Dituliskan Takdir

By rossaaqsah

877K 35.7K 1.2K

#1 Tentara 30/01/2020 #1 abdinegara 30/01/2020 #1 militer 21/04/2019 #1 Tentara 19/10/1/2019 #1 cintapertama... More

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
part 15
PART 16
PART 17
PART 18
Part 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
part 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44
PART 45
PART 46
PART 47
part 48
PART 49
UCAPAN TERIMA KASIH

PART 6

18.6K 701 17
By rossaaqsah

REHAN POV

Setelah puas bercerita dengan mas Dibyo dan Mbak Desi. Aku segera menuju barak. Karena tidak terlalu jauh dari rumahnya mas Dibyo jadi aku jalan kaki ke sana. Saat di jalan aku teriang iang wajah manis miik keponakan mas Dibyo. Walaupun awalnya dia terlihat jutek dan kesal padaku, seiring obrolan tadi aku dan dia bisa santai bahkan tertawa Bersama. Saat berjalan tanpa sadar ada senyum yang menghiasi sudut bibirku ini.

Tiiiiiinnnnnnnnn.

Astaga, apaan sih Han kok malah nglamun – batinku menyadarkan diri

"Rehan lo gak papa bro?" tanya suara berat yang familiar di teingaku.

"Enggak papa Ren." Ucapku ke Rendi yang mau pergi.

"Beneran gak papa?. Mikirin apaan sih bro, baru juga sampek asrama udah kebanyakan mikir. Ubanan lo nanti." Ucapnya jahil

"Enggak Ren, Cuma kebanyakan seneng aja habis lepas kangen sama mas Dibyo." Ucapku sumringah.

"Iya deh yang punya keluarga angkat di sini." Ucapnya nyindir usil

"Buruan istirahat besok udah kegiatan, baru datang juga malah kluyuran." Timpalnya lagi

"Siap bro. gue duluan. CAKRA." Ucapku pamit

"CAKRA." Kemudian Rendi pergi dengan menggunakan motor sportnya.

**

"Lan mbak minta tolong kamu anterin ini ke kantornya om mu ya?" ucap mbak Desi sambil menunjuk rantang makan di meja.

"Lah, kenapa gak mbak aja?" ucapku malas

"Ih, mbak ini repot sama pesanannya orang. Anterin ya Lana cantik." Bujuk mbak Desi sambil ngedipin mata.

"Iya deh iya, lana ke sana." Akupun berangkat dengan berjalan kaki, ya lumayan lah rumah ke kantor om Dibyo. Saat lomba HUT kemarin aku di kasih tau kantor om Dibyo yang mana. Jadi aku santai saja ke sana. Toh nanti juga bisa mampir ke taman, soalnya kaantor om Dibyo melewati taman.

Saat aku jalan, ada sepeda motor yang mengiringiku.

"Alana? Mau kemana?" tanya seseorang, tak lain adalah om Bagas.

"Eh om Bagas. Mau ke batrai MA. Ke om Dibyo." Ucapku sambil menunjukkan rantang yang berisikan makan siang.

"Oh sini saya tebengin. Kan kantornya om mu sama saya cuma kehalang lapangan." Ucap om Bagas dengan senyum menawannya.

"Hmm gimana ya om, nanti ngrepotin."

"Enggaklah Lan kan saya yang nawarin jadi gak mungkin ngrepotin." Ucap om Bagas meyakinkan.

"Yaudah om saya bareng." Ucapku kemudian langsung naik keboncengan belakangnya.

"Pegangan Lan nanti jatuh." Ucap om Bagas menawarkan diri.

"Engak lah, Cuma di film film yang kayak gitu."

"Ohya. Mari buktikan." Dengan seringai jahil dia menarik gas sedikit kencang dan membuatku otomatis berpegangan pada dia.

"Om Bagas!!, pelas pelan aja jangan kenceng kenceng." Ucapku sambil memukul pundaknya dengan kencang.

"Aww.. Sakit Lan."

"Mangkanyaa pelan pelan. Mau cari kesempatan ya? tanyaku kesal

"Ih enggak lah, ini kesatuan kalik."

"Kalo gitu pelan pelan jalannya."

"Iya iya cewek bawel." Ucapnya kemudian melirihkan kecepatan motornya

"Biarin bawel penting selamet." Ucapku sambil memukul pundaknya lag tapi dengan lirik.

Setelah sampai di depan kantor akupun turun kemudian mengucapkan terimakasih pada om Bagas.

"Kamu pulangnya gimana?" tanyanya padaku

"Ya jalan lah. Emang mau nganterin pulang lagi?" tanyaku sembarangan

"Iya gak papa, saya tungguin. "

"Ih jangan nanti om telat." Ucapku melarang. Padahal niatku tadi hanya bercanda

"Gak papa, lagian ini masih jam istirahat."

"Yaudah kalo maksa, tunggu sini ."

"Iya"

Saat aku masuk , tidak sengaja aku melihat om Rendi dan om Rehan sedang bersantai

"Om, lihat om Dibyo gak?" tanyaku pada keduanya dengan sedikit canggung

"Ada di dalam." Jawab mereka bersamaan. Yang kemudian ku balas senyum kaku

"Ruangannya yang mana ya om?" tanyaku lagi

"Samping mu itu. Jawab om Rehan dengan senyum. Sedangkan om Rendi fokus pada HPnya

"Makasih om." Ucapku dengan senyum

"Iya sama sama." Jawab om Rehan dengan senyum

Setelah aku mengantarkan makan, aku keluar dan menemui om Bagas yang sudah menunggu di luar. Sambil berbicara dengan bapak bapak. Saat melihatku keluar om Bagas segera pamit.

"Saya duluan ya. CAKRA" pamit om Bagas kepada kumpulan bapak bapak yang sudah baru baya.

"CAKRA." jawab bapak bapak itu kepada om Bagas

Dimotor aku hanya diam saja, bahkan om Bagas juga diam saja. Aku bingung mau ngomong apa. Setelah beberapa saat akupun tiba di depan rumah. Kemudian aku turun lalu berterima kasih pada om Bagas.

"Makasih om udah mau nganter." Ucapku dengan senyum manis

"Sama sama Lan."

"Yaudah om, Alana masuk dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Ucapnya. Kemudian aku berbalik untuk masuk, tiba tiba tangannya menahan perkelangan tanganku.

"Lan, nanti malam kamu ada acara? "

"Enggak om, ada apa?" tanyaku kemudian melirik tangannya yang masih menahan tanganku.

"Nanti malam saya ajak keluar mau?" tanyanya menawariku canggung. kemudian melepaskan tanganku saat aku melirik tangannya

"Hmmm, nanti aku izin dulu ke om Dibyo." Jawabku sedikit bingung. Haruskah aku menerima ajakannya?

"Nanti saya yang minta izin, kamu siap siap aja." Ucapnya memberi solusi.

"Ok, nanti malam." Ucapku dengan senyum manis

**

Malam harinya seperti kata om Bagas dia yang memina izin pada om Dibyo. Saat mereka berbicara di ruang tamu terlihat sedikit tegang. Walaupun jabatan om Bagas lebih tinggi. Dia datang ke rumah sebagai laki laki tanpa seragam serta jabatan yang melekat. Hanya seorang laki laki yang ingin mengajak wanita pujaanya pergi. Sedangkan om Dibyo terlihat menakutkan dengan hawa mencekamkan menyelimutinya, walaupun om Dibyo bukan papaku. Tapi dia bertindak Layaknya harimau yang melindungi anaknya dari bahaya hewan buas lain. Dia sama sekali tidak melihat om Bagas seperti atasannya.

"Yasudah saya izinkan tapi sebelum jam 10 Alana harus sudah di rumah." Ucap om Dibyo tegas

"Siap, Pak Dibyo. Ucap om Bagas dengan senyum sumringah

Setelah itu aku dan om Bagas pergi mengenakan motor sportnya. Btw, di asrama ini kebanyakan om omnya motornya sport semua.

"Om ini mau kemana?" tanyaku saat di boncengannya

"Pokoknya saya bakal bawa kamu jalan jalan"

"Ok lah."

Setelah melewati kemacetan kota malang, akhirnya kami sampai di alun aun kota malang yang super duper rame banget. Padahal hari ini bukanlah wekkend. Saat aku berjalan berdampingan om Bagas banyak mata memperhatikan kami berdua, ada rasa sedikit risih dilihati seperti itu, tapi aku mencoba tidak menghiraukan mereka. Di sepanjang jalan kami mencoba berbagai macam jajanan seperti kembang gula, marshmellow coklat. Saat makan tidak sengaja coklat nya menempel di susut bibirku, tanpa aku sadari. Dengan romantis om Bagas membersihkan coklat itu dari bibirku dengan jarinya.

"Kamu makannya hati hati dong." Ucapnya lembut. Yang membuatku seketika diam membeku

"Eh, iya kemudian aku mengusap usap bibirku lagi, memastikan tidak ada coklat yang menempel.

"Gimana suka aku bawa ke sini?" tanya om Bagas dengan lembut tanpa mengalihkan tatapannya dariku.Seketika itu aku langsung salah tingkah dan merasa ada hawa panas yang menjalar ke seluruh tubuhku.

"Suka banget om." Ucapku dengan senyum manis, kemudian mengalihkan pandang menatap sekeliling. Untuh menghilangkan rasa canggung serta aneh di hatiku ini.

"Tumben kok gk ada bintang, apa mau hujan ya om?" ucapku bingung.

"Karena bintang itu sekarang ada di sampingku saat ini." Ucapnya menatapku dalam. Sepersekian detik dia langsung memasang wajah usil. Aku hanya menatapnya aneh.

"Ih apaan sih om, serius ini." Elakku padahal jantungku sekarang berdetak dengan kencang.

"saya juga serius Lan."

Tiba tiba tanpa diduga hujan grimis derat turun. Seperti ada bencana, semua orang berlarian mencari tempat berteduh. Dengan cekatan om Bagas membuka kemeja denimnya yang digunakannya sebagai luaran kaos biru mudanya, kemudian menjadikannya peneduhku dan dia bersama. Lalu kami berjalan mencari tempat berteduh. Jarak kami yang sangat dekat membuat kami sedikit canggung. Bahkan aku bisa melihat garis rahangnya yang tegas. Jantungku tiba tiba berdetak dengan kencang lagi.

Kamipun berteduh mall Ramayana depan Alun-Alun. Akupun merasa kedinginan. Kemudian om Bagus menyelimutiku dengan kemeja denimnya tadi yang terkena hujan, tapi masih bisa digunakan. Kami pun duduk di kursi kursi café. Om Bagaspun pergi untuk memesan dua kopi latte dua. Kamipun menghabiskan waktu sambil melihat jalan yang basah karena hujan sambil meminum secangkir kopi latte. Merasakan keadaan sekarang, rasanya ini sangatlah romantis. Meminum secangkir latte panas saat hujan sambil melihat pemandangan Alun-Alun yang tertimpa jutaan air hujan bersama seseorang di depanku adalah hal yang indah di mata Alana Sena Mahardika.

Waktu menunjukkan pukul 10 malam, kamipun pulang menuju asrama meskipun kami telat, tapi om Dibyo memaklumi hal itu karena hujan yng turun tiba tiba tadi.

"Terimakasih untuk malam ini." Ucapku pada om Bagas yang sekarang diam mematung menatapku.

"Iya sama sama juga untuk hari ini." Ucapnya dengan senyum menghiasi bibir nya.

"Bye om." Pamitku sambil melambai lalu masuk rumah.

**

"Cie ada yang lagi kasmaran nih ye.." sindir mbak Desi usil ketika aku sedang mengeringkan rambut di kamar.

"Apaan sih mbak GJ deh, orang Lana gak kasmaran kok." Ucapku sambil terus mengeringkan rambut.

"Yaudah deh, gak papa belum kasmaran. Tapi kasih tau mbak dong kamu itu deket sama siapa sih sebenarnya?" tanya mbak Desi kepo banget

"Ih kepo banget ya emang?"

"Kamu ini." Ucap mbak Desi sambil menjitak kepalaku

"Aww, sakit mbak." Ucapku kemudian melemparkan bantal dibelakangku ke mbak Desi.

"Hehehe, sakit ya" ucapnya kemudian mengelus kepalaku.

"Tau gitu masih aja njitak." Ucapku kesal, yang dibalas ketawa nyaring mbak Desi. Kemudian mengundang suara om Dibyo memarahi dari luar.

"Udah lah dek, masih aja ganggu Lana. Kasihan dia, mau telfonan sama Bagas malah kamu ganggu. Ucap om Dibyo yang awalnya membelaku tapi pada akhirnya ikut menjahiliku.

"Ih om Dibyo!" kesalku yang dibalas gelak tawa keduanya.

Hari yang melelahkan untukku. – batinku berkata

Author POV

Hujan kembali mengguyur kota Malang hingga keplosok Malang yang tak terjamah keramaian. Tanpa disadari Alanapun tertidur dengan pulas. Gurat kelehan itu terlihat jelas di wajah polosnya. Tanpa di sadarinya sebuah pesan singkat masuk ke HPnya

+62 813 xxxx xxxx : JANGAN SEKALI-KALI KAMU BERMIMPI UNTUK HIDUP BAHAGIA!!

Bersambung


HY GUYS 🙋🙋🙋

AKU UPDATE LAGI NIH, SOALNYA TAKUT GAK SEMPET LAGI😅😅

BTW JANGAN LUPA YA VOTE DAN KOMEN CERITA INI😘

DAN TERIMAKASIH UNTUK KALIAN YANG SELALU MEMBACA SERTA NGEVOTE CERITAKU.😆😆😆

BUAT KALIAN YANG GAK SEMPET NGEVOTE, AYOLAH KASIH BINTANGNYA BUAT AKU 😊

SALAM MANIS ROSSA😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

1.1K 410 9
Ayah ini apa-apaan sih?? Dimana-mana kalo pulang dari bisnis luar kota atau luar negeri, biasanya bawa oleh-oleh kan? Kok ini, pulang-pulang dari Je...
17K 988 45
About Him :) #2 pasukan (15-05-2021) #2 abdinegara (05-05-2021) #1 militer (16-11-2021) #1 Tni (16-02-2023) #1 Pasukan (26-11-2023)
144K 10.3K 51
SEKUEL PERANTARA MENUJU SURGA . Pada jarak dan waktu yang telah memisahkan Namun takdir kembali mempertemukan. . • • • • • • • • • • • •...
1.1M 53.7K 40
[Maaf typo bersebaran] Kecelakaan yang terjadi kepada Jafran, menyebabkan Rindi harus mengikhlaskan kepergian cinta pertamanya tersebut, namun siapa...