IGNORED [JOOKYUN] COMPLETE ✔✔

By Rei793

28.1K 2.9K 681

Changkyun terbiasa diabaikan, terbiasa dalam kesendirian. Kehadirannya tak pernah diinginkan bahkan oleh kelu... More

Teaser
BEGIN OF STORY
NIGHTMARE
SAME MISTAKE
DRUNK
LIKE A DRAMA
HAVE NO CHANCES
HE'S THE BEST LIAR [Special Chap]
PENGUMUMAN!!

THE GAME

2.5K 335 225
By Rei793

'You have to learn the rules of the game, and then you have to play better than anyone else'—Albert Einstein.
.

.

.


Changkyun duduk tenang di kursi panjang yang tersedia di waiting room, menunggu giliran mereka tampil. Kelereng hitamnya yang terbalut lensa berwarna abu-abu sedari tadi sibuk menjelajahi ruangan, sekedar melihat aktivitas yang dilakukan anggota lain.

Hyunwon tertidur pulas di kursi panjang dengan paha Hoseok yang menjadi bantalnya. Sedang Hoseok menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi dengan kedua mata terpejam. Mungkin tertidur? Entah lah.

Kihyun yang sebelumnya sibuk berselca ria kini sibuk memilah foto mana yang akan ia upload di Twitter, sesekali menanyakan kepada Hyunwoo, meminta pendapatnya. Dan kata yang keluar dari mulut Hyunwoo adalah—'Semuanya bagus.'

Dan terakhir Minhyuk dan Jooheon, mereka berdualah yang paling berisik. Minhyuk yang bercerita dengan hebohnya dan Jooheon yang menatap antusias pada lawan bicaranya. Jooheon sesekali terbahak mendengar lelucon yang dilontarkan oleh Minhyuk, membuat lesung pipit di kedua pipi Jooheon tercetak jelas.

Changkyun mengela nafas panjang. Ia merasa terasingkan, padahal ini adalah bulan keempat terhitung setelah mereka debut. Namun sikap mereka padanya tetap sama, hanya akan 'terlihat' akrab jika kamera menyala.

Merasa bosan, Changkyun berniat untuk keluar ruangan, sekedar mencari kegiatan dari pada mati bosan di dalam.

Belum sempat telapak tangannya menyentuh pintu, sebuah suara menginterupsi.

"Kau mau kemana? Lima menit lagi kita harus sudah berada di belakang panggung! Jangan menambah pekerjaan manajer Hyung dengan mencarimu!"

Changkyun berbalik, berjalan menjauhi pintu dan kembali duduk di kursi yang tadi di tempatinya. Ia menunduk dalam, menggigit kuat bibir bawahnya guna meredam emosi. Perkataan tajam Jooheon sedikit banyak melukainya. Ayolah, ia bukan anak kecil yang akan tersesat saat di tempat asing.

Dan lagi, sesuatu dalam dirinya bereaksi tak wajar setiap melihat interaksi antara Jooheon dan Minhyuk—yang menurutnya berlebih. Changkyun tidak suka melihat Jooheon memberikan senyumnya kepada orang lain. Bukankah itu aneh?

"Lima menit lagi! Persiapkan diri kalian!"

Teriakan salah seorang kru di depan pintu membuyarkan lamunan Changkyun. Ia berdiri. Berjalan menghampiri cermin yang berada tak jauh darinya untuk sekedar melihat apakah pakaiannya kusut atau tidak, sekalian membiarkan anggota lain untuk pergi terlebih dahulu. Ia selalu berjalan di belakang, bagaimanapun keadaannya.

"Mengapa kau lambat sekali? Cepatlah sedikit!" titah Kihyun dengan nada sedikit meninggi.

Changkyun mempercepat laju tungkainya, mengikis jarak dengan yang lain agar tidak terlalu tertinggal di belakang. Changkyun benci jika Kihyun mulai mengomel, pemuda yang memiliki tinggi sama dengannya itu tidak akan berhenti mengomel sebelum Hyunwoo atau Hoseok menghentikannya.

***

Acara berjalan dengan lancar, dan kini dalam perjalanan pulang. Lelah yang menggerogoti mengundang kantuk lebih cepat datang, menyebabkan suasana di dalam Van yang mereka tempati begitu tenang. Hanya alunan halus dan senandung samar dari sang sopir yang mengisi perjalanan mereka.

Changkyun terbangun dari tidur singkatnya saat sebuah tepukan yang tidak bisa dikatakan halus mendarat di pundaknya.

"Bangun! Kau menghalangi jalan!" Changkyun hampir terjungkal saat Hyungwon mendorongnya sedikit keras. Ya, orang yang membangunkan Changkyun tadi adalah Hyungwon.

"Lembutlah sedikit, anak baru itu baru bangun tidur." tegur Hyunwoo.

Hyungwon mendengus kesal. "Jika ingin tidur nyaman seharusnya ia tidak mengambil kursi dekat pintu! Menyusahkan saja!"

Changkyun terdiam melihat perdebatan kecil diantara kedua hyung-nya itu, berdiri di pinggir mobil seperti orang bodoh untuk beberapa menit sebelum berjalan mengekori yang lain. Nyawa Changkyun belum terkumpul sepenuhnya.

Changkyun mendudukkan dirinya di ruang tamu, menunggu giliran untuk membersihkan diri. Ia selalu mendapat giliran mandi paling akhir. Changkyun merebahkan diri, kantuk semakin menggelayuti kelopak matanya, suhu ruang tamu yang sedikit dingin ditambah bantal empuk dalam pelukannya seakan menjadi pendukung untuknya kembali terlelap. Namun ia tidak bisa tidur dalam keadaan seperti itu, karena akan mengundang jerawat dan membuat wajahnya semakin parah. Ia sering mendapat ejekan 'buruk rupa' karena bekas-bekas jerawat di wajahnya, dan itu cukup menyakitkan untuknya.

Sudut mata Changkyun menangkap bayangan Minhyuk yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk putih yang melilit di pinggangnya. Jangan terkejut! Itu sudah biasa terjadi, karena biasanya mereka tidak pernah menggunakan sehelai benang pun saat keluar dari kamar mandi. Termasuk Changkyun.

Baiklah, hentikan pembahasan kotor ini, lebih baik sekarang Changkyun segera membersihkan diri dan tidur karena jadwal padat esok hari sudah menanti.

***

"Aku merindukan Gunhee."

Pergerakan Changkyun terhenti tepat di depan pintu, niatannya untuk masuk dan segera tidur ia urungkan setelah mendengar rengekan Jooheon dari dalam. Ia merasa sedikit tertarik untuk menguping pembicaraan Jooheon dan Minhyuk.

"Kau bisa menemuinya kapan pun kau mau." balas Minhyuk.

"Tapi sekarang ia sibuk, Hyung. Pesanku saja hampir tidak pernah dibalas." rengekan Jooheon semakin menjadi.

"Kudengar ia akan debut dalam waktu dekat ini, kau seharusnya bisa mengerti. Gunhee bekerja lebih keras agar perusahaan tidak mendepaknya, sebagai teman kau seharusnya mendukungnya, jangan merengek seperti ini!" tegas Minhyuk.

"Aku membencinya! Jika saja ia tidak masuk, aku yakin Gunhee akan debut bersama kita sekarang!" ucap Jooheon.

Changkyun mengeratkan genggamannya pada gagang pintu. Ini bukan kali pertama ia mendengar kata-kata seperti itu, seharusnya ia sudah terbiasa. Tapi ia selalu terluka setiap kali mendengar jika mereka membencinya.

"Siapa? Anak baru itu?" tanya Minhyuk.

"Kau pikir siapa lagi? Seokwon? Anak itu juga tereliminasi!" ucap Jooheon dengan nada sinis.

"Tunggu, mengapa kau mengatakan peluang Gunhee lebih besar dari Seokwon?" tanya Minhyuk tak mengerti.

"Tidak mungkin jika kita hanya memiliki satu rapper, kau pikir ini girl group yang tidak memiliki rapper pun tak masalah?"

"Jadi kau senang jika Seokwon tetap tereliminasi?" tanya Minhyuk sekali lagi. "Bagaimana jika aku yang berada di posisi Seokwon atau Gunhee? Siapa yang akan kau pilih?"

Jooheon terdiam, memikirkan kata yang pas agar tidak menyakiti Minhyuk. "Entah lah, karena kurasa kau akan tetap masuk kualifikasi bagaimanapun jalan ceritanya."

Minhyuk terkekeh, "Sejujurnya aku tidak ingin membenci anak baru itu, tapi saat mengingat kenyataan aku berada satu tingkat di bawahnya entah mengapa membuatku tidak bisa memaafkannya. Kau tahu, hatiku sakit setiap kali mengingat aku adalah anggota terakhir, padahal aku berjuang bersama kalian dari awal meskipun selalu mendapat peringkat paling bawah."

Klek

Jooheon dan Minhyuk menoleh bersamaan, menatap tajam pada Changkyun yang baru saja membuka pintu.

"Apa kau menguping?" tanya Jooheon dingin.

Changkyun menggeleng. "Tidak, aku baru selesai mandi. Maaf jika aku menginterupsi pembicaraan kalian."

Changkyun menutup pintu perlahan, tungkainya berjalan mendekati ranjang. Penat yang menggerogoti tubuhnya membuat tubuhnya merasakan lelah luar biasa, ia ingin segera menyambung mimpinya yang sempat terputus. Namun belum sempat kakinya menjejak tangga ranjang, Jooheon menginterupsinya.

"Bukan hanya menginterupsi, tapi kehadiranmu dalam hidup kami sangat mengganggu!" ucap Jooheon pedas.

Bibir Changkyun terkatup rapat. Jooheon selalu berhasil membuat hatinya terluka. "Maaf..."

Changkyun menaiki ranjangnya cepat, tidak ingin mendebat Jooheon lebih lama. Berbicara dengan Jooheon hanya akan menyakiti hatinya.

"Ya! Pelan-pelan! Kau membuat kepalaku pusing, sialan!" bentak Minhyuk.

"Maaf," lirih Changkyun dari balik selimut.

"Aish, jika saja tidak ingat kau siapa mungkin aku sudah mengajarmu hingga babak belur!" gerutu Minhyuk.

Changkyun tidak menyahut, membiarkan Minhyuk berkata apa pun semaunya. Menutup kedua telinganya saat Jooheon kembali menimpali perkataan Minhyuk dengan kata yang tak kalah menyakitkan.

***

"I.M-sii sepertinya pendiam sekali ya, hahaha..." ucap salah seorang pewara.

Saat ini semua anggota Monsta X sedang mengisi salah satu realty show di salah satu stasiun televisi swasta. Pada awalnya semua berjalan lancar sebelum pertanyaan sang pewara membuat semuanya terdiam.

"Changkyunie memang seperti itu, ia sedikit pemalu." Ucap Minhyuk dengan ekspresi khasnya.

"Apakah itu benar?" tanya sang pewara.

Anggota yang lain, termasuk Changkyun mengiyakan apa yang Minhyuk katakan. Berterimakasihlah pada Minhyuk yang sudah berhasil menyelamatkan Changkyun, karena tidak mungkin jika ia mengatakan hal yang sejujurnya bahwa acara yang sedang di hadirinya saat ini sangat membosankan. Bosan melihat tingkah menjijikkan mereka yang terus menerus menempel padanya seperti parasit.

Acara telah selesai, Changkyun memutuskan untuk pulang terlebih dahulu menggunakan bus karena yang lain akan makan malam bersama.

Ia mendudukkan dirinya disalah satu kursi bus, mengambil tempat duduk dekat jendela lalu memasangkan earphones di kedua telinganya. Netra cinnamonnya menatap kosong ke arah luar jendela, kerlip lampu jalanan yang biasanya terlihat indah saat malam hari kini terlihat abu-abu.

Changkyun melompat keluar begitu ia sampai di halte dekat tempatnya tinggal, berjalan perlahan menyusuri gang dengan penerangan minim. Lolongan anjing rumahan menjadi teman di setiap langkahnya. Gesekan sol sepatu dan aspal jalanan terdengar jelas di telinga Changkyun.

"Hai, kau sendirian?"

Changkyun mendongak saat indra pendengarnya menangkap suara yang sedikit familier, mendapati sosok lelaki berbadan tegap tengah bersandar di pintu dengan senyum khasnya. Song Gunhee.

"Mereka akan pulang sebentar lagi. Mengapa tidak menunggu diuar?" tanya Changkyun.

Gunhee mendengus, "Ayolah, tidak sopan jika memasuki rumah orang lain tanpa izin."

"Kau pernah tinggal di sini, mengapa menganggap kami orang asing?"

Gunhee menggeser tubuhnya ke samping, memberikan ruang untuk Changkyun yang hendak membuka pintu.

"Aku tidak tahu sandinya." Ucap Gunhee.

"Tidak ada yang mengganti sandi rumah." Balas Changkyun.

Gunhee mengekor di belakang Changkyun, melepas asal sepatunya kemudian mendudukkan diri di sofa ruang tamu.

"Sedikit berubah, tapi rasanya tetap nyaman." Gumam Gunhee.

Changkyun melirik Gunhee sekilas, "Jika kau butuh sesuatu ambil saja sendiri, dapur masih di tempat yang sama." ujarnya tak acuh. Ia melepaskan jaket kulit yang dikenakannya lalu berjalan ke tempat tumpukan baju kotor.

"Changkyun,"

"Ya?"

"Mengapa sedari tadi kau terus berbicara padaku dengan menggunakan kata 'kau'? Mengapa tidak memanggilku Hyung?" tanya Gunhee.

Pertanyaan Gunhee sukses membuat Changkyun terbahak, "Apa kau pikir kita seakrab itu? Yang benar saja!"

Gunhee menghela nafas panjang. "Ayolah, mencoba untuk lebih dekat denganku tidak ada salahnya—" 

"Dan mereka akan semakin membenciku karena aku yang terlihat dekat denganmu?" potong Changkyun cepat. Ia menenggak air mineral botolan dalam genggamannya, sekedar membasahi tenggorokannya yang sedikit mengering. "Aku tidak tertarik, terima kasih." lanjutnya.

Gunhee menatap Changkyun tak mengerti, mengapa anak itu bisa berkata seperti itu?

"Mereka sebentar lagi akan pulang, kau tunggulah di sini." Ucap Changkyun seraya berlalu.

Gunhee baru membuka mulutnya, hendak mengatakan sesuatu pada Changkyun namun lagi-lagi bocah itu menyela.

"Ah, jika butuh sesuatu ambil saja sendiri." Ucapnya sebelum benar-benar berlalu.

***

Changkyun baru saja selesai mandi ketika ia mendengar suara berisik dari luar. Mereka sudah pulang. Ia mengambil jaket tabal di balik pintu, memasangkan masker dan kacamata minus yang selalu menemaninya saat bekerja. Ya, ia akan pergi ke studionya di kantor agensi.

"Kau mau ke mana malam-malam seperti ini?" tanya Gunhee begitu Changkyun melewati ruang tamu.

Pertanyaan Gunhee sontak membuat mereka terdiam, melempar tatapan terganggu atas pertanyaannya pada Changkyun.

"Apa? Mengapa kalian menatapku seperti itu?" tanya Gunhee risih.

"Apa kau akrab dengannya? Atau—"

"Aku hanya basa-basi! Ayolah Jooheon, bagaimanapun aku ini tamu." sela Gunhee cepat, sekedar mencari alasan agar mereka tidak salah paham.

Changkyun memutar bola matanya malas, melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Ia tidak ingin ikut campur dengan perdebatan kecil antara Gunhee dan Jooheon.

"Jangan pernah bersikap seolah kau akrab dengan orang bar-bar seperti itu lagi, Gunhee-ya!" Minhyuk sengaja meninggikan suaranya agar terdengar oleh Changkyun yang hampir menutup pintu.

Salah satu sudut bibir Changkyun terangkat, menghela nafas panjang sebelum ia benar-benar menutup pintu dan pergi meninggalkan dorm. Changkyun sudah terbiasa, ia sudah kebal dengan tingkah dan perkataan tak menyenangkan dari mereka.

***

Changkyun memasuki ruangannya dengan sekantung plastik berukuran sedang berisi makanan, meletakkannya di samping layar komputernya. Ia menghidupkan layar, membuka salah satu bibimbab yang dibelinya selagi menunggu komputernya menyala sempurna.

Tangannya bergerak lincah menggerakkan tetikus di atas buku tebal yang ia jadikan alas, membuka folder-folder berisi file miliknya. Musik hip hop mengalun dari pengeras suara, itu adalah file raw yang ia buat beberapa minggu ini. Kepalanya mengangangguk mengikuti beat lagu, ia akan mengajukan proposal kepada perusahaan jika lagunya sudah selesai sekurang-kurangnya 75%. Ini adalah proyek Mixtape pertamanya, dan ia berharap lagunya bisa didengar oleh banyak penggemarnya.

Jika boleh jujur, Changkyun memiliki penggemar lebih banyak dari anggota lainnya. Ia sendiri tidak tahu, apakah mereka—para penggemar benar-benar menyukainya karena talenta dan kerja kerasnya atau hanya bentuk lain dari belas kasihan. Entahlah, yang jelas hatinya sedikit menghangat saat mendengar teriakan mereka, dan setidaknya ia memiliki alasan untuk tetap melanjutkan mimpinya. Biarlah, toh seiring berjalannya waktu Changkyun percaya mereka akan benar-benar mencintainya, tanpa embel 'kasihan'.

Konsentrasinya sedikit terganggu saat seseorang memaksa masuk ruangannya, membanting pintu dengan keras lalu berjalan cepat ke arahnya. Belum sempat Changkyun menoleh, seseorang itu sudah menarik kerahnya terlebih dahulu. Lee Jooheon.

"Mau sampai kapan kau menyusahkan kami?" desis Jooheon tajam tepat di hadapan wajah Changkyun.

Deru nafas hangat tak beraturan menyapu kulit wajah Changkyun, sorot mata penuh amarah menusuk tepat ke retinanya.

"Sekarang apa lagi yang kau inginkan?" tanya Changkyun tak acuh.

"Kau itu tolol atau apa?!" tanya Jooheon dengan nada sedikit meninggi.

"Kurasa aku tidak melakukan kesalahan apapun, lantas mengapa kau marah?"

Jooheon semakin mengeratkan cengkramannya, rahangnya mengeras menandakan ia benar-benar marah sekarang. Namun Changkyun sama sekali tak peduli, karena ia merasa tidak membuat kesalahan apapun.

"Dan tolong lain kali pakailah sopan santunmu saat memasuki ruangan orang lain." lanjut Changkyun.

Jooheon mendecih, melepaskan cengkramannya. "Wah! Kau berbicara tentang sopan santun padaku?"

Kepala Changkyun terhuyung ke belakang setelah jari telunjuk Jooheon mendorong keningnya lumayan kuat.

"Kau ingin mengajariku sopan santun?" Jooheon kembali mendorong kening Changkyun. "Katakan padaku bagaimana seharusnya kubersikap padamu?" lanjutnya.

Changkyun berdiri dari duduknya, menghela nafas panjang. Ia merapikan kerah jaketnya yang sedikit kusut akibat ulah Jooheon tadi.

"Baiklah, aku meminta maaf atas ucapanku tadi. Tidak seharusnya aku berbicara seperti itu padamu." Changkyun menjeda, memilah kata yang pas agar tidak membuat Jooheon lebih murka lagi nantinya. "Jadi, bisa kau katakan hal apa yang telah kuperbuat dan membuatmu semurka ini, Tuan Lee?" lanjut Changkyun tenang sembari menatap Jooheon.

"Kau tahu bagaimana sulitnya kami menutupi kebebalanmu?" desis Jooheon. "Bukankah sudah kukatakan untuk berpura-pura? Mengapa kau selalu bertingkah seperti itu?!"

"Aku sudah be—"

"Tidak!" potong Jooheon cepat. "Kau sama sekali tidak terlihat seperti itu!"

Changkyun menghela nafas panjang. Sulit untuknya melakukan pembelaan jika Jooheon sudah seperti ini.

"Bagaimana bisa aku melakukan itu semua sedangkan interaksi saja tidak pernah? Kau pikir mudah bertingkah akrab dengan orang yang jelas membencimu?" cecar Changkyun.

"Aku tidak peduli! Itu urusanmu! Yang kuiginkan adalah kau--mengikuti aturan kami!" telunjuk Jooheon menekan bahu Changkyun disetiap katanya.

"Kau bertingkah seolah-olah kau adalah leadernya," decih Changkyun.

Changkyun harus membayar mahal akan perkataannya tadi. Pukulan Jooheon telak mengenai ulu hatinya, membuat saluran pernafasannya tiba-tiba menyempit. Ia terbatuk sembari memukul-mukul pelan dadanya, berharap rasa sesak itu segera berkurang.

"Itu adalah peringatan kecil, Bocah! Lain kali jaga mulutmu!"

Tubuh Changkyun ambruk di atas lantai bertepatan dengan debuman pintu. Ia terkekeh miris, mengapa hidupnya sial sekali?

***

Sejak kejadian pemukulan itu, Changkyun mulai mengikuti 'aturan permainan' yang mereka berikan kepadanya. Ia belajar bagaimana caranya memainkan perannya sebagai yang termuda. Terkadang ia memanfaatkan situasi, melakukan banyak skin ship dan menjahili mereka selayaknya maknae.

Sandiwara yang perlahan ia nikmati.

Changkyun tidak bisa menyangkal jika satu sudut di hatinya menginginkan 'sandiwara' itu menjadi kenyataan. Mereka yang saling menjaga. Kihyun yang sering kali menyuapinya makanan. Hoseok yang selalu menjahilinya. Menggigit lengan Hyunwoo sesuka hati, Minhyuk yang selalu tersenyum dan memeluknya. Hyungwon? Meski tidak memiliki interaksi banyak, setidaknya Hyungwon bisa lebih menjaga mulutnya. Dan Jooheon, ia merasa senang setiap kali lelaki berlesung pipit itu berada di sisinya, terlebih saat kata 'aku mencintaimu' keluar dari bibir tebalnya yang membuat bagian lain di hatinya menghangat.

"Oppa, aku suka melihat kedekatanmu dengan Jooheon Oppa. Kalian pasangan yang sangat manis." ucap salah satu penggemar padanya.

Changkyun mengulum senyum setiap kali mengingat kata-kata itu. Ia ingin sekali membalas perkataan gadis itu, dan mengatakan padanya jika ia juga menyukai interaksi manis antara dirinya dengan Jooheon yang selalu membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

"Lebih baik kau mengundurkan diri jika malas-malasan terus seperti itu!" Bentakan Hyungwon melemparnya kembali ke kenyataan. Kondisi sebenarnya yang berbanding 180°. Tidak ada senyum, pelukan dan perlakuan lembut.

"Ya berhenti melamun, Bodoh!" Hyungwon kembali membentak.

Changkyun bangkit dari duduknya, berjalan cepat mendekati mereka yang sudah dalam barisan. Mereka kembali berlatih setelah sepuluh menit istirahat.

Changkyun sedikit kewalahan pada latihan hari ini. Ia merasa lelah. Padahal mereka baru berlatih selama enam jam, masih ada tiga hingga empat jam lagi sebelum jam latihan dance selesai.

"H-Hyung, bisakah aku pulang lebih awal? Aku tidak enak badan." tanya Changkyun pada Hyunwoo, berharap sang leader memberinya izin.

"Pemalas itu kembali mencari alasan untuk mangkir dari latihan, astaga." sambar Minhyuk. Lelaki berparas androgini itu menatap Changkyun sinis.

"Aku sungguh-sungguh." Changkyun masih berusaha meyakinkan mereka.

Hyunwoo terdiam, seakan berpikir.

"Pulanglah, kau terlihat pucat." putus Kihyun membuat enam pasang mata kompak menatap ke arah.

"Apa?" tanya Kihyun bingung.

"Apa kau sedang membelanya?" selidik Hyungwon.

"Tidak! Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padanya, karena itu hanya akan menyusahkan Jooheon." Kihyun beralibi.

"Begitukah?" Kali ini Minhyuk. "Aku tidak percaya padamu, Kihyun-ah."

"Oh ayolah! Sejak kapan aku peduli padanya? Jika dia absen siapa yang akan mengambil bagiannya di panggung? Kau mau?" tuduhnya pada Minhyuk.

Minhyuk menggeleng.

"Atau kau, Chae?" tunjuknya pada Hyungwon.

Hyungwon tak menjawab.

"Kalian lupa jika rapper dalam grup kita hanya ada dua orang? Jika terjadi sesuatu pada salah satunya hanya akan menyusahkan yang lain!" cecar Kihyun setengah emosi.

Mereka terdiam. Apa yang dikatakan Kihyun benar, jika terjadi sesuatu pada Changkyun maka semua akan kacau.

"Aku peduli padanya? Cih, yang benar saja! Dia mati sekalipun aku tidak peduli!" rutuk Kihyun kesal. Ia mendudukkan dirinya di sofa, menyambar botol air mineral lalu menenggaknya rakus.

Changkyun meninggalkan ruang latihan. Persetan dengan mereka yang tak mengizinkannya.

Pandangannya mengabur, detik berikutnya bulir bening terjun bebas di pipinya. Ia mengusap pipinya kasar, tidak ingin terlihat lemah meski kenyataannya cairan bening itu tetap menyeruak keluar. Bohong jika hatinya tidak terluka akibat perkataan Kihyun.

Mati.

Mengapa kata itu ringan sekali ia ucapkan, terlebih orang yang Kihyun sumpahi berada tepat di sampingnya.

"Sial, berhentilah menangis! Kau benar-benar memalukan, Changkyun!"

Changkyun berhenti di pinggir jalan, memberhentikan taksi.

"Tolong antarkan aku ke alamat Xxxxx."

***

Malam ini Changkyun memutuskan untuk pulang ke flat yang masih ia tinggali. Meringkuk, memeluk lutut di atas futon tipis dengan bahu yang terus bergetar.

Ruang petak itu gelap gulita karena sang pemilik sengaja tidak menyalakannya.

Tok tok tok

"Changkyun-ah apa kau di dalam?"

Suara ketukan dari luar memaksanya untuk bangkit. Ia sedikit merapikan penampilannya, menyalakan lampu sebelum membuka pintu.

"Bibi Ming, ada apa?" tanya Changkyun pada wanita tua di hadapannya.

"Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat kacau, ada apa? Apa kau sudah makan malam?" pertanyaan bertubi Changkyun dapatkan dari bibi Ming, sang induk semang.

"Bolehkan aku memelukmu?" alih-alih menjawab, Changyun justru meminta hal lain pada wanita di hadapannya.

"Kemarilah," Wanita tua itu merentangkan tangannya, memberikan izin pada Changkyun untuk memeluknya.

Tangis Changkyun pecah tanpa bisa ia cegah.

"Tak apa, menangislah jika itu bisa membuatmu merasa lebih tenang." ucap bibi Ming.

Setelah puas menangis, bibi Ming mengajak Changkyun ke rumahnya.

"Minumlah selagi masih hangat." Bibi Ming menyodorkan segelas coklat hangat untuk Changkyun.

"Terima kasih," gumam Changkyun. Ia menyesap perlahan cairan berwarna pekat itu, membiarkan rasa manis memenuhi indra pengecapnya.

"Apa kau sudah makan malam?" tanya bibi Ming.

Changkyun menggeleng sembari menundukkan kepalanya.

"Kenapa? Apa kau kehabisan uang lagi?"

Changkyun menggeleng, "Tidak. Aku masih memiliki simpanan uang, sekarang aku tidak kekurangan seperti dulu."

"Lantas mengapa kau belum makan? Apa terjadi sesuatu yang buruk?" tanya bibi Ming, nada khawatir kentara sekali.

Changkyun terdiam, menimang apakah ia akan menceritakan semuanya pada bibi Ming atau tidak.

"Bicaralah, tidak perlu sungkan." ucap bibi Ming seolah mengerti kegelisahannya.

"Menurutmu, aku ini seperti apa, Bi? Mengapa aku menerima banyak sekali kebencian?" tanya Changkyun sendu.

Wanita tua itu menghela nafas panjang, ia mengerti dengan sangat bagaimana perasaan Changkyun. "Benarkah? Tapi kau mendapat banyak cinta dariku." Ucap bibi Ming dengan mimik jenaka.

Changkyun tersenyum mendengar penuturan bibi Ming. "Aku menyayangimu."

Ia kembali memeluk wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, wanita murah hati yang mengurusnya semenjak ia kabur dari rumah, memberikan harga sewa kamar lebih murah dan terkadang membuatkannya bekal untuk ia bawa ke sekolah atau sekedar kudapan malam selepas ia bekerja paruh waktu.

"Kau tidak sendirian, Changkyunie. Aku yakin suatu hari nanti kau akan mendapat apa yang kau inginkan selama ini, teruslah berjuang."

***

Jooheon tengah bersandar di dekat pintu begitu Changkyun pulang, ketika tatapan mereka bersirobok, Changkyun bisa melihat dengan jelas kebencian dari netra tajam Jooheon.

"Dari mana saja kau?" tanya Jooheon dingin.

"Bukan urusanmu!" jawab Changkyun tak acuh. Ia melewati Jooheon begitu saja, menganggap seolah Jooheon tidak ada di sana.

"Bisakah kau berhenti membuat masalah?" tanya Jooheon.

"Bisakah kau berhenti mengangguku dan membiarkanku sendiri?" tanya Changkyun tajam. Sungguh, ia muak dengan Jooheon yang selalu mengganggunya.

"Tidak! Karena kaulah yang pengganggu di sini!" ujar Jooheon tanang. Lelaki berlesung pipit itu melipat tangannya di dada, memandang remeh pada lawan bicaranya. "Jika saja kau tidak datang, dan mencuri posisi orang lain. Aku dan yang lain tidak akan semurka ini padamu."

"Mencuri?" tanya Changkyun bingung. "Aku tidak pernah mencuri apapun dari siapapun! Juga bukan keinginanku untuk bertemu kalian dan debut bersama kalian!" bantahnya.

"Tapi kau bisa menolaknya! Berhenti mengelak karena kenyataannya kau memang pencuri!" nada bicara Jooheon meninggi, membuat Hyungwon yang tengah tertidur dikamarnya terganggu.

"Bisakah kau abaikan saja anak itu, Jooheon-ah. Aku muak mendengar kau terus berdebat dengannya!" tegur Hyungwon setengah bergumam dari ambang pintu kamarnya.

"Tapi Hyung—"

Belum sempat Jooheon menyelesaikan kalimatnya, Hyungwon sudah menutup pintu.

"Mulai detik ini akan kupastikan tidak akan hidup tenang!" ancam Jooheon.

Chankyun menatap punggung lebar Jooheon yang menghilang di balik pintu. Menghela nafas panjang sebelum menanggalkan sepatu dan berjalan menuju kamar mereka.

Ia akan mendapat banyak mimpi buruk setelah ini.

TBC

Happy 3rd Anniversary Monsta X!

Happy Anniversary Monsta X debut in Japan!

Hai, ada yang masih ingat cerita ini? hehe^^

Maaf jika sub judul dengan isi tidak sesuai, dan buat kalian yang ingin 'ngamuk' ditahan dulu sampai buka nanti^^

Ah, Rei juga mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi kalian yang menjalankan 🙏🙏  mari sebarkan lebih banyak kebaikan dan kasih sayang.

Vote dan komennya masih ditunggu, Terima kasih

Aku sayang kalian❤️❤️ 

Continue Reading

You'll Also Like

85.8K 8.6K 36
FIKSI
794K 58.4K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
273K 28.5K 24
【𝗖𝗵𝗮𝗻𝗯𝗮𝗲𝗸 𝗙𝗮𝗻𝗳𝗶𝗰𝘁𝗶𝗼𝗻】 [SKY's : Chanbaek Editions] Kisah bagaimana Si 'Bad Boy' sekolah terjatuh kedalam pesona seorang lelaki mungi...
359K 39.9K 20
Namanya Jeon Wonwoo. Umur 25 tahun, tampan, cekatan dan setelah menjadi pengangguran selama 3 bulan ia mendapatkan pekerjaan baru sebagai seorang per...