CRAZY WINK BOY [END]

By NaWink_101

38.5K 474 83

{LENGKAP} "Kau tau banyak orang yang menyebutku sebagai namja gila? Yah.. Sepertinya aku benar-benar sudah... More

C.W.B 1

5K 474 83
By NaWink_101

"Park Jihoon! Cepat pakai sepatumu Woojin sudah menunggu di depan!"
Suara Ny Park seperti terompet tahun baru setiap pagi.

Woojin memutar matanya jengah.
Menatap seorang namja manis yang muncul dari balik pintu.

Memakai sepatu dengan tergesa-gesa.
Jangan lupakan dasi yang bahkan tak terikat dengan baik serta-....

Sepotong roti yang menyelip diantar bibir namja itu.

"Kau-.... terlihat menyedihkan"
Woojin berkomentar pedas seperti biasa.

"Gwenchana, setidaknya aku mandi pagi ini"
Namja itu berseru riang seakan mendapatkan sebuah pujian.

"Hah, baiklah. Anggap itu sebuah kemajuan"
Selalu seperti ini, Woojin tidak ingin berdebat dengan sahabatnya sejak kecil itu.

Dan-....

"Hey, setidaknya rapikan rambut mengerikan mu itu!"
Woojin bukan tipe orang yang akan mengucapkan kalimat manis namun berbuah pahit.

"Ada apa dengan rambutku? Dan kenapa kau selalu menjemputku dengan motor vespa usang ini?"

Jihoon.
Namja itu kembali merajuk seraya memasukan potongan roti terakhir ke dalam mulutnya.

"Apakah aku harus bahagia memiliki sahabat yang tidak tau diri sepertimu?! Haish! Cepatlah, atau kita akan terlambat!"
Jihoon kembali mendengus kesal saat menyadari Woojin kembali berceloteh layaknya beo.

Setiap pagi akan selalu seperti ini.
Park Woojin yang merupakan sahabat sejak kecil Jihoon itu sudah beratus bahkan beribu-ribu kali mengingatkan bahwa mereka bukan lagi murid sekolah dasar
yang bisa berkeliaran dengan style dan pakaian yang-............

"Aku benci seragam ini"
Jihoon yang kini duduk dalam boncengan vespa unik berwarna biru itu kini bersuara.

Woojin masih diam.
Membiarkan sahabatnya tersebut melanjutkan kalimatnya.

"Seragam ini tidak cocok denganku, menyebalkan!"

"Kau selalu mengatakan hal yang sama di saat tahun ajaran baru"
Woojin menghela napas panjang.

"Jinjha? Kenapa aku melakukanya?"
Woojin malas berdebat.

Jawaban konyol dan tidak memiliki arti itu Woojin memilih untuk
mengabaikannya dan mulai menyalakan vespa unik kesayangan.

"Woojin~aa, pulang sekolah nanti antar aku ke toko buku seperti biasa ne"

20 detik.
Benar-benar baru 20 detik vespa itu berjalan.

Jihoon sudah kembali berceloteh.
Hah, lihat siapa beo sebenarnya disini.

“Mwo~ya? Kau kembali bekerja disana?”
Jihoon hanya mendengung.
Meng-iyakan pertanyaan Woojin, karena Jihoon tau sahabatnya itu akan-.....

“Untuk apa kau selalu menghabiskan waktu untuk kerja paruh waktu?”
Jihoon diam.

“Kau bukan namja yang kekurangan uang hanya untuk uang saku bukan?”
Jihoon memutar bola matanya jengah.

“Dan lagi-.... kenapa kau begitu suka dengan sesuatu yang dinamakan dengan uang???”
Jihoon menghela napas.

Woojin selalu saja ribut seperti ini saat membahas kerja paruh waktu yang di lakukan oleh Jihoon.

“Dengar, kau bisa langsung meminta uang kepada kedua orang tuamu. Kenapa kau perlu membuat dirimu sendiri susah dan-....”

Bughhh!!!

Jihoon dengan cukup keras memukul kepala bagian belakang Woojin dengan salah satu sepatu miliknya.

Astaga, kapan namja itu mulai melepas sepatunya?

“Hihss! Mulutmu seperti rem vespa usang ini. Tidak bisa berhenti berbicara!”
Jihoon mendengus kesal.

“Kau pikir aku namja matre yang akan menari kegirangan saat mendapatkan uang?!”
Woojin memilih diam dan sesekali meringis saat tau Jihoon mulai berbicara dengan nada keras.

“Baiklah, katakan aku menyukai uang. Hah... jangan manafik siapa yang tidak menyukai kertas tipis yang bernilai itu hmm? Tapi kau harus tau bahwa aku tidak akan menerima uang secara cuma-cuma. Apa salahnya aku senang mendapatkan
uang atas kerja kerasku sendiri?!!”
Jihoon mengakhiri kalimat panjangnya dengan menghela napas kasar.

Sebenarnya ia tau apa maksud Woojin berbicara seperti itu tapi-......

“Jaga kesehatanmu”
Woojin kembali bersuara saat vespa miliknya terpaksa berhenti tepat di lampu merah. Dan tak lama setelahnya sebuah mobil sport berwarna merah berhenti
tepat di samping mereka.

“Kau boleh melakukan semua pekerjaan paruh waktu yang kau inginkan. Tapi, jaga kesehatanmu dengan benar”
Woojin kembali melanjutkan kalimatnya.

“Tenang saja, kapan aku pernah jatuh sakit?”
Jihoon terkekeh dengan nada bangga.

Tidak menghiraukan Woojin yang mendengus kesal.

Sambil sesekali mengusap bagian belakang kepalanya.

“Tidak pernah katamu?”
Woojin sedikit menolehkan kepalanya untuk melihat Jihoon.

“Apa kau lupa terakhir kali kau pingsan saat di cafe tempat kau bekerja?! Ibumu memarahiku hingga menarik rambutku! Kau tau aku pikir aku akan botak saat itu!!!”
Woojin hilang kesabaran.

Nada bicaranya keras.
Dengan pandangan yang kembali ke arah depan.

Ah-...
Jihoon ingat kejadian itu.

Dirinya yang bekerja di cafe saat itu memang sudah demam.

Jihoon bingung harus takut atau tertawa saat melihat Woojin marah.

Dirinya senang memiliki sahabat yang perhatian tapi Jihoon juga ingin tertawa saat mengingat moment dimana sang ibu menarik rambut sahabatnya tersebut.

Tentu saja.
Bukankah sudah di jelaskan bahwa Woojin adalah sahabat Jihoon sejak kecil.

Ibu Jihoon sudah memberikan kepercayaan kepada Woojin layaknya putra sendiri untuk melindungi Jihoon. Bahkan rumah keduanya terletakan bersebelahan.

“Woojin~aa, mampirlah ke toko buku tempatku bekerja. Akan aku tunjukan
buku-buku yang bagus”
Jihoon berbicara dengan nada melembut, membawa tanganya untuk menarik-narik ujung tali ransel milik Woojin.

Namja itu menghela napas panjang.

Selalu seperti ini.

Woojin tau Jihoon akan melakukan hal ini jika ia sedang marah.

Ya Tuhan.
Beri Woojin kekuatan.

“Berikan aku 10 buku geratis, setelah itu aku akan memaafkanmu”
Woojin akhirnya memutuskan.
Jihoon tau bahwa sahabatnya ini sedikit terobsesi dengan segala sesutau yang geratis.

“Beli 20 buku setelahnya akan aku berikan kau diskon”

Cih.
Diskusi yang payah.

Yang diakhiri dengan tawa renyah keduanya sampai-.......

Kedua mata Jihoon dan Woojin membulat saat tiba-tiba dari arah samping terlihat seseorang dengan sengaja menghamburkan lembaran uang melalui celah kaca jendela mobil mewah tersebut.

“Hujan uang?”
Woojin bergumam.
Dan sukses membuat Jihoon jengah.

“Bodoh. Apakah kau pernah melihat hujan uang melalui celah kaca jendela
sebuah mobil?”
Jihoon memilih turun dari vespa milik Woojin.

Menginjak beberapa lembar uang yang setengahnya masih berhamburan.

“Kenapa kau turun? Kita hampir terlambat”
Woojin bercicit saat melihat Jihoon yang tengah mencoba mencari tau siapa sosok di dalam mobil sport tersebut.

Tubuhnya ia rendahkan sedikit untuk mengintip wajah di balik kaca jendela.

Dan tepat saat penglihatannya hendak menangkap sosok tersebut dalam hitungan detik kaca jendela itu menutup otomatis untuk kemudian melaju dengan cepat.

Yah lampu sudah berubah warna menjadi hijau.

Bukankah itu tanda untuk kembali berjalan?

“9996?”
Jihoon bergumam dan tersenyum sinis.

“Mwo? Kau tau itu mobil siapa?”
Woojin yang dengan bodohnya juga ikut turun dari vespa dan berdiri tepat di samping Jihoon.

“Tentu saja”
Jihoon menjawab singkat.

Menghela napas untuk kemudian berjongkok dan mulai memunguti uang yang berserakan di atas aspal.

Untung hanya ada mereka saja disana.
Yah, jalanan pagi ini cukup sepi.

“Untuk apa kau-.........”

“Kita harus kembalikan uang ini pada pemiliknya”
Jihoon berucap dengan yakin.

“Maksudmu kau benar-benar tau siapa pemilik uang ini?”
Woojin mencoba meyakinkan.
Dan Jihoon mengangguk mantap.

“Pakai lagi helm mu”
Jihoon bersuara dengan nada datar.

Woojin menatapnya horor.
Tidak jangan bilang jika-..........

“Aku yang akan membawa vespa mu, ayo kita sudah terlambat!”
Woojin dengan gugup menuruti setiap perintah Jihoon.

Jujur saja, terakhir kali Jihoon membawa vespa kesayangan nya itu berakhir dengan dirinya yang jatuh tertinggal bahkan sebelum ia sempat naik.

Astaga.
Beri keselamatan untuk Woojin hari ini.

Semoga ia bisa sampai di sekolah dengan sela-,............

“Park Jihoon ~!!!!!”
Woojin berteriak.

Cukup kencang.
Saat Jihoon tanpa aba-aba sudah memutar gas hingga membuat vespa itu hampir saja melaju dengan kecepatan melebihi piring terbang milik alien.

Ingatkan Woojin bahwa ia harus berpegangan erat-erat atau nyawanya akan melayang sebelum sampai sekolah.

Vespa itu masih melaju dengan kecepatan yang sama saat memasuki area sekolah.

Cepat-....... cukup cepat hingga membuat murid-murid yang berjalan menuju pintu gerbang utama disana terkejut menyelematkan diri dengan cara lekas menepi.

“Bukankah itu Jihoon?”
“Apakah dia sudah gila?!”
“Vespa itu luar biasa cepatnya!”

Suara murid-murid lain itu mulai terdengar.

“Tolong aku !!!!!!!”
Woojin masih berteriak layaknya namja yang tengah di culik oleh sekelompok mafia.

“Dia juga sama gila nya dengan Jihoon”
“Mereka berdua benar-benar konyol”
“Bagaimanapun Jihoon jauh lebih beruntung dibandingkan dengan kita”
Kembali suara berbisik dari murid-murid disana terdengar.

“Jihoon!!! Berehenti.... K-kau mau kemana????”
Suara ahjusik Shin sang satpam sekolah terdengar gugup saat melihat vespa yang Jihoon naiki bersama Woojin masih melaju cukup cepat, namun bukan menuju arah parkiran melainkan menuju-............

Brugghhh!!!!!

Vespa itu terhenti.
Dengan sangat terpaksa.

Roda belakang yang masih berputar dan setir yang bengkok.

Vespa itu berhenti.
Karena menabrak semak pembatas di dekat parkiran sekolah.

“Woojin~aa khaja!”
Jihoon dengan tidak bersalahnya lekas berdiri tanpa memperdulikan beberapa rumput yang tersangkut di atas kepalanya.

Bahkan seragamnya saat ini terlihat benar-benar berantakan.

“Bagaimana aku bisa berdiri? Nyawaku tertinggal di jalanan saat kau membawa vespaku dengan sangat cepat!!!”
Woojin kesal.

Bahkan sebuah ranting kecil telah berhasil tersangkut di atas kepalanya.
Jihoon berdehem.

Memutar tubuhnya dan melihat betapa mengenaskannya sahabatnya tersebut.

“Setidaknya kau masih bisa berceloteh”
Woojin memberikan tatapan tajam saat Jihoon masih saja berbicara tanpa berdosa.

Woojin bahkan sudah tidak terlalu terkejut saat melihat keadaan vespanya saat ini, karena sebelumnya Jihoon pernah membuat vespa kesayanganya itu kehilangan
roda bagian depan.

“Sudahlah tinggalkan rongsokan itu disana, aku harus menemui seseorang”
Jihoon memilih untuk berjalan lebih dulu tanpa kembali menoleh kebelakang.

Meninggalkan Woojin yang lagi-lagi....

“Dasar namja jahat !!!!”
Woojin merajuk.
Menangisi vespa miliknya yang sudah tak bersuara.

“Woojin~ssi gwenchana??” Shin ahjusik bertanya dengan ragu-ragu.

“Siapkan pemakaman untuk vespaku ahjusik, huwaaaa!!!!”
Woojin masih mengusap vespa miliknya yang kini nampak mengenaskan.

Haruskah ia kehilangan vespa kesayangan nya tersebut??
Haruskah-....... tungu,

Jihoon ingin menemui seseorang?
Sang pembuang uang sembarang?
Bukankah ini semua karena orang itu?

“Jihoon~aa! Kachiga...!”
Woojin menyusul Jihoon dengan berlari kecil.

Meninggalkan Shin ahjusik yang menggelengkan kepalanya.

Dua orang itu sama-sama sudah tidak waras.

OOOOooooOOOO

“Y-ya.... bukankah itu mobil tadi?”
Woojin mengikuti arah tatapan tajam Jihoon.

Keduanya berada tidak jauh dari area parkir sekolah.

“Mwo~ya, apa yang sedang dilakuakan mereka disana?”
Daehwi bergumam.

Menatap Jihoon dan Woojin secara bergantian.

“Entahlah aku pikir sebentar lagi mereka akan menimbulkan masalah”
Seorang namja tampan lainya bernama Jinyoung menjawab dengan diselingi tawa kecil.

“Siapa yang akan menimbulkan masalah? Kalianlah yang sudah bermasalah cepat lanjutkan pekerjaan kalian!”
Itu suara Yoon saem, sang guru killer yang bepergian dengan tongkat panjang ditanganya.

“Woojin~aa, bukankah vespamu sudah kehilangan nyawanya?”
Jihoon bertanya dengan nada datar.
Menatap tajam mobil sport mewah di hadapanya.

Tanpa menghiraukan Woojin yang memberikan reaksi bingung.

“Akan aku balaskan dendam vespamu, tenang saja”
Woojin masih berusaha memahami kalimat ambigu Jihoon sampai saat tiba-tiba namja itu mengeluarkan sebuah jangka dari dalam kotak pensilnya.

Dengan gerakan lambat namja itu mulai mengarahkan ujung jangka tajam miliknya ke bagian sisi kanan mobil dan-...........

Sreeetttt.......

Kedua mata Woojin membulat dan seluruh tubuhnya seolah menjadi jelly.

Benarkah yang ia lihat saat ini?
Sahabatnya itu sudah benar-benar gila saat dengan santainya menggores body mobil mewah di hadapanya dengan tampang spikopat.

“Kau-............. apa yang sedang kau lakukan?”
Suara itu mengalihkan atensi Jihoon dalam hitungan detik.

Jihoon tersenyum sinis dengan jangka yang masih berada di tanganya.
Menatap remeh pada sumber suara.

“Aku? Anyio.... aku hanya melakukan sesuatu yang aku anggap menyenangkan”
Jihoon menjawab dengan santai.
Tidak memperdulikan Woojin yang hampir saja kencing di celana saat menyadari sosok pemilik mobil mewah itu.

Kang Daniel.

Namja berwajah tampan, bertubuh tinggi dan berbahu lebar.
Sikap dingin dan terlalu acuh dengan teman-teman.

Sang putra tunggal pemilik yayasan sekolah dimana Jihoon dan Woojin
bersekolah.

Woojin tersenyum getir.

Haruskah ia berada dalam situasi antara hidup dan mati seperti ini???

Haruskah selalu Woojin yang sial???

“Menyenangkan katamu? Dengan cara merusak mobil orang lain?”
Daniel bertanya dengan sebuah senyuman.

Tapi sungguh, terdapat aura kebencian di balik senyum simpul itu.

“Aku hanya melakukan sesuatu yang menyengkan, sama seperti yang kau
lakukan”

Daniel itu masih bersikap tenang.
Memaskukan kedua tangan nya ke dalam saku celana seragam sekolah miliknya.

Dan membiarkan Jihoon melanjutkan kalimatnya.
“Bisa kau jelaskan, apa maksud dari kalimatmu?”

Jihoon menggenggam erat jangka yang ada di tanganya.
Mencoba mencuri lirik ke arah sekitarnya.

Sudah banyak murid-murid yang datang berkerubung hanya untuk melihatnya berdebat dengan laki-laki menyebalkan di hadapanya.

“Baiklah-........ aku tidak akan menjelaskanya panjang lebar”

Daniel nampak tersenyum meremehkan dan sedikit memiringkan kepalanya ke
arah kanan saat melihat Jihoon membuang asal jangka yang sejak tadi ia genggam.

Jihoon melangkah mendekat.
Hanya menyisakan beberapa meter tepat di hadapan sang namja bermata sipit itu.

Membuka cepat ransel milik nya dan-.........

Bughh..
Banyak lembaran kertas yang berterbangab tepat di hadapan Daniel.

“Mwo~ya?? Apakah dia sudah gila??”

“Darimana datangnya uang-uang itu??”

“Jihoon benar-benar cari mati”

“Apa yang akan terjadi padanya setelah ini??”

“Kenapa mereka selalu saja bertengkar?”
Jihoon dapat mendengar jelas ucapan murid-murid di sekitarnya namun ia tak ambil pusing.

Nyawa Woojin mungkin sudah menghilang beberapa detik yang lalu.
Bahkan dua laki-laki tampan dari arah loby sekolah yang tak lain Daehwi dan Jinyoung juga ikut terperangah dengan apa yang mereka lihat.

“Bagaimana mungkin?”
Jinyoung mulai bergumam rancu.

“Wah, urat kesadaran Jihoon hyung sepertinya sudah putus”
Daehwi juga ikut bergumam tidak jelas.

“Mwo~ya? Bagaimana bisa namja itu melemparkan uang tepat di wajah
tunangannya sendiri??”
Itu suara Yoo saem yang juga tak kalah terkejut, membuat Jinyoung dan Daehwi lekas menatap guru killer itu dengan mengangguk kecil.

Daniel menatap lembaran uang yang terjatuh di hadapanya.

Tatapan nya menajam.
Rahang nya mengeras.
Dilihatnya Jihoon masih cukup berani untuk menatap lurus ke arah matanya.

Perlu di tegaskan.

Jihoon adalah satu-satunya manusia yang berani melakukan hal gila itu pada Daniel.

“Kau benar-benar-..................”

“Brengsek!”
Jihoon memutus kalimat Daniel hingga namja bertubuh lebih tinggi darinya itu cukup terkejut.

Namun seperti biasa sikap tenang Daniel jauh lebih menyeramkan.

Bisakah Daniel tenang dengan umpatan yang Jihoon lemparkan untuknya?

“Aku tidak menyangka jika tunanganku akan seagresif ini”
Jihoon semakin geram saat Daniel dengan santainya meraih rumput kecil dari helaian rambutnya.

Kedua tangan Jihoon mengepal keras.
Darahya sudah naik ke ujung kepala saat Daniel semakin mendengatkan dirinya hanya untuk berbisik.

“Aku harap, kita akan bersenang-senang setelah ini”

#TBC...

Taraaaaaa!!!
Akhirnya di Up juga hehe..

Maaf kalok alur nya gaje dan membosankan, awas rawan typo dimana  mana 😣😣.

Yang sudah baca bisa like and coment buat kasih tanggapan dari ff abal2 ku ini 😳😳😳

Kalau mau tau kelanjutan nya cukup klik tambahkan ke perpustakaan saja okee..

Anyeong!!! 😚😚😚

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
6.1M 706K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
205K 31.1K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...