You Never Walk Alone√

By Reika_Rei

228K 24.4K 3.6K

[Completed] Jimin selalu sendirian dalam hidupnya, ia tak pernah menerima kasih sayang baik dari orang tua at... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36 [Last]
Epilogue

Chapter 13

6K 635 69
By Reika_Rei

Seperti perjanjian yang dibuat sebelumnya, malam ini Jimin sedang menyusun jadwal belajar bersama dengan Taehyung.

Tidak terlalu banyak waktu yang dapat ia sediakan, membuat Jimin harus memikirkan strategi yang bagus untuk menerangkan berbagai materi pada sahabatnya tersebut.

Sebuah keberuntungan bagi Jimin karena ada dua jam istirahat, sehingga bagian kedua bisa ia gunakan untuk mengajari Taehyung, sisanya pulang sekolah sebelum bekerja. Itu pun jika yang bersangkutan bersedia untuk meluangkan waktu istirahatnya.

Jimin ragu dengan semua ini, apa yang ia lakukan adalah sebuah kewajaran? Hanya dengan mengajarkan Taehyung, ia mendapatkan sebuah ponsel baru. Tidak sebanding sekali rasanya, mungkin besok ia akan bernegosiasi lagi dengan Taehyung dan yang lain.

Setelah selesai menyusun jadwal, Jimin berbaring di ranjang. Ia menatap langit-langit kamar, memikirkan betapa beruntungnya ia bisa mendapatkan orang-orang yang begitu peduli padanya.

Terkekeh ketika mengingat perjuangan keenam pemuda itu untuk mendekatinya.

Siapa yang menyangka, setelah bertahun-tahun terjebak di dalam kegelapan, terutama setelah kepergian Taemin, kini Jimin bisa merasakan kembali kehangatan memiliki orang-orang yang berharga baginya.

Walau rasa takut ditinggalkan selalu saja menyeruak di relung hati, ia berusaha untuk melenyapkannya dan memberi kepercayaan penuh pada mereka.

Jimin mulai memejamkan matanya, dengan mengulas senyum. Berharap esok hari segera datang.

-----

Suasana sekolah ramai seperti biasanya, Jimin berjalan di koridor kelas menuju perpustakaan. Taehyung menyetujui permintaannya untuk meluangkan jam istirahat kedua agar bisa dipakai untuk membahas materi.

Sesampainya di perpustakaan, ia melihat Taehyung tidak sendiri melainkan bersama Yoongi juga Namjoon yang duduk di sampingnya. Jimin mendekat dan tersenyum melihat pemuda alien itu sedang fokus pada sebuah buku bacaan.

"Halo Tae, Yoongi-hyung, Namjoon-hyung." Jimin menyapa seraya menaruh beberapa kertas materi yang ia bawa.

"Ah, kau sudah datang Jim." ucap Yoongi.

"Alien ini sejak tadi sulit sekali untuk diganggu." Namjoon mengerling menunjuk Taehyung yang masih fokus membaca, membuat Jimin tertawa.

"Tae. Serius sekali." ia menepuk pundak sang sahabat yang langsung terlonjak kaget. Yoongi dan Namjoon berusaha menahan tawa, bisa-bisa ditegur jika mereka terbahak-bahak.

Ekspresi kaget Kim Taehyung adalah sebuah hiburan yang sangat jarang sekali terlihat.

"Jim! Kau mengagetkanku." Taehyung mengelus-elus dada dan melotot pada pemuda mungil di sampingnya.

"Salah sendiri sejak tadi kami menyapamu malah diam saja, jangan terlalu fokus nanti bisa-bisa kau lupa dengan keadaan sekitar." Jimin mulai merapikan kertas yang ia bawa.

"Itu apa?" Taehyung memandang penuh rasa ingin tahu.

"Ah, ini hanya rangkuman yang aku buat untukmu, lebih enak jika kita mempersempit bahan materi agar mudah untuk dipahami." Jimin menjelaskan, dan memberi kertas tersebut pada Taehyung.

Selama Taehyung membaca materi di sana, Jimin memandang mereka bertiga dengan tatapan ragu. Ingin sekali, kembali menolak perjanjian yang kemarin itu. Namun sepertinya akan sulit jika tidak ada Hoseok dan Seokjin yang dapat mencairkan suasana seserius apa pun.

"Ada apa?" suara Namjoon mengagetkan Jimin yang sedari tadi melamun.

"Eoh.. Tidak hyung, ehehehe." Jimin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa canggung karena ketahuan memandangi.

"Bicara saja, kami kan sudah bilang. Jangan sungkan-sungkan lagi, aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu." kali ini Yoongi yang berbicara, dilengkapi oleh pandangan mengintimidasinya.

"Em.. Begini hyung, bagaimana jika perjanjian kemarin dibatalkan saja? Tapi aku akan tetap membantu Taehyung kok." Jimin memberanikan mengatakan hal tersebut.

"No." Taehyung yang masih membaca materi di tangannya menolak dengan tegas. Diangguki oleh kedua orang yang lain.

"Semua sudah deal kemarin Jimin-ah. Tidak boleh dibatalkan." ucap Namjoon tegas.

"Tapi hyung, ini terasa berlebihan. Aku berjanji akan menabung dengan giat agar cepat membeli ponsel baru, tidak perlu seperti ini." 

Namjoon berdiri dan berniat mencari buku bacaan, mengabaikan kata-kata Jimin, sedangkan Yoongi menguap tidak berminat untuk melanjutkan pembicaraan, dan Taehyung bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas yang ia pegang.

Jimin menghela napas, tidak akan ada gunanya menolak terus menerus. Ia yang bosan pun akhirnya menatap arah bacaan Taehyung untuk ikut membaca dan menjelaskan beberapa hal.

Setelah jam istirahat habis, mereka pun kembali ke kelas masing-masing, Taehyung sudah mewanti Jimin agar menunggui sepulang sekolah, untuk kembali melanjutkan belajar di rumahnya.

Baru saja Taehyung akan beranjak dari depan kelas Jimin, ia melihat beberapa murid yang memandang dengan tatapan aneh, kentara tidak suka pada pemuda Park di sampingnya.

Jimin tidak menyadari hal tersebut dan segera memasuki kelas. Taehyung melihat ketiga murid yang dua di antaranya adalah lelaki dan dua lagi perempuan tersebut saling membisik, seperti tengah merencanakan sesuatu.

Taehyung menunjukan seringainya, ia tahu jika beberapa murid itu pastilah akan melakukan sesuatu terhadap sang sahabat maka ia mendekati mereka.

"Hai." sapanya dengan ramah begitu sampai di hadapan keempat murid tersebut, mereka terkejut tiba-tiba didatangi oleh salah satu anggota geng populer di sekolah itu.

"Ya, Taehyung?"

"Cih, mereka bahkan tidak memakai honorific." batin Taehyung.

"Kalian tidak masuk ke kelas? Atau berniat membolos hm?" Taehyung memasang wajah ramah.

"Ah itu.." salah satu perempuan disana bergumam ragu, mereka saling pandang takut.

"Tenang saja, aku tak akan mengadukan kalian, justru aku ingin ikut membolos. Bagaimana jika kita ke atap sekolah?" Taehyung tersenyum ramah yang berubah menjadi seringai ketika keempat orang tersebut mengangguk dan terlihat senang akan ajakannya.

-----

Bel pulang sudah berbunyi, namun Jimin tidak juga menemukan keberadaan Taehyung, padahal ia melihat semua murid dari kelasnya sudah bubar.

Saat menengok ke dalam kelas, ia mengerutkan kening melihat tas Taehyung masih berada di bangkunya. Rasa khawatir mulai menyerang.

"Jim, sedang apa di sini?" Seokjin yang kebetulan lewat melihat Jimin di ambang pintu kelas Taehyung.

"Ah, hyung. Taehyung menghilang sejak tadi. Aku menunggu di luar namun ia tak kunjung menampakan diri, bahkan setelah kelasnya kosong." Jimin berkata gusar.

"Loh, apa anak itu membolos jam pelajaran terakhir?" Seokjin ikut berpikir.

"Sepertinya begitu hyung, aku melihat tas milik Taehyung masih di bangkunya." Jimin menunjuk ke arah bangku Taehyung, dan Seokjin mengangguk.

"Mungkin ia mendadak tidak enak badan. Ayo, kita cari ke ruang kesehatan, kau ambil dulu tasnya." perintah Seokjin, yang langsung dilaksanakan oleh Jimin.

Mereka pun berjalan bersama menuju ruang kesehatan, namun betapa herannya ketika sampai di sana, Taehyung tetap tidak terlihat.

"Ke mana ya dia?" Seokjin mengambil ponsel dari sakunya, kemudian mendial nomor Namjoon untuk menanyakan keberadaan Taehyung.

"Tidak diangkat." Seokjin mengeluh saat Namjoon tidak juga mengangkat teleponnya. Saat akan memasukkan kembali ponsel tersebut, ia baru sadar ada pesan masuk.

Seokjin membelalakkan matanya saat melihat isi pesan tersebut. Dengan segera ia menarik lengan Jimin dan bergegas berjalan menuju ruang kedisiplinan.

"Hyung ada apa?" Jimin yang bingung karena mendadak ditarik seperti itu bertanya dengan panik.

"Taehyung ada di ruang kedisiplinan, Namjoon bilang alien itu bertengkar dengan beberapa murid." jawab Seokjin tanpa menoleh maupun menghentikan langkah mereka.

Jimin terkejut, namun tidak berkomentar apa pun melainkan menyeimbangi jalannya dengan yang lebih tua, agar cepat sampai pada tujuan mereka.

Kedua orang tersebut mendadak gelisah saat sudah sampai di sebuah ruangan dengan papan keterangan 'Ruang Kedisiplinan' di atas pintunya. Memikirkan berbagai kemungkinan mengapa Taehyung kembali bertengkar dengan murid lain.

Saat memasuki ruangan tersebut, dapat mereka lihat Yoongi, Namjoon juga dua anggota komisi kedisiplinan sekolah sedang mengintogerasi Taehyung juga keempat murid yang tak dikenal mereka.

Namjoon yang menyadari kedatangan Seokjin juga Jimin bangkit dari duduknya dan menghampiri mereka.

"Apa yang terjadi, Namjoon-ah?" tanya Seokjin dengan wajah khawatir sementara Jimin masih memandangi Taehyung yang terlihat santai walau sedang diintegorasi seperti itu.

"Anggota komdis memberitahuku jika Taehyung terlibat pertengkaran dengan murid-murid itu di atap sekolah saat jam pelajaran terakhir berlangsung." Ucap Namjoon.

"Bagaimana bisa, hyung?" kali ini Jimin yang bertanya.

"Taehyung mengatakan jika keempat murid itu berniat melakukan pembully-an terhadap salah satu murid, dan ia berniat menggagalkannya."

"Untuk apa Taehyung melakukan hal itu? Bukankah tidak memiliki kewajiban untuk mencegahnya?" Seokjin kembali bertanya.

"Tidak tahu, hyung. Itu adalah keterangan yang diberikannya. Aku dan Yoongi sudah berusaha membela Taehyung, karena kita tahu sendiri bagaimana sifat alien itu. Ia tidak akan melakukan suatu hal dengan alasan yang tak jelas."

"Hyung, apa murid yang disebut akan dibully itu adalah aku?" tanya Jimin, membuat Namjoon dan Seokjin serempak menoleh padanya.

"Entahlah. Taehyung tidak mau memberitahukannya, dan keempat murid tersebut menolak untuk mengakui niat mereka." Namjoon mengedikkan bahu.

Atensi mereka teralih ketika mendengar deretan kursi yang bergerak, Taehyung beserta Yoongi mendekati mereka sedangkan keempat yang lain langsung pergi ke luar ruangan.

"Yo, Hyung-deul, Jimin." sapanya dengan nada ceria seolah tidak terjadi apa pun. Dapat dilihat tangan Taehyung dihiasi beberapa luka.

"Ada masalah apa Tae?" Seokjin bertanya masih dengan nada khawatir.

"Namjoon-hyung pasti sudah memberitahu kalian kan? Mereka berniat melakukan pembullyan, jadi aku pikir tak ada salahnya jika aku mencegah hal itu bukan?"

"Tapi kau bisa memberitahukannya pada kami, bodoh. Tidak perlu memberi perhitungan secara langsung. Jadi dihukum kan?" ucap Yoongi.

"Aku hanya ingin sedikit bersenang-senang hyung. Mumpung ada kesempatan." Taehyung menunjukkan cengiran khasnya.

"Sudahlah, berdebat denganmu hanya membuat kepala kami sakit." Namjoon memijat pelipisnya, ia tidak mengerti mengapa Taehyung melakukan hal tersebut, tapi jika dipikir-pikir, mungkin saja perkataan Jimin benar, bisa jadi dirinyalah incaran pembullyan tersebut.

Karena Taehyung bukan tipe yang akan sebegitu peduli terhadap orang yang belum ia kenal.

"Ayo pulang, kau jadi ke rumahku kan Jim?" tanya Taehyung, dan Jimin hanya mengangguk.

Setelah mengambil tasnya dan berterima kasih pada Jimin, Taehyung memimpin jalan untuk segera pulang, diikuti oleh yang lain dari belakang.

-----

Jimin berdecak kagum saat melihat betapa mewahnya rumah Kim Taehyung, bangunan megah seperti yang ada di dalam beberapa film tontonannya.

Namun saat dipersilakan masuk, Jimin bisa merasakan hawa di dalam rumah itu beda dari yang ia perkirakan.

Begitu sepi, seperti tidak ada kehidupan.

Hanya ada beberapa pelayan yang menyapa mereka. Taehyung meminta Jimin menunggu di ruang keluarga, sementara ia berganti baju.

Setelah beberapa menit menunggu, ia disuguhi minuman beserta beberapa cemilan oleh dua pelayan di rumah Taehyung, dengan canggung ia membungkuk dan berterima kasih.

Taehyung kembali dengan menggunakan pakaian santainya, membawa beberapa buku yang akan mereka butuhkan.

"Diminum, Jim." ucapnya sambil tersenyum melihat Jimin yang hanya memandangi makanan di hadapannya.

"Ah, iya Tae." Jimin meminum jus jeruk yang berada di atas meja, dan kembali menatap Taehyung yang sedang memberskan buku bawaannya.

"Kita mulai dari mana ya." ucap Taehyung sembari melihat-lihat materi, Jimin mendekat kemudian menunjuk kumpulan soal.

"Coba kau kerjakan beberapa soal di sana, jadi kita bisa tahu apa yang belum kau mengerti." ucap Jimin yang kemudian diangguki Taehyung.

Mereka pun memulai sesi pelajaran, dan Taehyung terlihat cukup tenang karena cara mengajari Jimin berbeda dari guru-guru di sekolah mereka. Dan rasanya Taehyung begitu cepat memahami semua materi yang diajarkan Jimin.

Setelah merasa cukup, mereka menghentikan kegiatan itu. Akibat waktu yang terbatas bagi Jimin.

"Taehyung-ah. Apa rumahmu selalu sepi seperti ini?" tanya Jimin saat diantar menuju gerbang rumah megah tersebut.

"Begitulah, hanya ramai pada hari-hari tertentu saat keluargaku datang." jawab Taehyung dengan pandangan sedikit sendu.

"Ah, maaf karena aku bertanya hal seperti itu." Jimin menyesal ketika melihat raut sedih Taehyung.

"Ahahaha. Kau ini seperti pada siapa saja, keluargaku memang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Appa, eomma juga hyungku yang saat ini berada di Jepang." jelas Taehyung.

"Ah begitu."

"Tapi aku sudah terbiasa kok, lagi pula ada lima perusuh yang terkadang membuat suasana rumah begitu ribut." Taehyung terkekeh ketika mengatakan hal tersebut.

"Rasanya aku mengetahui kelima orang tersebut." Jimin ikut terkekeh.

"Kau juga mulai sekarang boleh mampir ke sini jika ada waktu, Jim." tawar Taehyung yang diangguki oleh Jimin.

"Tae. Apa tindakanmu tadi di sekolah kau lakukan karena aku yang akan dibully oleh mereka?" tanya Jimin tepat ketika sampai di gerbang rumah Taehyung.

"Hm? Bukan kok. Kau tenang saja, Jim." Taehyung menepuk pundak Jimin untuk membuatnya yakin.

Namun, Jimin tetaplah Jimin, yang teramat peka dengan orang-orang  di sekitarnya. Ia tidak berniat untuk memaksa Taehyung memberitahunya, tapi ia mengerti.

"Terima kasih, Taehyung-ah." ucap Jimin sebelum benar-benar pamit pulang, ia tidak menunggu jawaban Taehyung dan segera pergi dari tempat tersebut.

Taehyung masih memandangi Jimin yang perlahan menjauh,

"Ck. Susah sekali ya, untuk membohongi dirimu, Jim." gumam Taehyung sambil terkekeh pelan sebelum kembali ke rumahnya.

Tbc
.
.
.
.

Selamat siang~~
Terima kasih sudah setia menunggu dan membaca ff ini♡♡♡

Maaf bila ada typo,

See u in next chap!♡

Continue Reading

You'll Also Like

168K 13.7K 34
Hidup Jimin tidak sama lagi setelah kecelakaan saat konser di Staples Center. Angst Jimin brothership
44.7K 1.8K 11
"Ini hadiah, kau harus menerimanya karena ini yang pertama dan juga terakhir." _________________________________________ [JIMIN X TAEHYUNG FANFICTION]
44K 6.2K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
185K 17.8K 82
[ 박 지민 ] JANGAN DITIRU! [REVISI] JIMIN x BTS Park Jimin. Bocah yang sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang dalam hidupnya. Itu juga dimulai...