Pangeran Barbie

By jackdanconnor

108K 4.5K 85

Akankah Andria memilih menunggu Pangeran Barbienya atau bersama Pangerannya yang lain? Perhatian: Ini bukan f... More

1 - Pangeran Barbie
2 - Mario
4 - Skors
5 - Bersalah
6 - Antony?
7 - Dilema
8 - Pengharapan Semu
9 - BACK!
CURHAT
10 - Kaget Berkali-kali
(Bukan Update)
11 - Trying To Be A 'Normal'
12 - Forget It Easily
12 - Forget It Easily (2)
13 - Regret
SPOILER
14 - The Day (Plus The Question?)
15 - One Step Closer
16 - Terbiasa
17 - Everyone's Left
18 - Pengakuan Mengejutkan
19 - The Memories Then Letting Go
20 - Changes (1)
20 - Changes (2)
21 - The Last Messages (END)
Cerita Baru

3 - Tidak Normal

6.5K 221 2
By jackdanconnor

Di suatu tempat, ada lelaki asing berdiri memandangi SMA itu. Badannya tinggi tegap, kulitnya putih kemerahan, rambutnya yang kecoklatan, pastilah dia seseorang yang tampan. Dia menggunakan setelan formal, lengkap dengan sepatu pantofel hitam dan mobil mahal di belakangnya. Tangannya saling mengait di belakang, seperti sedang menunggu kehadiran seseorang. Dia memerhatikan gedung itu lama sehingga banyak orang bingung ketika berjalan melewatinya. Bingung karena apa yang dilakukan laki-laki tampan berdiri sendirian di depan SMA itu. Tak sadar bibirnya melengkungkan senyum yang lebar. Sampai akhirnya dia bergumam sendiri.

“Aku akan segera mendapatkanmu..”

***

“Hai, Andria.”

Andria mendengus kesal. Tak sadar bola matanya ikut berputar karena melihat sosok yang sangat dihindarinya. Yoga.

Yoga tersenyum di hadapan Andria. Tak sadar dia sudah membuat banyak perempuan di kantin meleleh karena senyumnya. Situasi di kantin ini ramai tapi tetap saja cowok-cowok most wanted yang lewat pasti tersorot jelas. Seperti Andria ini, dia duduk di meja kantin paling ujung dan sendirian. Saat Yoga melihatnya, dia langsung mengambil tempat di meja Andria dan duduk di depannya, berhadapan. Andria merutuki dirinya kenapa tidak ikut memesan makanan bersama Tia dan Dena daripada harus meladeni bule nyasar kayak Yoga ini.

Yoga menunggu reaksi Andria tapi yang disenyumi diam saja. Rambut Yoga yang berwarna cokelat kehitaman tertiup angin seperti menggoda Andria. Bibirnya masih menyunggingkan senyum yang jelas, belum lagi mata cokelat mudanya terus memandang Andria. Andria membuang pandangannya, memangku kepala di atas tangan kanannya dan berdo’a agar  bule ini cepat mengungsi ke negara asalnya.

You look pale.” Komentar Yoga pelan. Mata Andria melirik tepat ke arah Yoga. Andria mengembuskan napasnya lagi sampai akhirnya dia menjawab.

Not in a good mood.”

Yoga terkekeh pelan melihat balasan Andria itu. “Yah, aku tau.” Kemudian tersenyum lagi. Shit! Enggak capek apa dia senyum mulu kayak mas-mas teller elektronik di mall? Gue aja gerah liat senyumnya, pikir Andria sambil melihat ke arah lain selain Yoga.

“Kalau tau, kenapa di sini? Gue enggak mau diganggu.” Suara Andria terdengar ketus. Tapi Yoga tidak bergeming mendengarnya. Dia sudah biasa dijauhi Andria.

Maybe I’m your moodbooster, Andria. You wanna try?” Yoga tersenyum usil.

Andria refleks menoleh ke arah Yoga dan terlihat tak suka.

A big NO!” Lalu membuang pandangannya lagi. Yoga tertawa melihat reaksi Andria yang dianggapnya lucu itu.

“Sahabat gue bilang dia enggak mau ketemu lo, Ga.” Tia dan Dena ternyata sudah selesai dengan urusan-urusan mereka dan kembali ke tempatnya. Nada dingin dari Tia menghentikan tawa Yoga itu sehingga Yoga memutuskan untuk pergi dari mereka. Setelah tersenyum manis ke arah Andria, dia pergi menuju kelasnya. Dena yang sedang asyik meminum es teh, masih memandang ke arah perginya Yoga lalu duduk di sebelah Tia.

“Kenapa sih dia? Aneh.” Tia berdecak sendiri sambil membuka plastik kerupuk untuk nasi gorengnya. Mata Andria menyusuri setiap jejak yang dibuat Tia tapi dia tidak melihat piring lain selain piringnya Tia.

“Lo enggak pesenin buat gue?” tanya Andria bingung.

Tia langsung mendongak ke arah Andria dan tersenyum salah tingkah. “Oh iya. Lupa gue,” Tia cengar-cengir, tangannya menggaruk-garuk pipinya yang tidak gatal. Kepalanya menoleh ke arah tukang nasi goreng yang ada di belakangnya.

“Tuh! Beli sana! Mumpung lagi sepi!” Tangannya menunjuk ke arah sana kemudian menyerahkan uang titipan dari Andria.

“Beli, sana! Keburu rame! Lo lapar kan?” suruh Tia seperti mengusir Andria. Andria cemberut. Dia mengambil uang yang sudah lecek itu dengan kasar dan berjalan meninggalkan mejanya. Dia masih merengut kesal dan berjalan cepat ke gerobak tukang nasi goreng itu.

Andria menunggu nasi gorengnya sambil melamun. Sempat hening sebentar sampai ada suara kasak-kusuk perempuan yang menyadarkannya.

“Eh, tadi ada yang berantem kan ya?”

Andria tertegun. Pasti ini tentang Mario deh, batinnya.

“Iya. Katanya anak kelas sebelas IPA kan? Yang anak baru itu?”

Cewek-cewek yang sedang menggosip ria itu berdiri tepat di belakang Andria. Mereka sedang menunggu antrian di tukang soto yang selalu ramai seperti ini. Sehingga posisi mereka ini membuat Andria dapat mendengar pembicaraan dengan mudah. Hebat bener masalah cetek kayak gini langsung nyebar ke seluruh sekolah, gumam Andria. Dia juga bingung kenapa selalu mendengar pembicaraan orang lain padahal dia sendiri tidak niat menguping.

“Terus dia kena sanksi dong? Wah, murid baru aja udah nyari masalah.” kata salah satu cewek itu sambil berdecak pelan.

“Katanya sih gitu. Tadi gue liat cowok itu lagi diomelin sama Bu Ita di ruangan Kepsek pas gue balikin buku pelajaran. Dan ternyata... Dia nyari ribut sama Kak Edo! Hadeeeh. Udah tau Kak Edo premannya sekolah, masih aja diajak ribut,”

Andria berdecak pelan. Emang gosip selalu berbanding terbalik dengan kenyataan.

“Loh? Justru murid baru itu jadi korban kali. Kak Edo bukannya emang rese banget sama murid baru?”

Andria berdecak pelan. Ya, Kak Edo emang rese banget. Dia ingat pernah jadi korban Kak Edo karena dia berjalan sendirian saat melewati genk-nya yang sok jagoan itu. Dia sempat dipalak dan karena paras Andria yang cantik membuat Kak Edo iseng dengan Andria. Untungnya Andria punya label sekertaris OSIS sehingga membuat Kak Edo tidak jadi mencari ribut dengan Andria saat itu.

“Mbak? Mbak?”

Andria menoleh-noleh ke sekitarnya. Ternyata mas-mas tukang nasi goreng memanggilnya. Dia sudah memegang piring yang disodorkan ke arahnya dengan wajah bingung meskipun tidak melepas senyumnya.

“Ini nasinya.”

Andria langsung meminta maaf dan mengambil nasinya sambil menyelipkan uang di tangan mas-mas itu. Andria masih tersenyum canggung memikirkan hal tadi. Aduh, ketauan banget lagi nguping, batinnya.

***

“Gue udah bilang kan? Akhirnya kena omel lu kan, sama nyonya kepala sekolah.” Cowok ini menepuk pelan bahu kawannya dengan penuh perasaan iba. Dia melihat teman barunya diomelin habis-habisan, belum lagi ibu Mario yang ikut-ikutan mengancam jika berbuat onar lagi di sekolah.

Si Nif atau yang biasa dikenal sebagai Hanif berjalan di samping Mario. Tadi dia juga dipanggil Bu Ita, kepala sekolahnya sebagai saksi kunci. Dia satu-satunya murid waras yang melihat Mario dikeroyok habis-habisan oleh genk-nya Kak Edo. Dia juga tau alasan sebetulnya kenapa Mario berani memukul Kak Edo lebih dulu. Tapi pembelaannya gagal. Mario tetap kena skors 2 hari.

Hanif juga tau teman barunya ini butuh kawan untuk menumpahkan amarahnya. Dia tau Mario tidak salah. Makanya Mario terus bergumam tak jelas, saking kesalnya.

“Bingung gue. Kenapa tiap ada cowok brengsek kayak si Edo malah dibela kayak tadi? Padahal jelas-jelas dia salah?!”

“Ya elah. Kayak enggak kenal istilah KKN aja lo,Yo,” Jawaban Hanif itu seketika membungkam mulut Mario. Mario langsung teringat ucapan Hanif dulu kalau Kak Edo itu keponakannya Kepala Sekolah.

Mario memilih memerhatikan ke lapangan yang luas di depan koridor gedung sekolahnya ini. Bel sempat berbunyi dua kali, tanda istirahat telah berakhir. Matanya memerhatikan serius ke setiap murid yang berhamburan masuk kelas, sampai akhirnya berhenti di depannya. Dia melihat cewek yang tadi pagi di ruang UKS. Cewek ini berjalan sendirian ke arahnya. Mario berusaha mengingat-ingat nama cewek itu sampai akhirnya mereka berhadapan.

“Lo Andria kan?”

Merasa terpanggil, Andria menoleh ke samping kanannya. Dia melihat Mario yang sekarang sedang menunjuk ke arahnya, dengan wajah penuh tanya.

“Iya.” Jawab Andria dengan mata memicing tajam. Dia sedikit mengangkat kepalanya saat menatap ke arah Mario yang jelas-jelas lebih tinggi darinya.

“Tandanya ingatan gue bagus kalau gitu,” ucap Mario penuh percaya diri. Dia tersenyum tipis ke arah Andria sedangkan Hanif yang melihatnya dibuat bingung.

Mereka udah saling kenal?

Sementara itu Andria terheran-heran di tempatnya. Ini cowok kenapa sih? Tadi katanya enggak mau kenalan sama cewek tapi sekarang jadi genit begini! Dia menatap cowok ini dengan alis terangkat sampai akhirnya sadar hanya ada mereka bertiga di sepanjang lorong gedung ini. Matanya memicing tajam menatap Mario seintens mungkin.

“Kok lo belum masuk kelas? Bukannya udah bel ya?” tanya Andria dingin. Dia memang benci dengan murid-murid yang sering keluyuran saat jam belajar mengajar. Hal itu sama saja seperti membuang-buang duit orangtua untuk bersekolah.

“Lo juga sekarang lagi di luar kan? Di depan gue?” tanya Mario balik. Senyum simpul tersugging di bibirnya. Dalam hati dia terus tertawa melihat Andria yang sebal sekali melihatnya.

Andria mulai capek menghadapi manusia seperti Mario ini. Kaki Andria bersiap-siap ingin meninggalkan Mario sampai akhirnya kepalanya kembali menoleh dan jarinya menunjuk tepat ke wajah Mario.

“Harusnya gue enggak buang-buang waktu disini cuman buat meladeni lo!” jawab Andria sedikit ketus dan berjalan meninggalkan Mario di belakangnya. Badannya melenggang masuk ke dalam ruang guru. Kepala Mario bergerak mengikuti arah cewek itu pergi lalu kembali menghadap ke depan. Dia kembali melangkahkan kakinya sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis.

“Lo kenal dia siapa, Yo?”  tanya Hanif bingung. Mario mengangguk.

“Iya.”

“Sejak kapan?”

“Barusan.”

“Wow.” Ucap Hanif takjub. Suatu keajaiban jika temannya ini berinisiatif mendekati cewek lebih dulu. Biasanya kalau digoda cewek-cewek centil, Mario langsung meminta pertolongan kepadanya. Tapi ini berbeda. Apalagi mengingat Mario sudah punya pacar. Hanif langsung teringat sesuatu yang janggal karena pemandangan tadi.

“Jangan bilang kalau dia itu cewek yang tadi di UKS sendirian?” tanyanya tepat sasaran. Tangannya menunjuk tepat ke wajah Mario yang menyeringai penuh arti.

“Ehem,” Mario mengangguk sambil tersenyum kecil.

“Dan lo mengikuti saran gue buat menggoda dia?” tanya Hanif lagi.

“Haha! Lo emang punya bakat jadi paranormal!” seru Mario sambil terkekeh geli. Dia bukan menertawai Hanif, lebih tepatnya dia menertawai tingkah Andria tadi yang ketus banget dengannya. Entah kenapa wajahnya terlihat..... menggemaskan?

“Sumpah, lo udah sakit,” gumam Hanif pelan. Mario menolehkan kepalanya ke Hanif tanda tak setuju. Tapi dia tak mungkin memarahi satu-satunya teman dekatnya ini. Mario mengembuskan napas pelan dan menenangkan dirinya. Jika Hanif pergi, siapa lagi yang akan membela dia dari gempuran cewek-cewek genit di sekolah?

“Lo kenapa bilang gue begitu?”

“Dia itu emang cantik, pintar, dan.... Oke lah. Tapi asal lo tau, dia itu satu-satunya cewek yang paling susah, nyusahin, dan bikin susah untuk dideketin!” jawab Hanif dengan penuh penekanan di setiap katanya. Kening Mario mengernyit bingung.

“Kenapa?”

“Dia itu enggak normal,”

***

Wohooo, siapa juga yang akan percaya kalau cewek secantik Andria tidak normal? Cewek yang memiliki tubuh jenjang langsing seperti model, kulitnya yang berwana putih susu, rambut yang hitam agak kecoklatan, wajah yang manis tapi selalu ketus kalau bertemu dengannya. Hah! Kenapa gue malah mikirin cewek lain? Tanya Mario dalam hati.

Mario masih memikirkan kata-kata Hanif yang terus berputar di kepalanya. Dia terdiam di depan stir mobilnya, memikirkan apakah Hanif tadi salah menyebutkan kata.

Dia itu enggak normal!

Dia itu enggak normal!

Dia itu ENGGAK NORMAL!

Huft! Mario mengembuskan napas sambil mengusap wajahnya pelan. Apa sih yang membuat Andria menjadi tidak normal? Dia juga bingung kenapa harus Andria yang seperti itu? Kenapa enggak....

“Sayang!”

Argh! Nenek lampir udah datang! Gumamnya sedikit kesal. Matanya melirik ke samping kirinya. Ternyata pacarnya sudah ada di luar mobil meskipun kaca jendelanya masih tertutup. Terlihat wajah pacarnya sedang merengut kesal karena lambatnya Mario merespon. Dengan enggan Mario membuka pintu mobilnya dari dalam dan menyuruh cewek itu masuk.

“Kok kamu enggak gentle banget sih? Enggak bukain pintu kayak cowok-cowok lain? Sedih tau diginiin!” seru cewek atau sebutlah dia itu Emma, pacar Mario, yang sudah duduk manis di kursi penumpang mobil Mario. Mario meringis pelan.

Cowok-cowok lain mana sih yang lo maksud?

“Aku capek,” jawab Mario sekenanya. Dia memasukkan persneling dan melajukan mobilnya pelan. Emma terus merengut kesal.

Meskipun Mario bilang Emma itu nenek lampir, sebetulnya Emma merupakan salah satu jelmaan wanita cantik saat ini. Badan yang sedikit kurus, kulit yang putih kemerahan, rambut yang agak pirang, dan pastinya paras cantik yang selalu membuat iri wanita di sekitarnya. Bersekolah di sekolah internasional, barang-barang branded selalu melekat di tubuhnya, jelas Emma bukan cewek biasa saja. Tapi sifat manjanya yang tidak bisa dikontrol kalau bertemu Mario, membuat Mario geram sendiri.

Tapi tumben Mario jemput aku lebih dulu, pikir Emma sedikit senang. Dia teringat sudah hampir setahun pacaran dengan Mario dan selama itulah Emma selalu menanti kedatangan Mario. Mario selalu punya alasan kenapa datang telat dan selalu berbeda alasan tiap telat. Makanya melihat mobil Mario sudah berada di depan sekolah seperti tadi, membuat Emma senang bukan main.

Emma menatap Mario intens. Dia merubah kerucut bibirnya menjadi senyum tulus. Matanya terus memandangi Mario sampai akhirnya dia terlonjak kaget. Emma baru sadar banyak bekas memar di wajah tampan milik Mario ini. Ada di pelipis mata, dagu... Ah, sedang sibuk menyetir saja sudah sebanyak ini apalagi kalau Mario benar-benar menatap ke arahnya! Emma menyentuh luka itu membuat Mario meringis kesakitan. Dengan cepat Emma menjauhkan tangannya dari wajah Mario.

“Maaf. Aku enggak sengaja,” Emma terlihat sangat bersalah. Mario tidak menjawab permintaan maaf Emma, kepalanya berdenyut hebat sekali membuatnya pusing. Dia menekan-nekan pangkal hidungnya sedikit keras dengan jari-jarinya, tanpa melepas perhatian dari jalan.

“Muka kamu kok bisa babak belur begitu sih?” tanya Emma pelan. Takut-takut kalau Mario akan membentaknya karena mengganggu privasinya. Yap, meskipun Emma itu pacarnya tapi Mario paling benci menceritakan masalahnya dengan orang lain. Cukup dia dan Tuhan saja yang tau.

Mario tidak bergeming, dia tetap konsentrasi menyetir mobil. Emma mengembuskan napas pelan karena Mario tidak menggubris kata-katanya. Kayaknya gagal deh rencana mau makan malam bareng, keluh Emma dalam hati.

“Kalau gitu, kita pulang. Aku enggak tega lihat kamu sakit seperti itu,” kata Emma lembut. Dia mengusap lengan Mario dan menatap Mario penuh kasih sayang. Meskipun dia tidak melihatnya, dari cara bicaranya saja Mario tau kalau Emma berubah. Mario tersenyum tipis.

Akhirnya cewek gue enggak gila-gila banget.

***

Cewek terkutuk mana lagi selain Bu Ita? Yang menyuruh seenaknya untuk membuat salinan data kegiatan tahun ini hanya dalam waktu dua hari? Hem, melihat bundelan kertasnya saja sudah membuat Andria pusing apalagi jika harus membacanya berulang-ulang dan mencari inti sarinya saja...

Badannya berjalan pelan meninggalkan gedung sekolah. Tas ranselnya disingkapkan ke bahu kanannya sementara tangan kirinya membawa tumpukan kertas. Dia pulang sendiri hari ini karena mengambil data-data yang dia perlukan dari ruang OSIS tadi sore. Hanya dia sendiri, tidak ditemani anggota OSIS yang lain. Hem, begini nih enggak enaknya punya kawan seperjuangan yang cuek bebek dengan anggota OSIS yang lain. Ketika Andria kesusahan, dia tidak bisa mengharapkan siapa-siapa lagi selain dirinya.

“Mau saya bantu?”

Suara berat datang dari belakangnya. Suara siapa sih? Kok ngomongnya pakai bahasa formal begitu? Andria memberhentikan langkahnya dan menoleh pelan ke belakang, hanya penasaran siapa yang tadi menyapanya.

Andria melihat penampilan cowok ini dari atas ke bawah, lalu sebaliknya. Setelan formal, potongan rambut rapi, gaya bahasa baku... Pasti ini orang berumur. Andria langsung menarik kesimpulan dengan cepat.

“Maaf, Om. Saya bisa sendiri kok,” jawab Andria dingin dan melangkahkan kakinya kembali. Dia hampir saja meninggalkan cowok itu sampai tiba-tiba ada tangan yang menahannya dari belakang.

Andria kembali membalikkan badannya tidak percaya. Kurang ajar banget! Geramnya kesal. Berani-beraninya dia menyentuh gue! Oke, adegan tadi sebetulnya tidak termasuk menyentuh karena cowok ini hanya menarik lengannya. Tidak terjadi skinship karena lengannya yang tertutup kain kemeja seragamnya. Tapi Andria tidak suka tingkah cowok ini.

Belum kenal saja sudah seperti ini, apalagi kalau sudah kenal? Tanyanya dalam hati.

“Maaf lagi ya, tapi Anda siapa? Berani sekali Anda menyentuh saya,” katanya tajam dan dingin. Seperti sebilah pisau yang sudah direndam lama dalam air es.

Cowok itu tersenyum dan memajukan tangannya ke arah Andria. Andria terdiam. Tangan yang besar dan kokoh, gumamnya dalam hati. Tidak bisa munafik kalau Andria baru pertama kali bertemu om-om ganteng seperti cowok ini. Apalagi wajah cowok itu yang kebarat-baratan, membuat amarah Andria mereda sedikit demi sedikit. Sepintas wajah cowok ini sangat familiar di benaknya apalagi matanya yang teduh itu...

Ehem, salah fokus nih. Bukannya perhatiin tangan, malah jadi ke muka sih!

“Kenalan dulu bisa kan? Saya Antony. Dan saya bukan om-om,” katanya sambil terkekeh pelan. Kening Andria mengernyit tajam. Dia mulai curiga apa yang mau dilakukan om-om aneh ini.

Andria masih enggan membalas jabatan tangan om-om, atau disebut Antony itu. Matanya melirik ke tangan Antony lalu melihat ke wajah Antony penuh rasa kesal. Melihat dirinya diacuhkan, Antony mengendikkan bahunya pelan dan menurunkan tangannya.

“Andria,” Akhirnya Andria mau menjawab membuat Antony menghela napas lega. “Maaf tangan saya lagi full jadi enggak bisa balas jabatan tangan om.” Tambahnya lagi. Mata Antony mendelik lebar.

“Hei! Bukannya sudah saya bilang jangan panggil saya om-om! Saya itu tidak se-tua yang kamu bayangkan!” protes Antony sedikit kesal. Yeah, siapa juga yang tidak kesal kalau berada di posisinya saat ini.

“Hem. Begitu? Oke, saya bisa mengira Om Antony itu...” kata Andria dengan penekanan penuh pada kata Om-nya. “.. Berumur tiga puluh tahun, jadi CEO atau manajer sebuah perusahaan besar, dan sendirian kan?”

Badan Antony menegang. Kata-kata Andria menusuk tepat sasaran. Semuanya.... benar. Kecuali perihal umur Antony yang menurut Andria sudah berkepala tiga itu.

“Tidak. Kamu salah. Umurku mungkin hanya berbeda 10 tahun denganmu dan menurutku itu tidak tua-tua banget,” balas Antony penuh percaya diri. Hah, muak aku melihat mukamu, Om. Kata Andria dalam hati. Dia ingin sekali pergi dari sini mengingat pekerjaannya yang menumpuk itu.

“Maaf, Om. Tapi saya mau pulang. Saya banyak kerjaan,” Andria sudah bersiap-siap ingin meninggalkan Antony dan melesat pulang ke rumahnya sebelum akhirnya Antony memberikan penawaran.

“Pulang sama saya. Nanti saya antar sampai selamat,” Kalimat itu berisi perintah tanpa tanda seru. Mata Andria mendelik lebar melihat Antony yang masih sabar menunggu responnya.

Apa? Dia menawarkan tumpangan? Apa dia gila? Kita kan baru saja kenal! Tanya Andria keheranan. Andria benar-benar tak habis pikir dengan om-om ini.

Tangan Antony masih berada di tas Andria, seperti menahan kepergian Andria dari sisinya. Andria sebetulnya malas berurusan dengan orang ini tapi dia tau semakin dia mengelak pasti cowok ini semakin memaksanya. Membuat kepalanya pusing tujuh keliling.

Andria hanya menganggukkan kepalanya pelan dan berjalan berdampingan dengan Antony. Dia sudah menyiapkan rencana jika Antony berani melakukan hal di luar batas. Apalagi mengingat Bapaknya yang seorang polisi, membuat Andria semakin tenang.

_____TBC_____

Oh iya itu yang disamping fotonya Antony :)

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 137K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
13.1M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...