Nasty

By MelindaYang94

1.8M 57.9K 2.3K

Bijaklah dalam membaca Tidak menjanjikan cerita romantis drama yang menye-menye Cerita ini tentang seorang wa... More

SYNOPSIS
PROLOG
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
EPILOG
Thank You
GANGSTA
Gangsta - 1

PART 18

32.3K 1.4K 42
By MelindaYang94

Happy Reading
Typo bertebaran~

Bau hujan selalu dapat menenangkan batinnya. Ia tak menyukai hujan, namun sangat menyukai aromanya. Memandangi tetesan air hujan yang mengalir dari luar jendela sembari menyesap teh hijau di malam hari adalah kegiatan yang paling disukai oleh Camilla.

Pikiran dan batinnya tidak mendapat titik temu yang sama. Keduanya saling bertolak belakang. Meski berulang kali memikirkannya, gadis jelita itu belum juga mendapat jawaban. Clyde, Rob, dan Zhang. Cinta dan balas dendam.

Haruskah dirinya berhenti menyelidiki tentang Rob dan membiarkannya meski terbukti benar ia terlibat dalam kehancuran hidupnya di masa lalu? Mengatas namakan cinta untuk melupakan sumpahnya sendiri?!

Ataukah ia harus tetap melaju pada jalur yang sudah dibuatnya? Tidak memperdulikan jeritan hatinya agar otaknya terus terpatri pada logika yang ia tanam kuat. Membenarkan semua cara dengan menghabisi satu per satu musuh yang telah ia tandai.

Zhang. Kembali nama itu terlintas di benaknya. Setelah hampir tiga jam berkutat dengan pikirannya sendiri, jawabannya memang hanyalah Zhang.

Pria tua itu adalah otak di balik kesengsaraan yang ia alami. Tanpa mau berpikir terlalu lama lagi, Camilla mengganti pakaiannya dan bergegas membelah malam untuk menemui Zhang.

Misinya harus dituntaskan!

◆◇◆

Ruangan serba putih yang dimasuki Camilla, tak memiliki terlalu banyak perabotan. Hanya sebuah sofa panjang dengan meja kaca di salah satu sudutnya. Didominasi oleh puluhan tabung reaksi berjajar rapi di atas meja. Tabung-tabung tersebut memiliki cairan dengan warna yang berbeda.

Zhang sibuk melihat sesuatu dari kaca mikroskop di tengah ruangan, tanpa menyadari adanya penyusup di dalam kediamannya. Dengan langkah pelan tapi pasti, Camilla menghampiri Zhang yang masih tampak serius dengan 'mainan' miliknya.

"Welcome home my sweety Cam," sambut Zhang dengan suara lantang. Ia membalikan badan menyambut tamu yang tidak diundangnya tiba-tiba.

Jarak mereka hanya terpaut tiga langkah. Camilla berdiri tepat di depan hidung Zhang berhadapan. Ia tak menimbulkan suara sedikit pun, tapi Pria tua yang mati-matian ia benci ternyata menyadari keberadaannya.

"Bagaimana kau tahu? Kau bahkan tak melihatku!" hardik Camilla.

"Tidak mungkin aku tak mengenali ciptaanku bukan?" sahut Zhang dengan seulas senyum di sudut bibirnya.

Gadis cantik itu berdecih. Muak mendengar kalimat yang terlontar dari mulut pria tua yang terobsesi dengan kekuatan tanpa batas.

"Aku akan langsung bertanya tanpa berbasa-basi," Camilla menekankan setiap katanya agar Zhang tahu jika dirinya tak suka berada di tempat yang ia sebut laboratorium ini berlama - lama. "Siapa saja yang terlibat pada hari itu?"

"Kau kan menyesal jika tahu," jawab Zhang.

Kalimat Zhang langsung membuat Camilla meradang. Dengan gerakan cepat, gadis itu berlari ke arah Zhang serta menghunuskan mata pisaunya. Camilla berdiri persis di belakang Zhang dengan pisau yang mengarah pada leher. Seolah siap menancapkan matanya kapan saja.

"Aku hanya butuh nama!" nada penuh ancaman dan intimidasi yang pasti akan membuat siapapun bergidik mendengarnya.

Namun tak sesuai harapan. Pria tua bernama Zhang memang tidak mudah ditaklukan. Ia malah terkekeh mendengar kalimat Camilla barusan. Tak perduli jika Camilla benar-benar bisa membunuhnya detik ini juga. Ia terlihat terlampau tenang untuk seseorang yang tengah diburu.

Bukan tak sadar siuasi. Zhang tahu benar jika mata pisau gadis yang pernah menjadi anak buahnya beberapa tahun lalu, tidak akan tertancap di tubuhnya. Setidaknya untuk saat ini.

Sebuah serangan cepat dan tak terduga menegejutkan Camilla untuk sesaat. Dirinya lupa sama sekali jika ada kucing liar yang beberapa waktu lalu telah membagi tuna miliknya tanpa diminta. Memang dari tadi fokusnya hanya tertuju pada Zhang.

Pistol di tangan Shai meletuskan beberapa tembakan yang ia arahkan kepada Camilla. Cepat dan terlatih. Gadis yang menjadi incaran senjata api itu berlari ke samping, berguling dan berlindung di balik meja untuk menghindari muntahan peluru sang lawan.

Shai berdiri tegap di samping majikannya. Seulas senyum meremehkan tergurat di wajah tua tersebut. Tanpa komando pun mesin pembunuh ciptaannya dapat melindungi dirinya di saat yang tepat.

Perlahan, Camilla menegakan tubuhnya. Tak heran dengan kemuculan Shai yang datang secara tiba-tiba. Harus diakui jika Shai memang sedikit lebih cepat darinya. Ia adalah mutasi kedua yang berhasil hidup setelah dirinya.

"Aku bersungguh-sungguh ketika aku mengatakan kau tidak perlu tahu. Sungguh, aku ingin melindungimu walau kau menganggapku musuh Camilla," bujuk Zhang.

Fokusnya tertuju pada tabung-tabung berisi cairan merah dan biru. Ia mengambil salah satu tabung tersebut dan memperhatikan isi cairan di tangannya dengan seksama, kemudian menaruhnya kembali ke tempatnya semula.

"Hentikan omong kosongmu! Aku sama sekali tidak butuh perlindungan darimu!" sentak Camilla. Emosi yang menguap, membutakan logika Camilla untuk sesaat.

Hanya sedetik, niat membunuh Zhang kembali muncul di batinnya. Tak perduli ada Shai yang akan melindungi si tua itu! Dirinya akan melawan habis-habisan tanpa ampun.

"Kau mencintai pria itu? Sungguh?" Zhang tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. Netranya memandang Camilla sesaat, kemudian ia melanjutkan menatap kembali tabung-tabung miliknya.

Meski sikap tubuh Shai tampak waspada saat berdiri di samping Zhang, namun entah mengapa Camilla merasa jika wanita itu tidak akan menyerangnya.

"Sepertinya benar," Zhang menyeringai. Kebisuan Camilla tampak sebagai jawaban baginya. "Jika kau mengetahui semua tentang dia, kujamin kau akan membunuh dirimu sendiri!" lanjutnya.

"Apa maksudmu?" Sebaik mungkin Camilla berusaha untuk mengendalikan amarahnya. Ia berusahan mengendalikan nada suaranya, agar Zhang tidak makin beringkah.

Bukannya langsung menjawab Camilla, Zhang malah bersikap misterius. "Kembalilah padaku, maka aku akan memberitahukan orang yang harus kau bunuh!"

"Licik!" desis Camilla tajam. Suaranya pelan, karena memang bukan ditujukan kepada Zhang. Ia seolah ingin menegaskan kepada dirinya sendiri jika si tua Zhang tidak dapat dipercaya.

"Kalau memang harus ada yang kubunuh, maka kaulah satu-satunya orang itu!"

Kalimat Camilla barusan membuat Zhang langsung menatap manik hijau miliknya. Entah apa yang ada dipikiran orang tua itu. Ia malah kembali tersenyum lebar mendengar penuturan atau lebih tepatnya ancaman dari bibir Camilla.

"Aku sangat tersanjung ketika mendengarnya Nona!" ujarnya, "tapi kau salah! Empat orang yang kau bunuh kemarin, selain diriku, masih ada seorang lagi yang harus bertanggung jawab."

Zhang melangkahkan kakinya ke arah Camilla. "Kau tahu siapa orang yang harus kau bunuh! Tapi kau menyangkalnya. Mencoba mencari alasan mengatas namakan kepastian!" lanjutnya.

Pak tua yang dihormati oleh keluarga Blodwyn itu berdiri tak jauh dari Camilla, tapi masih pada jarak aman. Ia sadar, bagaimana pun, jika Camilla bersiap membunuhnya, hanya dengan satu gerakan cepat, dirinya sudah tidak akan bisa bernafas.

Gadis cantik berambut panjang itu terpaku beberapa saat. Pikirannya terbang jauh ke dunia lain, dunia penuh masalah yang tidak memiliki solusi. Rasa mual kembali menghantui dirinya ketika otaknya tidak bisa berpikir jernih seperti saat ini.

"Aku akan memaafkan pengkhianatanmu. Kembalilah kepadaku! Kau tahu ... susah sekali menciptakan manusia baru seperti kalian. Mereka semua berubah menjadi bangkai sebelum dapat bermutasi."

"Dalam mimpimu! Aku tidak sudi kembali menjadi senjata pembunuh seperti dulu!" tolak Camilla mentah-mentah.

Diputuskannya untuk mundur. Camilla tidak akan membuh Zhang, setidaknya untuk malam ini. Bukan karena takut dengan kehadiran Shai, tapi gadis itu membutuhkan waktu untuk berpikir.

Kalimat Zhang yang seolah memberinya pembenaran atas pemikirannya, namun juga seolah menjebak dengan mempermainkan logikannya. Pria tua itu benar-benar tahu cara untuk membuat seseorang membenci.

Sudah ia duga jika tak semudah itu untuk membuat mulut Zhang 'berbicara'. Camilla berbalik, berjalan menuju jendela di lantai 20, kemudian melemparkan tubuhnya keluar.

Hanya dalam sekejap mata, gadis jelita itu menghilang bersama dengan dinginnya kegelapan malam.

Tangan yang memiliki banyak kerut itu kembali melanjutkan aktivitasnya bersama tabung-tabung di laboratorium, seolah tidak ada apa-apa. Sementara Shai, kembali berjaga di luar dengan raut wajah datar miliknya seperti biasa.

◆◇◆◇◆

Ditunggu vote dan comment nya :)

FB : Melinda Yang
IG : melindayang94
Cek link di bio aku yaa
MelindaYang69
Yuk berteman!

Cek cerita aku lainnya juga
Siapa tahu suka
Horror, Teen, Romance!

Love

Melinda

13 Mei 2018

Continue Reading

You'll Also Like

45K 4.8K 62
dia yang bertahun-tahun bersama ku harus pergi karna ke egoisan orang tua nya akan kah aku bisa pulih kembali saat hati ini sudah mati tapi kau data...
1.1M 13.4K 38
Contains adult elements!!!
1.5M 50.8K 36
⛔ 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐮𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 & 𝐏𝐞𝐦𝐞𝐫𝐤𝐨𝐬𝐚𝐚𝐧 ᴀᴛʜᴇɴᴀ ᴛᴇʟᴀʜ ᴛɪɴɢɢᴀʟ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴘᴀᴍᴀɴ & ᴋᴇᴅᴜᴀ sᴇᴘᴜᴘᴜɴʏᴀ sᴇᴊᴀᴋ ᴋᴇᴍᴀᴛɪᴀɴ ᴏʀᴀɴɢ ᴛᴜ...
118K 10.3K 55
Spin-Off #2 My Beloved Mate Saat dirinya telah merasakan segalanya sudah lengkap. Tak ada lagi hampa atau dusta. Saat hidupmu adalah hidupnya. Dan hi...