Author kembali lagi dengan update.
Salam membaca dari author😉.
Hao Zi POV
Kebahagiaan seperti inilah yang aku inginkan dimana hanya ada aku, dia dan juga mereka, para pangeranku yang sedang terbaring dengan nafas yang teratur menandakan mereka sedang tertidur.
Raja menggeliat saat dengan sengaja aku memencet hidungnya hingga ia terbangun, matanya terbuka memandangku dengan jengkel.
Tidak mau kalah raja kemudian memiringkan badan membenamkan wajahnya diperutku dan tangan memeluk pinggangku.
"Yang mulia lepas bagaimana jika ada yang lihat" gerutuku merasa risih dengan tingkah raja.
"Salahmu membangunkanku"
"Anda keterlaluan yang mulia" Dia hanya terkekeh sambil terus menenggelamkan wajahnya.
Keadaan ini mengingatkanku tentang taruhan beberapa hari yang lalu, "yang mulia apa permintaanmu"
"Permintaan apa?
"Taruhan beberapa hari yang lalu"
"Entahlah! Aku akan menyimpannya untuk nanti" aku hanya mengangguk paham.
Raja membangunkan diri menatapku lekat, tampak matanya tidak pernah berpaling dari wajahku, walau aku sudah sering mendapat perlakuan seperti itu tapi hal sekecil ini masih mampu membuatku berdebar.
"Seandainya waktu itu kau yang menang apa keinginanmu" perkataan raj itu membuatku sedikit harus perpikir.
Sebenarnya tujuan utamaku menantang raja waktu itu karena memang menginginkan sesuatu.
"Yang mulia! Jangan bunuh Selir Paw!" Dapat kulihat raut wajah raja berubah yang tadi tampak bahagia kini datar tampa ekspresi.
"Apa maksudmu Hao Zi?"
"Entahlah yang mulia aku merasa kematian hukuman yang terlalu mudah untuknya" penjelasanku ini membuat raja mengangguk paham.
"Lalu apa yang kau inginkan?"
"Aku hanya ingin dia menderita merasa kesepian, menyesal dengan perbuatannya aku juga ingin dia merasakan bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang amat kita sayangi yang mulia" dengan sekuat tenaga aku berusaha menahan air mata dan kepedihanku namun begitu sulit.
Raja tidak memberikan tanggapan hanya tatapan, tatapan yang tidak bisa aku artikan.
Cukup lama raja terdiam hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar, timbul raja bingung dalam benakku namun terpaksa aku tahan, semuanya pasti akan berjalan sesuai rencana karena aku percaya pada raja.
###___
Kaisar POV
Dengan langkah besar aku berjalan menuju ke area dimana orang-orang tengah menungguku untuk segera mengeluarkan keputusan mengenai hukuman Selir Paw.
Semalam aku terus memikirkan apa yang akan aku lakukan dengan wanita itu, dia adalah keinginan wasiat dari ayahku sebelum mati namun disisi lain dia sudah berbuat hal yang tidak dapat diampuni apalagi ini mengenai Hao Zi.
Pengumuman kedatanganku sudah terdengar memenuhi seluruh pendengaran orang yang ada ditempat ini, disini juga sudah ada Selir Paw yang berpakaian putih dengan keadaan yang sangat buruk.
"Selir Paw hari ini akan di adili atas kesalahan mencoba membunuh Ratu dan Para Pangeran"
"Sebenarnya hukuman yang paling pantas adalah hukuman mati tapi untuk menghargai raja terdahulu yang aku dan ratu memutuskan..." aku menggantungkan kalimatku menatap Selir Paw menusuk.
"Selir Paw akan diasingkan di sebuah pulau dimana dia tidak akan bisa keluar bahkan sampai mati"
Semua orang tampak tidak berani menatapku mereka semua tertunduk bahkan Selir Paw yang sudah menangis pasrah menerima hukumannya.
"Besok dia akan diasingkan di pulau terencil bagian selatan Istana tidak boleh ada yang membantunya atau kalian akan ikut menemaninya disana" ucapku begitu tegas dengan nada yang tegas dan menusuk.
Setelah mengumunkan hukuman untuk Selir Paw, aku memutuskan untuk bertemu dengan Panglima Feng untuk membahas tentang pelaksanaan hukuman untuk Selir Paw.
"Yang mulia apa anda yakin tidak akan menghukum mati Selir Paw" tanya panglima Feng keheranan.
"Tidak! Bagiku itu juga sebuah hukuman mati namun proses kematiannya lambat" panglima Feng tampak kebingungan dengan penjelasanku barusan.
"Hah...begini dia tidak akan bisa keluar dari pulau itu, dia juga akan hidup sendiri disana! menurutmu apa ada manusia yang mampu hidup sendiri tampa orang lain apalagi disebuah pulau terpencil"
"Disana dia akan tersiksa dan mati secara perlahan, oh yah aku ingin setiap bulan kau mengirim satu atau dua pasukan untuk melihat keadaannya tapi jangan sampai Selir Paw melihat mereka" sambungku.
Panglima Feng mengerutkan alis ia tampak sedang berpikir "Untuk apa yang mulia?"
"Mereka akan memantau Selir Paw dan melaporkan keadaanya padaku jika pun ia sudah mati maka dia juga harus dikremasikan dengan layak walaupun dia penjahat ini perintah Ratu!" Panglima Feng mengangguk paham,
Pikiranku kembali mengingat Selir Paw saat pertama ia datang ke Istana dengan bangganya dimana aku belum mengenal Selir Lian bahkan juga Hao Zi, ia terus saja berusaha mendekatiku, mengajakku bicara, menemaniku, tujuannya untuk menarik perhatianku namun hal tidak pernah mempengaruhiku.
"Ada apa yang mulia?" Ucapan Panglima Feng membuatku tersadar dari lamunanku.
"Tidak emm...Feng apa kau mengingat saat pertama kali Selir Paw datang ke Istana?"
"Tentu saja yang mulia dia sangat antusias sekali untuk mendekati anda yang masa itu sangat dingin!" Ucap Panglima Feng dengan tampang yang seakan menerawang.
"Mungkin sebenarnya dia tidak jahat, hanya saja perasaan iri dan dengki telah mempengaruhinya hingga ia bisa melakukan kejahatan"
"Anda benar yang mulia, ia telah dikuasai dengan amarahnya, dengkinya, cemburunya terhadap Yang mulia Ratu hingga ia sampai nekat seperti itu" aku hanya tersenyum menatap Panglima Feng sampai ingatanku tertuju pada Hao Zi dan para putraku.
"Kalau begitu aku pergi, besok eemua harus sudah siap!" Ucapku sebelum beranjak.
"Baik yang mulia" tegas Panglima Feng sambil menundukkan kepala tanda hormat.
Aku berjalan menuju ke kediaman para pangeran dan aku yakin bahwa pasti Hao Zi juga tengah berada di sana.
Senyumku datang saat melihat orang yang ku maksud itu tengah sibuk memainkan sebuah kuas di tangannya dengan susah payah lidahnya sedikit menjulur keluar.
Rasa penasaranku makin tinggi, apa yang ditulisnya sampai-sampai tidak menyadari kedatangannku, saat jarakku sudah dekat aku tidak mampu menahan tawaku saat melihat wajah Hao Zi yang penuh dengan warna hitam akibat tinta.
"Sebenarnya kau menulis di kertas atau diwajahmu Hao Zi"
Mendengar suaranku sontak membuatnya mendongak, matanya membulat kaget saat menyadari aku ada didepannya, dengan cepat ia berdiri mengambil kertas yang ditulisinya tadi.
Melihat tingkahnya membuatku semakin penasaran apa yang ditulisnya sampai penampilannya tampak begitu hancur bahkan rambutnya sudah tidak teratur.
Dengan gerakan cepat aku merampas kertas itu namun belum sempat aku membukannya ia sudah bersikeras mengambilnya, aku menyembunyikan kertas itu dibalik punggungku dan menjauh darinya namun jangan lupa dia Hao Zi, di tidak mau kalah.
Karena tidak ada yang mau mengalah maka terjadilah kegiatan kejar mengjar antara aku dan Hao Zi, ia masih saja terus berusaha mengambil kertas itu.
Tidak mau ambil pusing aku memagang kertas itu dengan tangan diatas, Hao Zi tampak melompat-lompat berusaha untuk meraihnya, tapi itu tidak mungkin mengingat tubuhnya dan tubuhku yang bagaikan ibu jari dan jari telunjuk.
Emm idak mungkin ibu jari dan telunjuk terlalu berlebihan, mungkin jari kelingking dan jari manis kan Hao Zi-ku tidak terlalu pendek.
"Yang mulia berikan!" Karena sudah tidak sabar akhirnya ia mengeluarkan suara namun sangat besar bisa dibilang berteriak.
********
Readers : Gak'je banget sih author
Author : maaf yahh! lagi ngak mood, soalnya banyak banget masalah.
Readers : mana lama banget updatenya kan kita lumutan nungguinnya
Author : sekali lagi maaf!
Readers : dimaafkan asalkan satu hari update 5 part!!
( authornya pingsan )
Terima Kasih😘.