Thalita.

Thalita hanya tersenyum yang terkesan di paksakan. "Aku juga kangen sama kamu, sayang."

"Ada apa ini? Kenapa rumah ini berantakan sekali. Memangnya apa yang terjadi sampai rumah ini berantakan seperti ini, sayangku." ucap lelaki itu sambil mengedarkan pandangannya ke arah lain. Ia terkejut melihat ada beberapa orang di ruangan ini.

Thalita hanya menggelengkan kepalanya. "Gak ada apa-apa kok, hanya ada pegawai bodoh yang melakukan kesalahan sehingga aku kesal dan membuang barang di rumah ini."

"Gak masalah, nanti kita bisa beli lagi yang baru. Dan untuk pegawai bodoh, kamu pecat saja dan ganti dengan yang baru."

"Iya, aku akan lakukan itu nanti." Thalita menjawab dengan singkat.

"Jangan sampai ada yang membuatmu kesal ataupun marah. Aku tidak suka melihat wanita simpananku berubah menjadi wanita penuh keriput hanya karena sering marah-marah. Kamu paham kan, Thalita. Aku membayarmu mahal bahkan aku memberikan fasilitas nomor satu selama kamu bisa memenuhi apapun yang aku butuhkan. Dan kamu bisa menjadi wanitaku dan menikmati semua fasilitas ini sampai kapanpun. Tapi jika tidak, maka kamu akan aku buang layaknya sampah. Paham?" Lelaki itu mengeratkan rengkuhannya pada pinggang Thalita. Dan itu membuat Thalita meringis kesakitan.

Tapi ia tak bisa melakukan apapun untuk menghindar dari lelaki tua bangka ini. Maklumlah, karena hanya dia yang mampu menjamin kehidupan Thalita selama ini. Ia bisa tinggal di rumah yang mewah lengkap dengan pelayan pribadi, kendaraan mahal beserta supirnya bahkan uang bulanan tanpa seri hanya karena ia setia melayani lelaki tua bangka itu. Di tambah lagi dengan kehormatan yang ia dapatkan karena menjadi wanita simpanan seorang lelaki tua bangka yang kaya raya.

---

Thalita sedang berjalan keluar dari kamar mandi sebuah klub malam terkenal yang berada di kawasan Jakarta Selatan. Bukan hanya banyak anak muda kekinian yang sibuk menghabiskan malam disana. Tetapi juga lelaki tua bangka yang sudah membayarnya mahal demi bisa menghabiskan malam-malamnya dengan Thalita. Ya, bukan hanya untuk satu malam ia membayar, tapi untuk beberapa bulan ke depan. Ia bilang, jika Thalita telah memenuhi persyaratannya untuk menjadi wanita simpanannya.

Bukan tanpa alasan Thalita melakukan pekerjaan hina ini. Ia terpaksa. Thalita butuh uang lebih untuk bisa menjamin hidupku setelah neneknya meninggal. Memang masih ada kekasihnya, Arvin yang akan selalu ada untuknya. Tapi, ia tak merasa cukup jika hanya dengan rasa perhatian dan kasih sayang. Ia juga butuh materi untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Biar bagaimanapun Thalita tak terbiasa untuk hidup susah dan sederhana seperti ini. Ia menginginkan yang lebih daripada cinta yang di berikan oleh Arvin. Dan hanya dengan begini ia bisa mendapatkannya. Meski ia harus menjajakkan tubuhnya kepada lelaki yang sama sekali tak ia inginkan.

Thalita duduk di sebelah lelaki tua itu dengan posisi yang menggoda. Ia tahu dengan begini lelaki itu akan menyukainya dan tak segan untuk memberi uang tambahan padanya.

Lelaki itu membelai rambut Thalita yang panjang. Ia juga mencium bahu wanita yang kini resmi ia bayar. "Sayang, aku udah gak sabar lagi nih. Lebih baik kita cepat ke hotel sekarang juga. Supaya kamu bisa dengan segera melaksanakan tugasmu."

"Iya, sayang. Aku juga ingin memuaskanmu sekarang juga." Thalita beralih ke pangkuan lelaki tua itu.

"Kalau begitu cepat kita pergi dari sini. Aku tidak sabar lagi ingin merasakan tubuhmu yang beraroma stroberi ini." ajak lelaki itu sambil meraih pinggang Thalita ke dalam rengkuhannya.

Kemudian mereka pun berjalan beriringan keluar dari klub malam itu, mungkin akan ke hotel terdekat atau bahkan mereka akan ke apartment lelaki itu. Entahlah, yang jelas Thalita tak bisa menolak kemanapun lelaki itu membawanya.

Sesampainya mereka di depan sebuah apartment mewah, mereka pun langsung menuju ke unit milik lelaki itu. Di dalam kamar keduanya saling berciuman mesra bahkan saat mereka belum menutup pintunya. Beruntung, seorang bodyguard lelaki itu langsung menutup pintunya. Ia juga tak ingin jika hal yang tak pantas itu sampai dilihat apalagi menjadi tontonan orang banyak.

Sesungguhnya Thalita enggan melakukan hal itu apalagi yang lebih. Tapi mau bagaimana lagi, ia butuh uang dari lelaki itu. Alhasil, ia hanya membayangkan ketika ia berciuman dengan Arvin. Meski rasanya jauh berbeda.

Vin, maafin aku ya. Aku balik ke pekerjaan ini meskipun kamu udah melarang aku mati-matian.

---

Sinar mentari sudah menyapa sebagian besar penduduk bumi ini, termasuk Thalita. Ia merasakan sakit luar biasa pada sekujur tubuhnya. Bukan hanya pada bagian kewanitaannya saja tetapi juga pada seluruh bagian tubuhnya. Ya, lelaki tua itu bercinta dengan cara yang kasar. Ia mengikat, memukul bahkan menjatuhkan tubuh Thalita tanpa perasaan. Ia justru senang ketika melihat Thalita menangis karena kesakitan.

Namun Thalita tetaplah Thalita. Ia tak akan menyerah hanya karena hal ini. Ia akan tetap menjalankan pekerjaannya meski ia tahu jika sesungguhnya hatinya tak mau. Di saat seperti inilah, Thalita kembali mengingat segalanya tentang Arvin. Lelaki itu begitu lembut, baik dan selalu berusaha membuat Thalita nyaman dalam keadaan apapun.

Tanpa terasa cairan bening itu mengalir deras membasahi pipi Thalita yang membiru akibat pukulan dari lelaki tua itu. Ia terus menangis hingga sesenggukan dan suaranya mulai serak.

Klik.

Suara pintu yang menggunakan pin itu pun terbuka. Terlihat seorang wanita yang kurang lenih berusia 40 tahunan memasuki kamar itu sambil membawakan nampan berisi makanan dan kotak P3K di tangannya.

"Permisi, Non. Bibi bawakan makanan sama obat untuk mengobati itu..." serunya sambil menunjuk ke arah lebam yang bersarang di ujung matanya.

Thalita hanya diam. Perlahan ia mencoba bangun dari posisinya yang terbaring. Meski untuk itu rasanya akan sangat menyakitkan.

"Pelan-pelan, Non." gumam Bibi sambil membantu Thalita duduk. "Biar Bibi obati dulu lukanya supaya cepat sembuh setelah itu Non bisa makan. Soalnya Bibi lihat kayaknya Non lelah sekali menghadapi Bapak semalam."

"Bibi..." cicit Thalita pelan.

"Bibi udah biasa lihat Bapak bawa pulang perempuan dari klub setiap malam. Mereka semua di bawa ke apartment ini." Bibi memulai ceritanya sambil tangannya sibuk mengolesi salep untuk lebam di wajah Thalita. "Awalnya Bibi kasihan sama perempuan yang di bawa kesini. Umur mereka masih muda dan gak sepantasnya untuk jadi pemuas lelaki tua yang gila seks seperti itu."

"Bibi udah lama kerja disini?" tanya Thalita pelan.

"Iya, Bibi udah dua puluh tahun kerja disini sebagai pembantu. Makanya Bibi tahu kalau sering ada perempuan yang bangun di pagi hari dengan keadaan yang sama seperti Non begini."

Thalita hanua diam dan menangis. Ia tak menyangka bahwa hidupnya akan seperti ini. Ia akan terjebak pada dunia yang kelam seperti ini.

"Non, jangan menangis. Bibi tahu Non pasti orang baik dan sekarang hanya sedang salah jalan aja." Bibi mengusap lengan Thalita yang terbebas dari luka lebam akibat pukulan lelaki tua itu.

Thalita tak membalas perkataan Bibi. Ia masih tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

"Ya udah, Non, Bibi keluar dulu. Jangan lupa di makan supaya Non ada tenaga untuk bisa pergi dari sini mumpung Bapak sedang pergi ke kantor."

Setelah membereskan obat-obatan itu, ia segera keluar dari kamar yang cukup mewah itu. Bagaimana tidak, apartment ini memang salah satu dari jajaran apartement mewah yang ada di Jakarta. Dan lelaki tua itu bilang bahwa selama ia menjadi wanita simpanannya berarti Thalita akan tinggal disini. Ia tak akan di izinkan untuk keluar sendiri apalagi untuk menemui orang lain kecuali jika tujuannya adalah untuk berbelanja atau mempercantik diri di salon. Mungkin selama beberapa bulan ke depan ia akan merasakan tinggal di dalam sangkar emas dalam kehidupan nyata.

---

Hati Thalita seakan teriris pisau tajam ketika mendengar pengakuan Arvin jika dirinya telah menikah dengan perempuan lain. Bahkan sesungguhnya hubungan mereka belum berakhir saat Arvin memutuskan untuk menikah. Rasanya seperti ribuan pisau yang menghujam jantungnya.

Di satu sisi, ia berjuang untuk mengumpulkan uang lebih untuk menjamin kehidupannya kelak dengan Arvin. Namun di sisi lain, ia malah meninggalkannya dan memilih perempuan lain untuk menjadi pendampingnya.

Ia merasa di campakkan begitu saja. Memang yang ia lakukan bukanlah tindakan yang baik. Tapi tak lantas Arvin bisa melakukan hal sekejam ini padanya. Bahkan di saat Thalita sedang ingin dengannya.

"Aaarrrrrrrgggggghhhh..." teriak Thalita sambil menghempaskan semua yang ada di meja makan hingga berantakan."Kamu jahat sama aku, Vin. Kamu tega meninggalkan aku dan menikah dengan perempuan lain."

"Non, tenang dulu. Jangan kayak begini nanti tangan Non luka." Bibi memegang tangan Thalita agar tak melemparkan barang lagi.

"Biarin aja, Bi. Apa gunanya aku hidup kalau aku gak bisa dapat apa yang aku mau. Lebih baik aku mati aja." Thalita begitu emosi saat ini.

"Tapi jangan seperti ini, Non. Nanti Bibi bisa di marahi sama Bapak kalau sampai ada apa-apa sama Non."

Thalita tetap saja histeris. Ia menangis sambil berteriak. Tak lupa juga ia membanting barang yang ada di sekitarnya hingga tak berbentuk lagi.

"AKU BERSUMPAH, SAMPAI KAPANPUN AKU AKAN TETAP MEMBUAT KAMU JADI MILIKKU SELAMANYA, VIN. KAMU INGAT ITU!"

Continue Reading

You'll Also Like

267K 9.9K 34
"All the world is made of faith and trust." || Copyrightยฉ2017 - All rights reserved Cobalah untuk mempercayai seseorang dan terus mengabadikanya di d...
35.7K 3.4K 33
Hanara Kay Zoe wanita cantik yang tidak percaya dengan cinta. Suatu hari memutuskan untuk ikut tour keliling korea Selatan. Ia pikir tour kali ini ak...
1.4M 99.8K 36
Menjadi janda selama 6 tahun bukanlah hal yang mudah untuk Gisella Isabel. Di umur yang baru menginjak 29 tahun ia berjuang sendiri menghidupi ibu ya...
80K 5.7K 61
{COMPLITED} #10 dalam Ketegori Kisah Romantis #18 dalam Kategori Comedy Romantic #20 dalam Kategori Terbaik ๐Ÿ˜๐Ÿฅฐ๐Ÿ˜˜ Thank you gaaaessss.... ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ Kis...