I'm Sorry ; Kim Taehyung βœ“

By jnbyolaa

64.8K 7.2K 1.8K

Bagaimana rasanya ketika kau kehilangan orang yang sangat kau cintai? Hilang dalam definisi pergi untuk selam... More

Prolog
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28 ・
28
29
30
31
32
❲ BOOK 2 ❳ sequel :: Thank you

01

3.7K 405 89
By jnbyolaa

©jnbyolaa
[[Saya yakin kalian mengerti bagaimana mengharagai seorang penulis^^]]

Happy Reading
***

Author POV

- Seoul, South Korea -

Kim Taehyung, pria tampan nan sexy, memiliki wajah bak titisan dewa yunani, tubuh yang sempurna idaman para wanita.

Taehyung merupakan anak tunggal dari keluarga Kim. Keluarga Kim memiliki reputasi besar, kepopularitas dan kesuksesan mereka sudah tidak terbendung, mereka memiliki banyak cabang perusahaan di berbagai negara di dunia.

Namun, semasa remaja saat bersekolah di Sekolah Menegah Atas Taehyung di kenal dengan kenakalannya. Suka membolos, keluar masuk ruang BK, berkelahi dan sesekali tidak jarang tawuran, bahkan ia juga sering minum-minum di Bar.

Apakah orangtuanya tahu? Tentu saja tidak, orangtuanya yang sangat sibuk keluar masuk negara dan kurang memperhatikan Taehyung. Bisa di bilang Taehyung ini sebenarnya kurang perhatian orangtua. Orangtuanya yang tidak memiliki banyak waktu untuknya, itulah yang membuat dirinya sewaktu remaja menjadi seperti itu. Hingga sekarang ya sesekali ia masih sering ke Bar untuk minum-minum melampiaskan semuanya.

Sekarang Taehyung sudah dewasa, ia sudah berbulu.

Taehyung bekerja di perusahaan milik Ayahnya di Seoul. Ia menduduki kursi CEO.

Malam hari tiba dimana keluarga Kim sedang menyantap makan malamnya. Jarang-jarang mereka bisa makan malam bersama seperti ini karna kesibukkan keduanya.

"Besok kami akan pergi ke Jepang karna ada proyek baru yang harus diselesaikan disana." tn.Kim memecahkan keheningan ruang makan tersebut.

Taehyung menatap dingin sang Ayah, "Ya." balas Taehyung kemudian dengan datar, ia kembali fokus pada makanannya. Moodnya langsung berubah menjadi tidak baik.

Baru saja orangtuanya pulang dua hari yang lalu dan besok sudah akan pergi lagi? huh kesalnya dalam hati.

"Maaf sayang, ini semua demi masa depanmu." ucap ny.Kim dengan lembut.

"Ya, aku mengerti."

***
- Busan, South Korea -

Pagi yang cerah. Sinar matahari itu menembus masuk melalui gorden, pantulan cahayanya mengenai wanita yang sedang terlelap dibalik selimutnya, wanita itu pun terbangun dari tidurnya.

Wanita itu mengucek pelan matanya lalu merentangkan kedua tangannya untuk merileks-kan.

"Kau sudah bangun?" tanya wanita paruh baya itu tersenyum sambil menyiapkan sarapan.

Irene tertawa kecil, memeluk ibunya dari belakang. "Kalau aku belum bangun tidak mungkin aku bisa berada disini."

Ibunya itu ikut tertawa kecil. "Benar juga ya."

"Hmm kalian rapi sekali, mau pergi?" tanya Irene seraya melirik kearah koper besar itu.

"Kami hari ini juga harus segera pergi ke Cina... karna cabang perusahaan kita disana mengalami sedikit masalah." ucap pria paruh baya yang baru saja tiba diruang makan itu yang tidak lain adalah ayah Irene.

Irene memandangi wajah ayahnya yang terlihat beberbeda, terlihat sedih.

"Maaf karna mendadak. Kami baru bisa akan pulang lusa, kau tidak apa-apa dirumah sendiri?" tanya ayahnya ragu-ragu untuk meninggalkan anak satu-satunya itu.

"Iya appa, tidak apa-apa." balas Irene mengerti seraya tersenyum kecil.

Setelah sarapan bersama, orangtua Irene langsung menuju Bandara karna mereka mengambil penerbangan pagi ini. Irene pun juga ikut ke Bandara untuk mengantarkan kedua orangtuanya.


13:00 am KST.

Tringgggg...

📞

"Yeoboseo?"


"..."

"MㅡMWO?!"

"..."

"..."

Telpon itu terlepas dari genggamannya. Irene menjatuhkan dirinya dilantai keramik itu, air matanya perlahan membanjiri keluar dengan lolos membasahi pipinya. Beberapa detik kemudian tangis langsung pecah.

Irene sungguh benar-benar tidak percaya apa yang ia dengar barusan, kabar bahwa pesawat yang ditumpangi kedua orangtuanya itu menggalami kecelakaan hebat dan dinyatakan semua penumpang pesawat itu tewas tidak ada yang selamat, satupun tidak ada.

Air matanya jatuh semakin banyak, menangis sejadi-jadinya, sangat terisak. Rasanya jiwanya seperti akan melayang pergi meninggalkan raganya, sungguh.

Ditekuknya lulutnya, menenggelamkan wajah diantara lutut itu.

"Jadi itu adalah pelukan terakhir?" Irene terisak mengingat pelukan kedua orangtuanya di Bandara sebelum memasuki pesawat.

"Ya Tuhan kenapa? Hiks..."

"Bisakah aku menolak takdirmu ini?"

****

Semua telah terjadi atas ke hendak-Nya, ini adalah takdir Tuhan. Kita sebagai manusia hanya bisa menerima, menjalani, dan mengiklaskannya.

Sungguh berat melepas orang yang sangat disayangi terlebih itu adalah orangtuamu sendiri.

Sekarang Irene tidak memiliki siapa-siapa lagi dunia ini, orangtua yang sangat ia cintai telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.

Sesudah mengantarkan orangtuanya ke peristirahatan terakhir, Irene pulang dengan keadaan yang sangat lesu dan duka yang sangat mendalam.

"RUMAH INI DISITA OLEH BANK"

Irene dikejutkan oleh sebuah kertas yang tertempel didepan pintu rumahnya.

Ia membulatkan matanya, berulang kali menguceknya, barang kali matanya menjadi minus akibat menangis terus menerus tanpa henti. Ah itu tidak mungkin.

Selang beberapa menit datang beberapa petugas yang menghampiri Irene.

"Rumah ini telah disita oleh pihak Bank, karna pemilik rumah ini telah berhutang banyak di Bank dan jaminannya adalah rumah ini beserta isinya dan juga mobil. Kami berikan waktu, silahkan bereskan barang-barang pribadi anda dan segera tinggalkan rumah ini." ucap petugas Bank itu memberi amplop berisi surat penyitaan resmi dari Bank dan juga menunjukkan sertifikat rumah.

Irene merasa lemas membacanya.

"Lantas saya bagaimana? Saja tinggal dimana?" lirih Irene.

"Kami hanya menjalankan perintah, maaf nona."

Irene menghela nafas pasrah, mau tidak mau ia harus pergi dari rumahnya ini, rumah yang memiliki banyak arti dan kenangan bersama orangtuanya, rumah yang sudah dibangun sebelum ia dilahirkan ke dunia, rumah tempatnya bernaung dari kecil sampai sekarang. Sekarang ia harus pergi, meninggalkan sejuta kenangan disana.

Irene meninggalkan rumahnya itu, berjalan dengan lesu di sepanjang jalan. Berjalan tanpa arah tujuan, ia tidak tahu harus kemana. Semuanya habis, hartanya habis. Sekarang ia sama sekali tidak memiliki sepeser pun uang, semua kartu sudah di blokir.

"Sebanyak ini kah hutang orangtuaku?  Kenapa mereka tidak pernah memberitahukan, menceritakan apa yang sudah terjadi, tentang perusahaan dan juga keuangan mereka. Mereka seakan terlihat baik-baik saja, kenapa mereka bisa menutupi semua masalah itu? Kenapa?" guman Irene bertanya-tanya.

Yah, sayangnya itu semua tidak bisa terjawab.

"Harus kemana aku sekarang Tuhan..."

Keberhentian mobil yang tiba-tiba disebelah Irene sontak menghetikan langkah kaki Irene.

"Irene?" panggil seseorang dari dalam, kaca mobil itupun terbuka.

Irene menoleh kesumber suara. "Jihyo?" ucap Irene ragu-ragu seraya mengamati wajah wanita itu.

"Ya ini aku! Hei, kau mau kemana dengan koper yang besar itu?" tanya Jihyo, teman semasa sekolah Irene dulu.

Sebelum Irene menjawab Jihyo terlebih dulu menyuruh Irene agar masuk kedalam mobilnya, mencari sebuah restauran untuk mengobrol dan juga mengisi perut.

"Aku turut berduka, kau yang sabar." Jihyo merasa iba setelah Irene menceritakan apa yang terjadi padanya, tangannya mengusap pelan punggung tangan Irene.

Irene tersenyum kecil. "Terima kasih."

"Apa rencanamu setelah ini?"

Irene menggeleng pelan. "Entahlah, aku tidak tahu, aku tidak tahu harus kemana aku tidak memiliki tujuan. Aku pun juga tidak memiliki apa-apa sekarang." ucap Irene menundukkan kepalanya.

"Hmm, kebetulan aku sehabis ini ingin ke Seoul, apa kau ingin ikut? Aku bekerja disana, jika kau ingin kau bisa ikut dan bekerja bersamaku disana." tawar Jihyo.

"Pekerjaan apa?" tanya Irene.

"Nanti kau akan tahu, aku yakin kau sangat membutuhkan uang bukan untuk saat ini?"

Irene mengangguk meng-iyakan. "Baiklah aku akan ikut bekerja bersamamu. Karna kau benar, aku sangat membutuhkan uang untuk bertahan hidup."

- Seoul, South Korea -

"Wah... Ini apartement mu?" tanya Irene kagum melihat apartement Jihyo yang sangat besar dan mewah itu.

"Iya." angguk Jihyo.

"Kau sudah sukses ya sekarang."

"Yah begitulah," Jihyo tersenyum. "Istirahatlah kau besok akan mulai bekerja."

"Baiklah. Terima kasih banyak Jihyo!"

Hari esok pun tiba...

20.00 am KST.

"Apa kau sudah siap?" tanya Jihyo memasang high heels nya.

"Iya sudah, tapi... mengapa baju ini begitu sangat terbuka? aku tidak pede memakainya... Lihat baju ini menampakkan belahan dadaku dan juga lekuk tubuhku." ucap Irene sedikit tidak nyaman dengan pakaian yang ia pakai.

"Kau lihat aku? Aku juga memakai baju yang sama terbuka sepertimu. Kau ingin dapat uang bukan?" ucap Jihyo, Irene mengangguk pelan.

Setelah menempuh perjalan beberapa menit sampailah mereka di sebuah tempat. Di sambut suara musik yang nyaring dan bau alkohol yang menyengat serta asap rokok yang bercampur jadi satu.

Night Club.

"Kenapa kau membawaku kesini?!" Irene terkejut saat turun dari mobil, mengetahui dimana ia sekarang.

"Disinilah uang akan mengalir." Jihyo tersenyum senang berjalan memasuki night club itu.

Irene mengejar Jihyo yang sudah berjalan dahulu, mensejajarkan berjalan disamping Jihyo. "Maksudmu?"

"Klien ada didalam."

"Hei Jihyo! kau sudah datang." ucap salah satu pria itu menciumi singkat bibir Jihyo, membuat Irene tentu membulatkan matanya.

"Perkenalkan ini temanku yang aku ceritakan ditelpon kemaren." ucap Jihyo, matanya melirik kearah Irene, memberi tatapan ayo-perkenalkan-diri-mu.

"Irene." ucap Irene singkat memperkenalkan dirinya.

Pria itu menatap Irene dari atas sampai bawah lalu berucap, "Kau sangat cantik dan sexy." sungguh, membuat Irene sangat tidak nyaman.

"Kau disinilah dulu, duduk." ucap Jihyo beranjak ingin pergi.

"Kau ingin kemana?" Irene menahan lengan Jihyo.

"Aku ada urusan bersama dia sebentar, nanti aku akan kembali." ucap Jihyo meninggalkan Irene bersama salah satu teman pria Jihyo yang sedang duduk itu.

Pria itu menatap wanita didepannya ini, dan matanya berhenti tepat di antara belahan dada Irene yang menggoda itu, Irene yang sadar pun segera menutupinya menggunakan tangannya.

Irene menatap tajam pria itu, pria itu tertawa lalu memberikan segelas minuman yang sudah diberinya obat perangsang.

"Minumlah." suruh pria itu.

"Apa ini?" Irene sangat waspada.

"Hanya minuman biasa."

Irene pun mengambil gelas yang berisi minuman itu lalu menumpahkannya membuat pria itu mengepalkan tangannya marah.

"Kau pikir aku mau!" ucap Irene tajam.

Pria itu menghela nafas kasar, mencoba untuk menahan emosinya. Beberapa detik kemudian ia mendekat, mengelus punggung Irene yang terekspose karna pakaian yang dikenakan Irene cukup terbuka. Irene berdiri dari duduknya menepis kasar tangan pria itu dan sedikit menjauh.

"Aㅡapa yang kau lakukan?!"

"Kau ingin uang bukan? Maka puaskanlah aku malam ini." ucap pria itu tertawa mendekati Irene.

"Jaㅡjangan kurang ajar, atau aku akan teriㅡ"

"Teriaklah, orang-orang juga tidak akan perduli disini." potong pria itu semakin mendekati Irene.

"Arghh!" ringis Irene, pria itu menarik paksa tangan Irene, membuat Irene sedikit kesakitan.

Pria itu mendorong Irene sehingga terjatuh di sofa tempat ia duduk. Tangannya mulai menyentuh dagu Irene sesekali mengelusnya.

"Brengsek! Tolong ahh."

Bughh!

Pria itu terjatuh terkapar dibawah, sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah segar.

TBC

Ada yang penasaran ga sih itu siapa yang mukul? Wkwk

Hallo! Semoga kalian suka ya dan semoga responnya juga bagus, ya. 😁

See you next chapter

Continue Reading

You'll Also Like

135K 4.1K 88
Lirik lagu The Boyz LENGKAP Ada fakta-fakta THE BOYZ ~THE B ZONE~
12.6K 948 27
Jeon Jungkook lelaki berumur 24 tahun yang memiliki dua sisi yang berbeda. Dia akan bersikap dingin pada orang yang tidak dekat dengannya. Sedangkan...
237K 25.2K 38
[Proses Revisi 2/38] Choi Ha Yeon, siswi kelas 3 SMA yang selalu mendapat ejekan dari teman-temannya karena belum pernah pacaran, akhirnya meminta Ki...
894 171 31
Jungkook, lelaki 24 tahun itu berjuang agar perempuan yang dijodohkan dengannya mencintai nya, sekaligus berjuang agar perjodohan mereka tetap berlan...