The Bastard, Sweety

By KarinDii

244K 34.9K 9.2K

Kim Taehyung. Fanserver ulung, seolah sanggup membuat penggemar wanita terkapar dengan kerlingan mata. Sialny... More

Prologue
Pt. 2
Pt. 3
Pt. 4
Pt. 5
Pt. 6
Pt. 7
Pt. 8
Pt. 9

Pt. 1

32.2K 4.9K 1K
By KarinDii

Eskalator subway metro Seoul melaju normal naik menuju permukaan.

Sengaja Soyeon menepi ke sisi kiri dan memberikan jalur kanan bagi orang-orang yang diburu waktu. Beban tubuhnya memberat setelah melalui hari panjang di kampus.

Semua ini terasa normal, walau beberapa kali gadis itu merasa ada yang hilang dalam hidupnya.

Pertama, ibunya meninggal karena kecelakaan. Kedua, Eunjo yang pindah ke Gwangju dan kemungkinan mereka hanya bertemu satu kali dalam satu tahun. Ketiga, kakaknya yang menetap di Daejeon sebagai dokter spesialis bedah umum. Terakhir, adalah Taehyung yang tidak mungkin ada di sisinya sekarang.

Gadis itu menghirup napas lelah. Tangannya merogoh tas kanvas, mengambil ponsel dan menghubungi Eunjo.

"Sedang apa?" tanya Soyeon begitu teleponnya terhubung.

Suara ramah Eunjo mendera telinganya. [Aku barus selesai makan malam. Kau sudah makan?]

"Aku baru saja kembali dari kampus."

[Serius?] tanya Eunjo panik. [Jangan terlambat makan.]

"Hey, calm down. Banyak warung makan di sekitar stasiun."

[Tidak baik menunda jam makan. Selebihnya aku tidak di sana untuk mengawasi.] ucap Eunjo gusar.

Soyeon mengerucutkan bibir. "Kau mulai terdengar seperti nenekku."

[Kau masih bersikap kekanakan, Lee Soyeon.] balas Eunjo tak mau kalah.

"Kau tahu, aku hanya bisa bersikap manja padamu. Tapi semakin hari cara bicaramu jadi sedikit lebih dewasa. Itu agak membosankan."

Eunjo tertawa tipis.

Bertepatan dengan itu Soyeon keluar dari pintu stasiun, menampakkan keriuhan malam kota metropolitan Seoul. Cahaya dari berbagai penjuru saling berbenturan. Deru mesin mobil beradu di jalan.

"Kapan berniat mengunjungi Seoul?"

[Tidak tahu. Sedikit lebih lama.]

Soyeon menggigit bibir bawahnya.

Ia tidak berharap mendapat kejelasan lebih lanjut dari sebuah alasan. "Baiklah. Hiduplah dengan nyaman. Jaga dirimu."

[Kau juga.]

Mereka terdiam beberapa detik.

"Hey, bagimu belajar pasti sangat menyiksa? Bertahanlah sampai wisuda nanti."

Di seberang telepon Eunjo mulai mengomel. [Semua ini tidak masuk akal. Setiap hari harus menulis review dan membaca buku.]

Tahu-tahu gelak tawa Soyeon tidak terkendali. Sementara Eunjo masih tetap mengeluh.

"Tiap kali menyangkut akademik kau menderita stress berat."

[Lebih baik memahami teori Charles Darwin dan menjelma menjadi manusia primitif.]

"You can get yourself over you," jawab Soyeon setengah menyiratkan nasehat.

Keheningan mengambil alih sebelum akhirnya Eunjo berdeham. [Bagaimana kabar hubunganmu dengan si artis populer? Akhir-akhir ini kulihat dia sering muncul di TV.]

"Hubungan kami masih berjalan mulus. Belakang aku juga sibuk."

[Baiklah, semua kesibukanmu bisa dimaklumi, Lee Master-nim.] ucap Eunjo usil. [Lalu apa lagi?]

"Terkadang Taehyung menjadi sangat cengeng," sahutnya sembari terus melangkah melintasi trotoar.

[Cobalah sesekali bertindak manis padanya. Pasti dia akan suka.]

"No. Thank you atas tipsnya."

[Tapi apa kau pernah bersikap manja pada 'Jack' mu?]

"Jack?"

[Orang yang memelukmu di atap. Siapa namanya? Jae... Joo...?"

"Damn. Joo Won Jae. Bocah sinting itu. Tidak, tentu saja. Lebih baik aku menjadi pengikut Medusa."

Eunjo tertawa, lalu mengehembuskan napas panjang. [Hah, sayang sekali aku tidak melihat pertunjukan gratis Jack dan Rose versi Korea."

"Sialan," gerutu Soyeon.

Kini mereka sama-sama tertawa.

"Hey, Park Eunjo," katanya usai tawa mereka reda.

[Ya?]

"Thank you for being extra special in my life."

Sejenak Eunjo tertegun. [Kau juga sama berharganya, Lee Soyeon.]

"Bernyanyilah untukku sedikit," pinta Soyeon tulus. "Setelah itu kubiarkan kau tidur tenang."

[Umm, oke.] Kedua kalinya Eunjo berdeham.

Gadis itu seperti sedang mempersiapkan suara. Dan Eunjo mulai melantunkan beberapa bait lagu Cafè Latte milik Urban Zakapa.

Kemampuan vokal Eunjo telah meningkat.

Soyeon larut dalam suaranya.

Jika saja...

jika saja... Jungkook dan Eunjo benar-benar memiliki anak kelak, entah seperti apa suara anak mereka nanti.

Setelah Eunjo selesai bernyanyi, pundak Soyeon terasa lebih bebas. Seolah puluhan kilo beban meninggalkan bahunya.

Tidak lama sambungan telepon mereka harus diakhiri, mengetahui tugas Eunjo masih menumpuk. Sedangkan Soyeon melanjutkan langkah.

Tiba-tiba ketika berbelok ke jalanan sempit yang lebih senyap, sepasang tangan misterius menariknya bersembunyi di balik tiang tinggi. Pekikan Soyeon menggema. Tinjunya Hampir lepas kontrol jika saja tidak segera menyadari siapa orang dibalik masker dan topi hitam itu.

Orang itu menarik turun maskernya dan tertawa.

"You bastard," hardiknya sambil memukul lengan Taehyung.

"Seluruh tubuhmu menenggang."

"Kau membuatku kaget setengah mati," katanya kesal. Sejenak Soyeon mengawasi keadaan sekitar. "Dengan apa kau kemari?"

"Mobil manajerku."

"Manajermu ikut?" Tetapi tak satu pun ia mendapati tanda-tanda keberadaan mobil. "Di mana dia sekarang?"

"Menunggu di ujung jalan."

Hah. Selalu.

Risiko para manajer untuk membantu para artisnya berkencan. Mungkin juga di luar sana banyak artis atau idol lain yang membutuhkan bantuan manajer untuk kejadian semacam ini.

Para manajer sungguh memiliki pekerjaan ganda. Entahlah, apakah Soyeon harus berterima kasih atau merasa bersalah.

"Jangan selalu begini. Bagaimana kalau ada orang yang membuntutimu? Kita tidak akan tahu sampai itu terjadi."

"Jangan cemaskan apa pun. Aku cuma mengantar tiket untuk fan meeting besok."

Soyeon menyeringai dan menyilangkan tangan di dada.

Matanya mengamati Taehyung cukup sinis. "Sepertinya kau adalah artis pengangguran nomor satu, Kim. Waktu luangmu banyak sekali," ujarnya tajam.

Bibir Taehyung maju beberapa sentimeter. Ekspresinya berubah polos dan memelas. Persis seperti anak-anak. "Kenapa? Tidak bolehkah aku menemuimu?"

"Daripada bertemu denganku, sebaiknya kau pulang ke rumah."

"Bagiku kau adalah rumah. Selelah apa pun kodisiku, tujuanku hanyalah pulang." Kemudian Taehyung mengambil botol susu pisang dari kantong jaketnya. "Aku bawa ini untukmu."

Soyeon menerima secara enggan. "Padahal aku bisa beli sendiri. Sudah pulang sana. Besok kau harus menjalani hari melelahkan."

"Tidak, selama kau ada di hadapanku," sangkal Taehyung secara tegas. "Apa kau sudah mengunjungi makam ibumu?"

"Belum. Kemungkinan akhir pekan nanti."

"Baguslah," sahut Taehyung.

Satu alis Soyeon menukik. "Baguslah?"

"Benar, baguslah. Jadi aku bisa mengosokan jadwalku akhir pekan."

"Tidak bisa!" Tolak Soyeon bersikeras. "Bersikaplah profesional. Jangan membuatku kecewa. Lalu bagaimana dengan kakakmu? Bukankah kau harus menemuinya juga?"

"Benar. Aku lupa mengganti bunganya. Terakhir kulakukan sekitar dua bulan lalu."

"Dasar," bisik Soyeon geli. "Sekarang pulanglah. Sudah larut malam."

"Aku akan mengantarmu."

"Tidak perlu."

Perlahan pandangan mata Soyeon berubah sayu. Kedua bola matanya terpaku ke wajah Taehyung begitu dalam.

"Kenapa? Ada masalah?"

"Kau tahu, kadang-kadang aku merasa ini tindakan salah dan sedikit benar."

Taehyung menatapnya bingung. "Apa maksudmu?"

"Terus terang saja, sering sekali aku berpikir, bagaimana jika aku adalah bagian dari mereka? Bagaimana kacaunya hatiku jika mengetahui hubungan semacam ini? Bagaimana seandainya orang yang aku kagumi justru menimbulkan rasa kecewa?"

Soyeon menghembuskan napas dan menjatuhkan pandangannya pada satu titik di antara kaki mereka.

"Kukatakan ini karena aku pernah menjadi bagian dari seorang penggemar," jelasnya menerawang. "Paling tidak aku pernah merasakan perjuangan melindungi idolaku."

Secara literal tidak ada yang salah dengan pernyataan gadis itu. Siapa pun pasti sakit hati ketika orang yang mereka kagumi berbohong.

Lantas kedua tangan Taehyung yang bebas bergerak menangkup pipi gadis itu, membawa wajah gadis itu bertemu lagi dengan tatapannya. "Lee Soyeon dengarkan aku. Sebelumnya, semua ini sudah kita bahas."

Mata Soyeon yang diliputi tumpukan emosi membuatnya terpercik kepedihan.

"Kau wanita paling tegar setelah ibuku yang pernah kukenal," katanya teramat serius. "Selama ini segalanya bisa kita atasi," ucap Taehyung penuh kesungguhan di tiap katanya.

Soyeon percaya bahwa pengakuan itu adalah sebuah kejujuran dan ketulusan seorang Kim Taehyung.

Taehyung bukan lagi pemuda SMA nakal yang suka menghancurkan perasaan orang lain. Misalnya seperti menolak bekal makanan dengan cara kejam, yang pernah pemuda itu lakukan ketika masa-masa sekolah.

Seiring waktu berlalu, tindakan pria itu semakin baik dalam menjaga perasaan seseorang.

Soyeon mengangguk-angguk tak kentara dan bergumam dengan suara tenang. "Oleh sebab itu, berjuanglah untuk penggemarmu, bukan hanya untukku. Tolong jaga perasaan mereka sama seperti kau menghargai perasaanku. Sering-seringlah ucapkan terima kasih atas cinta mereka. Cukup itu saja pemintaanku agar rasa bersalahku sedikit teratasi."

"Hanya itu?"

"Hm. Tolong berhati-hatilah saat menemuiku," jawab Soyeon lemah. "Kau menyayangi penggemarmu, benar?"

Taehyung mengangguk.

"Aku tidak ingin jadi cewek sentmentil yang menginginkan cintamu secara penuh. Aku akan sangat berterima kasih jika kau bisa melakukannya dengan adil."

"Yeoksi, inilah Lee Soyeon yang sesungguhnya. Kau masih sama tangguhnya seperti dulu."

Lambat laun bibir Soyeon meregang tipis. "Yes you are right. It's definitely me."

Ibu jari Taehyung mengusap-usap tulang pipi Soyeon sebelum punggungnya menegak.

"Aku mengerti. Terima kasih mau berbagi perasaanmu untuk penggemarku."

Taehyung melepaskan tangannya dan kembali bicara santai. "Sekarang aku akan mengantarmu pulang."

"You're such a sweetie human being. But, thank you and please get outta here. Now."

Otomatis Taehyung mendengus dan mengiakan tanpa daya.

[...]

Buat yg tanya TBC.
Iya, itu belum tamat di wattpad gaess. Harap sabar. Kita gak bisa bertindak semaunya lagi karena udah taken kontrak :'

Fatal kalo kita gak ikut ketentuan. Jadi kita harus ikutin aturan penerbit. Kita update beberapa part lagi dan mungkin itu makan waktu lama.

Buat yg mau tau seputar cerita karindii bisa follow ig : @karindiiofc
Adminnya bakal share info/spoiler di sana.

Makasih buat pembaca setia karindii, juga penggemar The Byuntae, Creepy. Kita sayang kalian :)

Dan... kita jamin kalian bakal suka ending TBC nanti.

Both of us,
Karin & Dii

Continue Reading

You'll Also Like

127K 9.1K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
47.1K 3.4K 49
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
49.7K 7.8K 48
Rahasia dibalik semuanya
46.2K 6.3K 38
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...