Rumornya, rumah keluarga Maxwell di sebelah rumahku dikosongkan. Kalau tidak salah, keluarga kecil tersebut telah pindah beberapa hari yang lalu, meninggalkan rumah berlantai dua dengan dinding berwarna putih yang masih berdiri kokoh di tempatnya.
Rumah kosong. Pasti para tetangga sedang mendesas-desuskan sesuatu tentang rumah itu. Entah yang berhantu-lah, berkutukan-lah, dan sebagainya. Aku dengar dari ibuku bahwa para ibu dari anak-anak yang tinggal di sepanjang Jalan Fess ini melarang anak-anak mereka untuk bermain-main di dekat rumah kosong itu. Sedangkan rumahku? Rumahku terletak persis di samping rumah kosong itu. Perlu digarisbawahi, terletak di samping rumah kosong yang katanya berhantu! Itu artinya tidak akan ada anak kecil yang bermain ke rumahku karena pada kenyataannya para ibu memang melarang mereka untuk bermain di sekitaran rumah kosong.
Aku tidak habis pikir kenapa di zaman modern seperti sekarang ini masih banyak orang yang memercayai hal-hal konyol semacam itu. Teknologi sudah maju, tetapi pemikiran mereka masih belum maju.
Pagi ini aku—cowok paling kuper di Bloomington—berangkat sekolah seperti biasa, mengayuh sepedaku menuju sekolah. Ketika baru saja akan beranjak pergi, tidak sengaja kulihat melalui sudut mataku, ada seorang gadis berdiri di pintu rumah kosong samping rumahku. Kedua kelopak mataku memicing, apakah benar aku tidak bermimpi dan setelah kupastikan sekali lagi, ini benar adanya. Gadis itu bukan hantu, dia memang manusia karena setelah kulihat lebih dekat lagi, dirinya tengah meminum beberapa teguk air dari sebotol minumnya.
Sebelum pikiran-pikiran negatif tentang dirinya, disamping juga desas-desus tentang rumah kosong itu menggelayuti pikiranku, aku putuskan untuk segera bergegas pergi saja. Kedua bola mata tajamku menatap lurus ke depan, seolah tidak pernah melihat seorang gadis berdiri di ambang pintu rumah tetangga, seolah tidak ada apa-apa di sana, karena aku yakin sekali saat ini gadis itu pasti sedang mengawasiku dari kejauhan. []