HOLDER : Elsewhere (END)

By pockynop

368K 55.9K 3.2K

BOOK 2 after HOLDER : DOTW (Fantasy + Magic) Perjalanan Carina dengan rencana gilanya berlanjut saat dirinya... More

Prolog
BAB 1 - Penjara
BAB 2 - Rapat Besar
BAB 3 - Activating
BAB 4 - Siksaan
BAB 5 - Rencana Gila
BAB 6 - Ruang Bawah Tanah
BAB 7 - Penyerangan
BAB 8 - Finding Her
BAB 9 - Restart
BAB 10 - Kebenaran
BAB 11 - A Piece
BAB 12 - Hint
BAB 13 - Aku Menemukanmu
CAST!
BAB 14 - When They Meet
BAB 16 - Ingatan
BAB 17 - Dua Hati
BAB 18 - Kenangan yang Hilang
BAB 19 - Move On
BAB 20 - NAMA
BAB 21 - Keputusan
BAB 22 - Dia Kembali
BAB 23 - Terabaikan
BAB 24 - Kisahnya
BAB 25 - Ramalan Kuno
BAB 26 - Dua Belas Kunci
Bab 27 - Karena itu Kau...
Bab 28 - Extension
Bab 29 - Libra
Bab 30 - Jiho dan Sera
Bab 31 - Mexico & Canada
Bab 32 - Serangan
Bab 33 - Busan
Bab 34 - Track Finder
Bab 35 - Garis Depan
Bab 36 - Hilang Kendali
Bab 37 - The Last Key
Bab 38 - Golden Sword
Bab 39 - Kakak
Bab 40 - Heartache
Epilogue

BAB 15 - Hatimu Masih Mengingatku

11.7K 2.2K 178
By pockynop

"Sudah selesai?" Tanya Jiho dengan ekspresi lega ketika Alvis dan Arvis kembali. Ia takut kalau rekannya satu itu akan melakukan hal-hal nekat yang membahayakan dirinya.

Alvis mengangguk pelan. Semua orang yang menatap wajah mereka langsung bisa mengetahui kalau mereka baru saja bertengkar. Luka lebam terlihat dengan jelas di setiap sudut wajah mereka.

Alvis telah mengetahui semua yang terjadi pada Carina selama dua tahun belakangan ini. Meskipun begitu ia tak bisa menerima pengakuan saudara kembarnya yang juga ternyata memiliki perasaan yang sama terhadap gadis yang paling ia cintai saat ini, yaitu Carina.

Belum lagi perdebatan panjang yang mereka bahas mengenai ingatan Carina. Alvis memaksa agar saudara kembarnya itu menyetujui niatannya untuk mengembalikan ingatan Carina seperti semula. Sementara Arvis menentangnya karena ia tak ingin gadis itu kembali mengingat trauma masa lalunya. Dan hal yang paling Arvis takuti adalah Carina akan meninggalkan dirinya jika ia kembali mengingat semuanya.

Arvis menghela napas panjang memikirkan semua hal yang mengusiknya, lalu menatap Brian, Charlie, Sera dan Ashley bergantian, "Kita pindah besok. Siapkan semuanya malam ini."

"Pindah? Apa maksudmu?" Ashley sama sekali tak mengerti.

"Pindah kemana? Kau bercanda?" Sera menatap Arvis tak percaya.

Arvis memandang Sera dengan wajah dinginnya, "Apakah wajahku terlihat sedang bercanda?"

"Ck! Menyebalkan sekali! Aku hanya hanya bertanya!" Balas Sera kesal meneriaki Arvis yang berjalan menuju lantai bawah tanah.

"Kalian akan pindah bersama kami ke pulau." Ucap Alvis pada Charlie yang kini menatapnya penuh tanya.

"Lalu, bagaimana dengan nyonya Kimberly? Kalian akan meninggalkannya dan anak-anak itu begitu saja?" Tanya Sera khawatir.

"Kami akan memindahkan mereka juga. Ke tempat lain yang lebih aman dengan pengawasan para Holder berlevel tinggi."

"Pulau? Tapi aku bukan Holder seperti kalian. Aku hanya manusia biasa. Apakah tidak apa-apa?" Wajah Ashley semakin berubah khawatir.

"Tidak apa. Selama kau berada di sisi kami, kami akan selalu menerimamu." Charlie menjawab mewakili yang lainnya.

***

Alvis, Jiho dan Milo akhirnya menginap di rumah kayu mungil itu. Mereka tidur di lantai ruang tengah dengan beralaskan kain tebal dan selimut. Tak ada ruangan lagi untuk mereka, dan mereka tak ingin merepotkan siapa pun hanya untuk tidur satu malam. Alvis sama sekali tak bisa tidur, ia terus menerus melamun menatap langit malam di kursi panjang yang berada tepat di depan rumah kecil itu.

Selama ini, ia sangat ingin menemukan Carina. Lalu sekarang saat ia sudah menemukannya, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan mengingat kondisi Carina saat ini.

Alvis menghela napas panjang seraya bergumam lirih, "Bukankah dua tahun sudah cukup lama untuk menghukumku dan menyesali semua kesalahanku?
Jadi, mengapa sekarang kau kembali menghukumku dengan semua ini?"

"Siapa yang menghukummu?" Tanya sebuah suara yang ingin sekali ia dengar dan sangat ia rindukan.

"Carina?!" Alvis terlonjak kaget dan langsung berdiri dari duduknya.

"Shhhttt!" Gadis itu menempelkan jari telunjuknya di tengah-tengah bibir Alvis, agar laki-laki itu diam dan tak membuat suara gaduh lainnya, "Kecilkan suaramu, nanti yang lain bisa bangun!"

Deg...deg...deg...

Alvis mengangguk-ngangguk dengan kaku lalu kembali duduk, diikuti dengan Carina yang juga ikut duduk di sebelahnya. Wajah Alvis sempat merona ketika jari telunjuk gadis itu menempel di bibirnya yang kini bungkam. Ingin sekali rasanya ia memeluk Carina saat ini juga dan mengungkapkan semua rasa yang telah ia pendam selama dua tahun ini.

Namun, apalah daya... semua keinginannya itu kini harus ia pendam lebih lama lagi. Sampai ia benar-benar yakin kalau gadis itu akan baik-baik saja jika mendengar semua kenyataan yang akan ia sampaikan nantinya.

Sedikit demi sedikit Alvis mencoba untuk menyampaikan perasaannya mulai dari sekarang. Ia tak ingin kehilangan gadis itu untuk yang kedua kalinya.

"Aku tak bisa tidur. Kau juga sama?" Tanya Carina tersenyum pada Alvis.

"Ah... i-iya, aku--aku tak bisa tidur." Ia tergagap saat Carina bertanya padanya.

Kesunyian malam kembali menyapa ketika mereka kembali terdiam dengan berbagai pikiran di benaknya masing-masing.

"Aneh..." Ucap Carina tiba-tiba.

"Apanya?" Alvis kembali menoleh menatapnya.

"Aku merasa aneh di sini." Katanya seraya menunjuk dadanya, "Saat pertama kali bertemu denganmu tadi, perasaanku langsung berubah aneh."

Alvis menatap Carina dengan senyuman lembut, "Itu sama sekali tidak aneh. Meski pun kau tak mengingatku, hatimu masih mengingatku."

Dahi Carina mengerut, tak mengerti dengan perkataan laki-laki di hadapannya. Ia lebih memilih menatap lama wajah Alvis dibanding menanyakan maksud dari perkataannya.

"Ada apa?" Alvis kembali bertanya ketika Carina tersenyum menatapnya.

Carina menggeleng, "Tidak. Aku hanya merasakan perbedaan yang jauh ketika bersamamu di banding dengan Arvis. Kalian kembar, wajah kalian sama persis, tapi..."

Alvis menunggu lanjutan kalimat gadis itu yang tak kunjung berbicara, "Tapi apa?"

Tapi... entah kenapa aku merasa lebih nyaman bersamamu daripada saat bersamanya. Batin Carina melanjutkan kalimatnya dalam hati.

"Entahlah, pokoknya kalian sangat berbeda." Ucap Carina asal.

Alvis terkekeh kecil, "Kau tidak berubah ya. Masih tetap aneh."

Carina menatapnya semakin penasaran, "Dari tadi kau berbicara seakan-akan sudah mengenalku. Lalu, kau juga memanggilku Carina. Apa kita pernah kenal sebelumnya? Kalau iya, kenapa aku tak bisa mengingatnya."

"Menurutmu?" Alvis malah balik bertanya, berkilah dari pertanyaan tersebut.

"Aku kan yang pertama bertanya, kenapa kau malah menjawabnya dengan pertanyaan lain?!" Omelnya kesal.

"Kita mengenal satu sama lain." Alvis tersenyum seraya mengacak-acak rambut Carina.

"Benarkah?" Tanyanya dengan wajah berbinar, "Apakah kita dekat? Tapi, kenapa aku tak mengingatmu ya? Padahal kan kau saudara kembarnya Arvis?"

"Kau tidak mengingatnya karena kau punya ingatan yang buruk. Hanya itu." Jawab Alvis berbohong, "Sekarang, giliran aku yang bertanya."

"Kau menganggap Arvis apa? Kau pacarnya?"

Carina sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. Selama ini ia sama sekali tak memikirkan hubungannya dengan Arvis. Ia hanya merasa nyaman saat berada di dekatnya, ia merasa seperti memiliki saudara laki-laki yang selalu menjaganya kapan pun dan di mana pun ia berada. Ia merasa kalau ia terlalu bergantung pada Arvis.

"Aku..." Carina ragu saat menjawabnya, ia tak tahu harus menjawab apa. "Aku menganggapnya seperti saudara laki-lakiku? Kurasa begitu." Jawab Carina akhirnya seraya mengangguk mantap.

Tanpa sadar Alvis langsung tersenyum lega. "Jadi kau tak pacaran dengannya."

"Pacar?" Carina menautkan kedua alisnya seraya tersenyum aneh, "Kurasa hubungan kami tidak begitu. Aku memang menyayanginya. Ia adalah orang yang sangat berharga di hidupku. Tapi, bukan perasaan yang seperti itu."

"Aku mengerti." Balas Alvis tersenyum lega. Ia sangat senang mengetahui fakta bahwa hati Carina ternyata masih mengingatnya. Dan, jantung gadis itu masih berdetak untuknya, seperti dua tahun yang lalu.

Bam! Bam!

Tiba-tiba saja suara berdebum keras terdengar, membuat mereka menoleh ke sana kemari mencoba mencari asal suara tersebut.

Bam! Bam!

Lagi-lagi suara itu kembali terdengar. Kali ini semakin keras. Suara seperti benda keras saling berhantaman membuat Carina langsung berdiri dengan panik. "A-apa itu?"

"Masuk ke dalam! Cepat!" Teriak Brian yang entah sejak kapan telah ada di ambang pintu.

Refleks, Alvis langsung menarik tangan Carina membuat gadis itu tersentak dan tertarik olehnya.

Alvis merasa ada yang janggal, perasaannya sungguh tak enak. Ia merasa sesuatu yang buruk telah terjadi.

Saat Carina dan Alvis sampai di dalam, Arvis, Jiho, Milo, Charlie, Sera dan Ashley juga sampai di saat yang bersamaan di ruang tengah mungil itu di susul dengan Brian yang baru saja menutup pintu dengan tergesa-gesa.

"Kita di kepung." Ucap Arvis dengan kesal. "Mereka bahkan tak membiarkan kita untuk menginap semalam lagi di rumah ini." Keluhnya lagi mengingat rumah ini ia design sendiri dan membangunnya menggunakan uang hasil keringatnya sendiri.

"Dikepung? Oleh siapa?" Tanya Ashley panik.

"Oracle, mereka menemukan kita. Tidak lebih tepatnya Carina--" Jawab Brian kelepasan, sadar kalau Carina tak mengetahui apa pun. Arvis langsung memelototinya ketika ia menyebut nama Oracle dan Carina.

"O-oracle? Menemukanku? Apa--" belum sempat Carina menyelesaikan kalimatnya ia sudah lebih dulu tak sadarkan diri oleh sihir Milo. Tubuhnya hampir saja terjatuh ke lantai dan menghantam lantai jika saja Alvis tak menangkap tubuhnya.

"Milo! Kau mau mati ya!" Bentak Alvis kesal saat kucing itu menggunakan sihirnya tiba-tiba pada Carina. "Bagaimana kalau ia tadi terjatuh dan terluka?! Dasar kucing sialan!" Umpatnya ingin sekali mencekik leher kucing hitam gemuk itu.

"Kan ada kau. Carina tak akan terjatuh." Jawabnya santai lalu melompat ke pundak Jiho.

"Bagaimana mereka bisa menemukan tempat ini?" Tanya Jiho panik, "Bukankah kalian sudah bersembunyi di sini selama dua tahun?"

"Kurasa mereka menemukan tempat ini karena kita." Jawab Milo lagi. "Mereka menggunakan sihir mereka untuk melacak bekas keberadaan sihir kita. Kita sudah terlalu lama keluar dari Pulau sehingga mereka mampu merasakan keberadaan kita."

"Bagaimana dengan nyonya Kimberly dan anak-anak?!" Seru Sera panik saat mengingat bahwa tak hanya mereka saja yang tinggal di kota ini.

"Aku sudah memindahkan mereka tadi sore. Aku telah menduga hal ini pasti akan terjadi, karena itu aku segera bergerak ketika sampai di sini." Jawab Alvis seraya terus menahan dan menggendong tubuh Carina.

"Kalian sudah siap kan? Kita akan pergi dari sini sebelum mereka mampu menembus perisaiku." Ucap Arvis cepat namun tak fokus. Ia sama sekali tak bisa mengalihkan tatapannya dari sosok Carina yang saat ini berada di dekapan saudara kembarnya itu.

***

Please ya... saya udh susah-susah nulis cerita yg bisa menghibur kalian. Jadi tolong hargailah, kalo saya baru update jangan malah pada komen 'next' atau minta update lagi. Empet tau gak bacanya. Gaada komen lain tah ya selain itu? Gak kreatip bgt kali dah.

Mikir donggg masa baru update dah minta update lagiiii? Itu beban buat saya bukannya motivasi :')

SAYA JUGA PUNYA KEHIDUPAN DI DUNIA NYATA!

Jadi jangan menuntut berlebihan!

Terima kasih atas perhatiannya. Saya bakal update chapter selanjutnya kalo mood saya balik :)

Gausah nanya2 kapan, ntr kalo emg dah waktunya saya update kok!

Salam sleding,

Novita

#maap ya marah2. Saya kesel sih :')

Continue Reading

You'll Also Like

103K 22.2K 46
[Epic Fantasy] Tanah telah rusak beratus-ratus tahun lalu. Manusia telah punah karena terjadinya perang antara umat manusia, makhluk supernatural, ma...
1.7K 217 12
#Seri kedua Elis Maxwell -------------------------- Di musim semi ini, seharusnya tahun kedua di Aelivory dimulai. Tapi Elis Maxwell masih belum mene...
1.3M 126K 47
Di novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketena...
355 50 17
Ganendra Langit samudra, seorang lelaki tampan dan tegas, Ia adalah pemimpi geng motor bernama cardion.Ia tak suka di usik di ganggu dan di atur atur...