(Bahasa Indonesia) Dark Story...

By Cyrena0819

15.7K 1.5K 1.5K

Warning : Cerita ini berakhir tragis dimana semua pemerannya mati, jadi pikirkan dulu sebelum baca!!!!! Lan... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 10
The End

Part 9

1K 125 140
By Cyrena0819


Krist di rawat di dalam ruangan khusus berdinding tanpa jendela, dan hanya ada sebuah ranjang pasien dan CCTV di dalamnya. Krist berbaring dengan posisi meringkuk di lantai sambil memeluk perutnya yang sudah besar sempurna. Bayinya akan lahir dalam satu atau dua minggu lagi. Dokter menghentikan pengobatan kemoterapi Krist sampai bayinya lahir, karena takut akan berbahaya bagi janinnya.

Singto mengawasinya dari layar CCTV dengan perasaan hancur. Ia tidak menyangka Krist akan jadi seperti itu, padahal ia sudah berusaha menunjukkan perhatiannya pada pria itu setelah kembali ke rumah, namun ada sesuatu yang mengganjal pikiran dan perasaannya saat ia hendak memberikan perhatian lebih.

Saat ia sadar bahwa Krist perlahan-lahan meninggalkannya, hatinya benar-benar terasa sakit. Jujur di dalam hati kecilnya yang terdalam, Singto masih sangat mencintainya, sangat tergila-gila padanya, namun setiap kali ia mengingat janin di dalam kandungan Krist bukan miliknya, rasa cemburunya membakar rasa cintanya pada pria itu.

Singto tidak sanggup menyaksikannya lagi, pasien yang berbaring di dalam ruangan itu bukan Krist, pikirnya. Krist tidak mungkin sakit, Krist tidak mungkin akan meninggalkannya, Krist begitu mencintainya, dan akan selalu menunggunya pulang di rumah.

Singto meninggalkan rumah sakit dengan emosi yang tidak terbendung, ia kembali ke rumah, kembali ke kamarnya untuk mencari sosok Krist yang mungkin akan menyambutnya dengan tersenyum lebar, namun ruangan itu begitu sunyi dan kosong. Singto langsung menjatuhkan dirinya di lantai dan menangis pilu.

"Kau di mana Krist? Aku merindukanmu, sayang....aku sangat sangat merindukanmu....kembalilah..." Singto terisak. "Aaaarrghhh!!!" ia berteriak kesetanan untuk memprotes.

Setelah beberapa saat, tiba-tiba saja ia mendengar suara ponsel lowbat, namun bukan miliknya. Singto pun mencari ke seluruh ruangan dan menemukannya di bawah ranjang. Ia menjulurkan tangannya untuk meraih ponsel yang diduga milik Krist. Singto melihat beberapa pesan masuk yang belum dibaca di sana, ia pun segera mengunlock dan hendak membukanya, namun tiba-tiba saja ponselnya mati.

Singto tidak sabar mencari changer dan menyalakan ponsel kembali untuk membaca pesan tersebut. Ia menemukan pembicaraan lain antara Krist dan nomor yang tidak di kenal di line.

Unknown : Hi, Krist! Kau masih ingat padaku?

Krist : Ini siapa?

Unknown : Apa kau tau bagaimana rasanya jatuh dari ketinggian 100 meter lebih?

Krist : Apa yang kau bicarakan?

Unknown : Jangan pura-pura lupa Krist, meskipun sudah 20 tahun aku yakin kau tidak akan melupakanku.

Krist : Aku tidak kenal siapa kau, jangan menggangguku!

Unknown : Aku memanjat tebing itu untuk kembali ke atas, kembali mengunjungimu dan putri kecilmu, aku akan membawanya bersamaku.

Krist : Jangan mengusik putriku! Kau siapa, apa yang kau inginkan?

Unknown : Bukankah kau akan mendapatkan seorang putra, kurasa kau tidak membutuhkan putrimu lagi, jadi aku akan membawanya.

Krist : Kau tidak waras, akan kulaporkan kau ke polisi.

Unknown : Polisi tidak bisa menangkapku, karena aku tidak terlihat.

Krist : Kau siapa?

Singto menscroll lagi ke bawah dan kaget saat ia melihat photo Chalida dan suaminya, a langsung melempar ponsel Krist, namun segera memungutnya lagi. Kini ia tau kenapa Krist tiba-tiba berhalusinasi melihat P'Chal.

Singto menggeram dan mencatat nomor tidak dikenal tersebut dan bergegas menuju kantor data pelanggan telepon untuk mencaritau siapa pemilik nomor tersebut. Sayangnya nomor tersebut tidak terdaftar dan sudah tidak aktif saat dihubungi.

Namun ia segera mencurigai seseorang, yang juga berada di tempat kejadian saat Chalida dan suaminya mengalami kecelakaan. Singtopun langsung menyetir mobilnya ke hotel dan tanpa basa basi langsung memukul Kang.

"Kau kan yang meneror Krist dengan menyamar jadi P'Chal? Kau yang membuatnya gila!"

'Buukkk!!!' Singto memukulnya lagi, namun Kang tidak tinggal diam ia juga balas memukul Singto.

"Aku tidak akan melakukan itu padanya, keparat! Aku mencintainya, mana mungkin aku sengaja membuatnya jadi gila? Ini semua karena kau!"

"Kau pikir aku percaya?! Hanya kau yang punya foto P'Chal, dan kau juga ada di tempat kejadian, alibimu paling mencurigakan!"

"Kau tidak bisa menjaganya dengan baik, malah menuduhku! Tanyakan pada dirimu, apa yang sudah kau lakukan padanya? Jika aku tau akan jadi begini, aku tidak akan menyetujui usulmu membawanya pulang! Lebih baik dia di rawat di rumah sakit!"

"Jangan mengalihkan pembicaraan!" teriak Singto. "Apa kau ingin balas dendam padaku karena tidak menolong ayahmu saat jatuh? Apa kau merencanakan semua ini? Apakah tujuanmu yang sesungguhnya ingin menghancurkan hidupku dengan mengambil paksa Krist dariku? Jawab!!!" Singto mencengkram kerahnya kuat dan emosi.

"Aku tidak mengambil paksa Krist darimu, kau yang menyerahkannya padaku!" Kang menepis tangannya dan menendangnya kuat. "Kau yang membuangnya dan aku menerimanya! Kau sama sekali tidak peduli padanya, kenapa sekarang tiba-tiba sok menunjukkan perhatianmu setelah menghancurkan hidupnya?"

"Bajingan, kau lah yang menghancurkan hidupnya!!!" teriak Singto. "Kau jelas-jelas tau dia sudah menikah denganku, kenapa kau menyentuhnya dengan tangan kotormu dan menanam buah terlarang dalam tubuhnya?!"

"Jika kau benar-benar mencintainya, seharusnya kau tidak mempermasalahkannya, dan menerima dirinya apa adanya...toh yang dia kandung adalah seorang putra yang kelak bisa menjadi penerusmu."

"Kau berharap aku akan menyerahkan seluruh perusahaan padanya?"

"Jadi kau mempermasalahkan perusahaanmu akan jatuh ke tangan orang lain?" Kang menyeringai. "Jika kau menyerahkan perusahaanmu pada Rung, ujung-ujungnya juga akan menjadi milik orang lain, kan? Kecuali, Pree juga memberimu seorang putra..." Kang tertawa lagi.

Tiba-tiba ia teringat pada wanita itu, Pree mengirim kan pesan padanya dan menerornya hendak bunuh diri dan anak mereka jika Singto tidak menemuinya di rumah baru mereka hari ini.

"Jika aku mendapatkan bukti bahwa kau yang meneror Krist, akan kukirim kau ke neraka." ancam Singto lalu meninggalkan tempat itu.

------------------------------------------------------------------------------

Singto hendak menuju ke rumah Pree, namun tiba-tiba ia mendapat telepon dari Pring yang memberitahukan bahwa Krist siuman dan histeris saat menyadari dirinya berada di bangsal, ia meminta Singto ke rumah sakit sekarang juga.

Singto tiba di rumah sakit, dan melihat dari layar CCTV Krist sedang menangis dan meronta di atas tempat tidur dengan tangan dan kaki terikat. Melihat itu, hati Singto terasa tercabik-cabik dan segera menuju ke bangsal untuk menyelamatkannya.

"Apa yang kalian lakukan padanya? Kenapa diikat seperti itu?" Singto menerobos masuk dan mencengkram kerah dokter yang menemaninya ke dalam.

"Lepaskan ikatannya!" pinta Singto.

"Pasien mencoba melarikan diri dan tidak terkontrol, dan kami tidak bisa menyuntikkan obat penenang padanya, karena akan berbahaya bagi janinnya!"

"Jika terjadi sesuatu padanya, kalian harus bertanggung jawab!" ancam Singto ia melepaskan dokter tersebut dengan kasar.

"P'Sing! P'Sing! Apa yang kau lakukan padaku? Kumohon lepaskan aku, aku tidak mau diikat seperti ini!! Krist berteriak dan menangis histeris saat melihat Singto, tubuhnya terasa tidak nyaman.

Singto segera mendekatinya dan duduk di samping ranjang, lalu meraih bahu Krist untuk membantunya duduk dengan bersandar padanya, ia lalu memeluk tubuh pria itu erat dari belakang mencoba menenangkannya.

"P'Sing, kumohon...lepaskan aku...jangan mengurungku disini..." Krist terisak. "Aku berjanji aku akan pergi dan tidak akan mengganggumu lagi, tolong lepaskan aku....kumohon..." Krist tidak berhenti memberontak.

Hati Singto terasa sakit, ia tidak tau bagaimana memberitahu Krist tentang penyakitnya.

"Dengar, aku disini...aku tidak akan meninggalkanmu!" bisik Singto. "Aku akan menemanimu, oke?"

"Tolong lepaskan ikatanku....biarkan aku pergi....lepaskan aku...." Ia terus berteriak dan mencoba membebaskan diri.

"Krist! Krist! Tenanglah....aku akan melepaskan ikatanmu...tapi kau harus tenang dan dengarkan ucapanku..."

Krist pun berhenti memberontak dan mengangguk pelan, air mata membasahi seluruh wajahnya, lalu memalingkan wajahnya pada Singto. Singto mengulurkan tangannya untuk mengusap air matanya sementara wajahnya sendiri basah oleh air mata.

"Aku akan melepaskanmu, tapi kau harus berjanji, kau tidak akan meninggalkanku...oke?"

Krist mengangguk lagi. Singtopun meraih gesper pakaian khusus yang mengikat tangan Krist di dadanya.

"Mr. Ruangroj, apakah anda yakin?" tanya dokter mencoba menghentikannya.

"Aku akan bertanggung jawab." sahut Singto dan melepaskan Krist. Pria itu merasa lega dan nyaman saat ikatan tangannya terlepas. Ia kembali menoleh pada Singto.

"P'Sing, aku akan pergi sejauh-jauhnya, aku tidak akan mengganggumu lagi, aku berjanji...aku minta maaf, aku tau kau tidak ingin melihatku lagi dan tidak membutuhkanku lagi..." Krist berkata dengan ketakutan sambil menangis. "Tapi, tolong jangan mengurungku disini, jangan menyingkirkanku dengan cara ini, biarkan aku pergi..."

Mata Singto terbelalak lebar mendengar responnya.

"Apa yang kau katakan?!" Singto meletakkan tangannya di wajah Krist. "Kenapa kau bisa berpikir seperti itu, sayang? Aku senang kau kembali ke sisiku, aku tidak ingin kehilanganmu, aku begitu membutuhkanmu..."

"Jangan membohongiku, P'Sing....aku sudah tau semuanya...kau berubah...kau tidak peduli lagi padaku...tidak mencintaiku lagi...kau bukan P'Sing yang dulu...P'Sing sudah meninggalkanku..." tiba-tiba pandangan matanya menjadi sendu  dan kosong dan tubuhnya menjadi tidak bertenaga. "P'Sing...siapa....P'Sing?"

Krist kembali melamun dan kehilangan kesadarannya, ia kembali tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Krist? Honey?" panggil Singto sambil mengguncang tubuhnya, mencoba menyadarkannya kembali, namun Krist tidak bergeming.

"P'Sing...Phi...."

Singto segera berpaling pada dokter disana. "Apa yang terjadi padanya?"

"Pasien mengalami Post Traumatic Stress Disorder, ia berusaha melupakan atau membuang beberapa ingatan dari masa lalunya yang menurutnya menyakitkan atau menakutkan...bisa berupa kejadian, perasaan atau seseorang."

Singto tertegun seketika, ia teringat kembali permintaan Krist padanya untuk mengangkat sel otak yang menyimpan memorinya, Krist ingin melupakan dirinya dan masa lalu mereka. Dada Singto terasa diremas, bagaimana jika Krist benar-benar melupakannya, melupakan cinta mereka, dan perasaan di antara mereka.

"Apa ada cara menyembuhkannya?" tanya Singto lagi.

"Tergantung, kita harus menemukan permasalahan yang menyebabkan awal timbulnya depresi, lalu mencoba mencapai alam bawah sadarnya dan mengajaknya berdamai dengan jiwanya." tutur dokter. "Dan proses ini membutuhkan waktu dan kesabaran."

"Krist, tidak ku ijinkan kau melupakanku! Melupakan waktu yang kita lalui bersama, kau adalah milikku, selamanya...kumohon kembalilah..." Singto menempelkan wajah Krist padanya dan menangis di dalam hati. 

------------------------------------------------------------------------------------

Singto meninggalkan rumah sakit hanya dengan separuh jiwanya, ia merasa bersalah atas apa menimpa Krist, ia seharusnya mengesampingkan ego dan rasa cemburunya, dan tidak bersikap dingin pada Krist, hingga membuatnya merasa dirinya tidak diinginkan, diacuhkan dan tidak dicintai. Singto sungguh menyesalinya.

Tiba-tiba saja ia sadar kunci mobilnya tidak ada, ia ingat menitipkannya pada Pring bersama ponsel dan dompetnya saat akan masuk ke bangsal Krist karena tidak diijinkan membawa barang apapun ke dalam.

Singto kembali ke rumah sakit mencari Pring, seorang perawat menyerahkan kembali barang-barangnya dari Pring, namun Pring menukar ponsel mereka, ia pun meng unlock ponsel Pring dengan password lamanya dan menemukan pesan yang dikirim oleh nomornya sendiri, setengah jam yang lalu.

Pring : Aku membaca pesan di ponselmu dari Pree, ia akan bunuh diri dalam satu jam jika kau tidak menemuinya, jadi aku menggantikanmu kesana dan menukar ponsel kita, aku membutuhkannya agar ia membukakan pintu untukku. Jangan khawatir aku akan menghentikannya berbuat bodoh, kau temani saja Krist.

Singto : memangnya kau tau password iphoneku?

Balas Singto, dan langsung mendapat balasan.

Pring : Krist, kan? :)

Singto : Bagaimana N'Pree dan bayinya?

Pring : Sudah mati.

SIngto terbelalak kaget.

Pring : :p

Singto menggerutuk kesal ingin mengetik balasan namun tidak jadi, ia memasukkan ponsel Pring ke dalam kantongnya, dan menoleh sekali lagi ke belakang lalu menyusul wanita itu.

Singto tiba setengah jam kemudian di kediaman calon istrinya, Pring membukakan pintu untuknya.

"Kau meninggalkan Krist demi wanita jalang ini?" Pring tidak percaya. "Bukankah sudah kubilang, aku bisa mengurusnya? Bagaimana dengan Krist?"

Singto tidak menggubrisnya dan langsung menerobos masuk untuk mencari Pree. Ia melihat banyak botol alkohol dan beberapa butir pil di atas meja di ruang tamu, dan menemukan Pree sedang berbaring tidak sadarkan diri di sofa.

Singto kaget lalu mengambil tempat duduk di samping wanita itu dan memeriksa nafasnya.

"Dia belum mati, kau tidak perlu khawatir!" sindir Pring. "Tapi, sebaiknya kau segera membawanya ke rumah sakit karena ia meneguk cukup banyak alkohol hingga tidak sadarkan diri sebelum aku datang."

"Lalu siapa yang membukakan pintu untukmu?"

Seorang bocah laki-laki berumur 4 tahun muncul dari dapur. "Papa Sing..." panggilnya.

"Gun?" Singto mendekati anak laki-laki itu dan mengelus kepalanya."Apa yang terjadi?"

"Mama bilang kau akan meninggalkan kami, dan tidak menginginkan adikku..." tutur Gun. "Jadi mama bilang dia tidak ingin hidup lagi dan akan mengajak adikku pergi bersamanya..."

"Apakah ibumu sering mabuk seperti ini?"

Gun mengangguk pelan.

Singto khawatir, kondisi Pree juga akan berakhir seperti Krist, mengalami stress dan depresi.

"Aku turut prihatin dengan hidupmu, kedua istrimu mengalami depresi karenamu." Pring menyeringai. "Kau harus memutuskannya dengan baik siapa yang ingin kau tolong, karena kau tidak dapat menyelamatkan keduanya dari dalam air." ujar Pring lalu menukar kembali ponsel mereka dan hendak pergi.

"Terima kasih." ucap Singto tiba-tiba. "Kau tidak mengubah password mu...."

Pring menoleh sejenak. "Aku mengubahnya kembali sebelum pergi tadi, agar kau bisa membukanya." jawab Pring.

"Tunggu, bagaimana kau menemukan alamat rumah ini?" tanya Singto curiga.

Pring bungkam seketika dan mendesah panjang sebelum menjawab. 

"Krist memintaku menemaninya, kami mengikutimu kemari dari hotel beberapa waktu lalu..." jawab Pring. "Kau berbohong padanya akan makan malam dengan klien, dan pulang malam."

Mata Singto terbelalak kaget seketika. "Krist pernah kemari?!"

Pring mengangguk beberapa kali. "Dia melihatmu dan Pree berciuman saat wanita itu membukakan pintu untukmu untuk menyambutmu dengan cara yang wajar sebagaimana sepasang kekasih saling bertemu, namun Krist..." ia berhenti sejenak.

"Aku melihatnya menangis di dalam hati, meskipun ia tidak menunjukkannya, namun aku tau hatinya hancur dan tercabik-cabik."

Singto menelan ludahnya berat dan dadanya terasa sakit.

"Kami menunggumu di dalam mobil, sejam, dua jam, aku lupa...dia menolak untuk pergi sampai kau keluar dari rumah itu dan ia melihat kalian berciuman lagi untuk berpisah."

Air mata Singto merebak keluar seketika.

"Aku sudah berusaha menghiburnya, dan mengatakan padanya bahwa, ciuman kalian bukan apa-apa, kau tidak punya perasaan pada Pree, dan ia menjawab..."

"Ya, aku tau...dia juga melakukannya padaku setiap hari sebagai formalitas, aku tidak mempermasalahkannya, namun P'Sing telah berbohong padaku, dia datang menemui calon istrinya...aku merasa seperti orang ketiga dalam hubungan mereka..."

Singto berbohong pada Krist, karena ia tidak ingin pria itu khawatir, Pree mengancam akan bunuh diri jika ia tidak menemuinya malam itu, dan Singto terpaksa tinggal untuk menenangkannya.   

"Krist merasa, kau menerimanya kembali karena ia sakit dan kau merasa bertanggung jawab untuk itu, dimana sesungguhnya hatimu sudah berubah." lanjut Pring dan menghela nafas panjang. "Maaf...aku tidak tau akan jadi begini..."

"Aku tidak seharusnya mengajak Krist ke acara pernikahan, jadi kau tidak akan membawanya pulang..." Pring menambahkan. "Mungkin saja, dengan meninggalkanmu dia tidak akan menjadi seperti sekarang."

------------------------------------------------------------------------------------

Dua minggu kemudian, Krist melahirkan anak keduanya yang berjenis kelamin laki-laki pada minggu ke 39 melalui operasi Caesar, ia dibawa kembali ke bangsal setelah operasi dan siuman tiga hari kemudian.

Bayi yang dilahirkan Krist mengalami cacat jantung dan kerusakan otak, dan dokter memprediksi, ia tidak akan bertahan hidup lebih dari setengah tahun. Diakibatkan Krist mengkonsumsi obat-obatan dan efek samping dari kemoterapi saat hamil.

Kang shock mendengar kabar tersebut, begitu juga dengan Singto dan Pring. Krist juga pasti akan sedih dan shock jika mengetahui hal itu, dan pasti akan memperparah kondisi kejiwaannya. Bayi Krist di bawa ke NICU untuk menjalani perawatan intensive.

Singto tidak ingin membuang-buang waktu, setelah masa recovery pasca melahirkan berakhir, ia segera berkonsultasi dengan Dokter untuk melakukan pembedahan pengangkatan tumor dari tubuh Krist.

Namun dokter memberitahunya bahwa kanker telah menyebar ke bagian tulang sumsum, dan akan sangat sulit diangkat, atau dibersihkan. Kemungkinan masa hidupnya paling lama sekitar 12-14 bulan.

Air mata Singto langsung merebak dan tidak terbendung, kali ini ia benar-benar akan kehilangan Krist. Ia tidak rela dan separoh jiwanya seakan melayang mendengar kenyataan tersebut.

Namun sebuah studi kasus pada tahun 2009, menemukan ada sekitar 30% pasien dengan glioblastoma dapat bertahan hidup hingga lima tahun atau lebih setelah menjalani operasi dan radiasi, yang meninggalkan secerca harapan di hatinya.

Singto pun segera menjenguk sang kekasih, namun sebelum tiba di bangsal, ia mendapatkan kabar yang lebih buruk, pasien dengan gangguan mental Krist Perawat Sangpotirat menghilang.

Singto shock bukan main dan segera mengecek CCTV, dan mendapati seorang pria bermasker membawa kabur Krist diam-diam.

TIdak lama kemudian, ia juga mendapat laporan hilangnya bayi dari ruangan NICU, yaitu bayi yang dilahirkan oleh Krist.

Singto segera menduga, tidak diragukan lagi orang yang membawa kabur Krist dan bayinya adalah Kang.

to be continue....      

Continue Reading

You'll Also Like

361K 4K 82
โ€ขBerisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre โ€ขwoozi Harem โ€ขmostly soonhoon โ€ขopen request High Rank ๐Ÿ…: โ€ข1#hoshiseventeen_8/7/2...
864K 42K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
3.8K 884 38
Leedo kepada Xion, "Aku jatuh cinta pada semua yang ada dalam dirimu." Padahal jika Leedo tahu semua tentang Xion, apakah dia masih tetap jatuh cinta...
120K 9.6K 86
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...